#4

1 4 0
                                    

Sekitar Lima belas menit menunggu akhirnya yang ditunggu datang juga bersama wanita paruh baya yang berumur sekitar empat puluh tahunan. Ia adalah Irham bersama sang Umi.
"Assalamu'alaikum Mas, maaf lama ya nunggu ane"
ucap Irham sambil duduk dan menjabat tangan Hamash
"Wa'alaikumussalam warahmatullah. Jawab Hamash dan Shila kompak.
"Gak lama kok Ham."
jawab Hamash membalas jabatan tangan Irham. Irham melirik Aishila sekilas sambil mengingat dimana pernah bertemu dengan perempuan di depannya ini.
Hamash yang mengerti dengan kebingungan sang sahabat langsung memberi tahu.
"Oh ya. Ini Shila, anggota baru HI Ham, inget kan? " terang Hamash
"Ah ya pantas ana merasa tidak asing" jawab Irham sambil tersenyum sekilas kearah shila.
"Umi kenalin ini Aishila" ucap Hamash memperkenalkan Shila kepada Umi Irham. Meskipun itu Umi Irham tapi semua teman Irham memanggil Umi pada beliau.
"Ah ya. Saya Ratna ibunya Irham" ucap Umi Ratna sambil menjabat tangan Shila
"Saya Shila tante" ucap Shila membalas jabatan tangan umi Ratna
"Eh jangan panggil tante panggil umi saja seperti yang lain. saya lebih suka dipanggil Umi." ucap Umi Ratna sambil tersenyum dan merangkul tubuh mungil Shila.
"Eh ya Mi. Maaf" ucap Shila malu-malu.
Usai perkenalan itu, Umi Ratna mengajak Aishila untuk duduk di pojok mesjid yang tak jauh dari Hamash dan Irham. Sedangkan ditempat semula Hamash dan Irham sedang berbincang-bincang santai sambil tertawa-tawa. Entah apa yang dibicarakan.
Lain halnya dengan Aishila dan Umi Ratna yang sedang asyik berbincang.
"Sudah lama kenal Hamash Ais? " tanya Umi.
"Mmm baru Umi. Ini kedua kalinya Shila bertemu kak Hamash mi." jawab Shila sopan
"Oh... Umi pikir sudah lama Ais." ucap Umi lagi.
Shila hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya

Hening....

Aishila sedang membayangkan andai saja Ia mempunyai Ibu seperti Umi Ratna pasti ia akan sangat bersyukur. Tidak. Bukan Ia tidak bersyukur mempunyai ibu seperti ibunya kini namun apakah salah jika ia menginginkan sosok ibu yang lembut dan sholehah pastinya seperti umi Ratna. Apa kah salah?
tapi mengingat Ia dan sang Ibu yang kurang akur membuatnya sedih dan tak terasa air mata mengalir di pipi mulusnya.
Umi Ratna yang melihat Shila melamun dan menangis langsung menegurnya
"Ais, kenapa nak? " tanya Umi beberapa kali namun tidak ada jawaban. Umi Ratna merasa kasihan "pasti ada sesuatu yang membuat Ais sedih" batin Umi. Umipun menepuk pundak Shila sambil berkata "Ais kenapa nangis? "
Sontak Asihila langsung tersadar dari lamunannya dan tersenyum canggung pada Umi.
"Kenapa nangis? " tanya Umi lagi
Sontak Shila langsung memegang pipinya, dan ternyata benar ia menangis tanpa ia sadari.
"Kenapa? " tanya umi lagi saat melihat Aishila yang kebingungan
"Eh umi, anu.. Mmm gak papa mi" jawab Shila canggung
Merasa tidak tega menanyakan lebih lanjut Umi Ratna hanya membalas dengan senyuman dan mengelus kepala Shila lembut sambil berucap
"Ais, apapun masalah yang kita hadapi jangan pernah merasa sendiri, kita boleh sendiri menghadapi masalah itu tapi jangan sampai kita merasa sendiri. Ingat Allah selalu bersama kita, Allah melihat, memperhatikan hambanya. Allah tidak pernah meninggalkan hambanya walaupun hanya sedetik. Allah yang memberikan masalah maka kembalikan masalah itu pada Allah dengan cara menceritakan semuanya dan meminta petunjuk pada-Nya. Jangan pernah malu untuk bercerita atau meminta apapun pada Allah ya" ucap umi menasehati.
Shila tersenyum merasa lebih baik setelah mendengar nasehat dari Umi.
Ah.. Benar ia selama ini terlalu malu meminta pada Allah karena merasa tidak pantas meminta sementara ia saja jarang melakukan sesuatu yang membuat Allah senang.
Ia tersenyum pada Umi Ratna dan mengucapkan terimakasih.

Hening....

Hingga akhirnya Umi Ratna menggenggam tangan Shila sambil tersenyum seakan memberi kekuatan kepada Shila untuk menghadai masalah yang sedang dihadapi meskipun Umi tidak tahu masalah apa yang sedang dihadapi Shila. Shila yang diperlakukan seperti itu merasa terharu ternyata masih ada orang yang perduli kepadanya. Karena selama ini ia selalu sendiri tidak ada teman tempat berbagi cerita, Ia benar-benar merasa sendiri. tapi setelah mendengar dan mendapat perlakuan seperti itu dari Umi Ratna Ia sadar Ia tak pernah sendiri ada Allah yang selalu memperhatikannya dan orang-orang disekitar yang memperdulikannya. Ia balas menggenggam tangan Umi ratna dan tersenyum seraya mengucapkan terimakasih.
Umi Ranta senang akhirnya Shila bisa tersenyum manis ia pun ikut tersenyum.

Sedangkan tidak jauh dari ditempatnya Hamash sempat melihat Asihila menangis rasa penasaran pun muncul tapi ia tak berani menanyakannya pada Shila. Dia tidak enak juga bila bertanya sesuatu yang mungkin bersifat pribadi bagi Shila. Dan dia hanya bisa mendoakan semoga apapun masalah yang sedang Shila hadapi dapat diselesaikan secepatnya agar gadis yang membuat degup jantungnya tak terkontrol dapat tersenyum bahagia.
Setelah shalat isya berjamaah Shila pamit pulang terlebih dahulu pada Umi Ratna, Umi Ratna sempat menawarkan untuk pulang bersama namun ia tolak dengan alasan rumahnya tidak jauh dari sini.

Wanita Perindu BAITULLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang