#2

7 6 0
                                    

Pukul 03.00
Terlihat Aishila sedang bersiap-siap untuk menunaikan sholat Tahajud. Ia memang belum bisa Istiqomah sholat Tahajud. Ya begitulah Aishila kadang sangat rajin beibadah kadang sangat malas. Namun kini Ia bertekad untuk berusaha Istiqomah. Ia tai mungkin akan sulit untuk Istiqomah tapi Ia yakin jika bersungguh-sungguh Allah akan membantunya.
Aishila Sholat Tahajud dilanjutkan sholat wirit tiga raka'at. Setelah sholat Ia berdoa begitu khusuknya.
"Ya Allah, ampunkanlah dosa-dosa Sheila, dosa Ayah Ibu Shila, dosa keluarga Shila, Dan dosa orang-orang yang Shila sayang. Serta dosa kaum Muslimin Muslimat Diama pun berada Ya Allah. Ya Allah Shila tai Shila bukan orang baik, orang tua Shila juga bukan orang baik, maka Dari itu Shila mohon berikanlah hidayah untuk keluarga Shila, Shila takut masuk neraka Ya Allah, Shila juga gak Mau orang-orang yang Shila Sayang masuk neraka. Shila mohon Ya Allah berikanlah hidayah untuk orang tua Shila. Shila sayang mereka Ya Allah. Aamiin Allahumma Aamiin. " doa Shila sambil menangis tersedu.
Ia mengambil Al-qur'an ingin mengaji namun tak kuasa menahan tangisnya. Aishila pun duduk sambil memeluk Al-qur'an itu sambil membayangkan kehidupannya dan kedua orang Tuanya.

Tiga Tahun yang lalu.

Aishila Akbar.
Aishila dengan sangat semangat dan bahagia memasuki pekarangan rumahnya sambil membawa sebuah piala besar dan ampolop kelulusannya. Aishila anak yang cerdas selalu menjadi juara kelas begitu pun Hari ini Ia menjadi lulusan terbaik disekolahnya.
"Assalamu'alaikum, Ayah Bunda Shila pulang." Teriak Shila saat masuk kerumahnya dan disambut senyum hangat oleh sang ayah Farhan Akbar.
"Wa'alaikumussalam. Anak sudah pulang, wah itu piala apa sayang.? " kaget Farhan saat melihat piala yang dibawa Shila.
"Nih ya." Ucap Shila sambil menyodorkan piala itu pada ayahnya.
Farhan menerima piala itu dan membaca tulisan dipiala itu "Lulusan Terbaik SMK bhakti Bangsa 2017"
Ayah Aishila langsung berbinar penuh dengan kebahgiaan sekaligus sangat bangga pada putri semata wayangnya. Lantas memeluk Aishila dan berkata. "Ayah sangat bangga sama Shila. Shila memang anak ayah yang baik dan paling pinter deh."
"Makasi ayah, Ayah juga ayah paling pinter" balas Shila sambil mengangkat kedua jempol dan tersenyum manis memperlihatkan dua Gigi ginsul Shila.
Tanpa mereka sadari Ibu Shila, Sahima memperhatikan suami dan anaknya dengan senyum bahagia dan haru. Sahima menghampiri mereka lalu memeluk dua orang yang sangat Ia sayangi itu.
"Masa seneng-seneng gak ngajak Ibu sih. Kan Ibu juga bangga sama Shila." Ucap Ibu Aishila sambil memeluk ayah dan anak itu.
Mereka terus berpelukan sampai Sahima berkata. "Udah ayo kita makan dulu, Shila pasti belum makan Kan.? "
Shila dan Ayah saling tatap lalu tersenyum.
"Iya Ibu tercinta" ucap Shila dan ayah bersamaan.
Mereka pun tertawa dan berjalan menuju meja makan.

Sore hari diruang keluarga rumah Aishila.
Aishila, Ayah dan Ibu sedang duduk santai sambil berbincang-bincang sesekali mereka tertawa.
Hingga tiba sebuah pertanyaan membuat Aishila diam tak tai harus menjawab apa.
"Shila, Sekarang sudah lulus sekolah. Shila mau lanjut kuliah dimana.? "
Pertanyaan ini yang Shila takutkan Ia juga selalu memikirkan tentang dari beberapa minggu lalu. Bukan, Shila bukan tidak tau harus menjawab apa tapi Ia sudah dan yakin hanya saja Ia takut keputusannya ini membuat Ayah Ibunya kecewa.
Aishila hanya diam tidak berani menjawab.
"Sayang kamu Mau kuliah dimana jawab nak. Ayah pasti izinin kamu masuk ke kampus mana pun yang kamu mau sebagai hadiah kamu sudah menjadi anak kebanggan ayah." Ucap Farhan lembut.
Setelah cukup lama berdebat dengan pikiran sendiri Aishila memberanikan diri untuk menyampaikan keinginannya pada orang Tuanya.
"Ayah Bu, boleh gak Shila gak lanjut kuliah Shila mau nuntut ilmu agama yah." Ucap Shila ragu.
Terlihat Farhan sangat kaget menahan amarahnya, sedangkan Ibu Shila hanya diam tanpa ekspresi.
"Shila mau jadi anak yang lebih baik Yah Bu, Shila mau belajar mengenal Allah lebih baik. Apa ayah mengizinkan Shila tidak kuliah.? " Tanya Shila sambil menunduk.
Tiba-tiba Sahima bangun dan langsung menarik jilbab Shila kebelakang dan berkata dengan sangat marah. "Mau jadi apa kamu hah, sudah bagus kamu bisa dikuliahkan apa kamu gak tau banyak anak diluar sana yang ingin kuliah tapi tidak mempunyai biaya, kamu mau jadi kalo sudah belajar agama hah, mau jadi ustadzah iya. " bentak Sahima pada Aishila.
Farhan yang melihat itu binging Ia juga sangat marah saat ini namun Ia tidak pernah memukul anak semata wayangnya sebagaimanapun amarahnya pada Aishila.
"Hima, hentikan jangan sakiti Aishila. Aku juga tidak setuju dengan keputusannya tapi Aku tidak kau kasar padanya. " bentak Farhan pada istrinya. Sahima pun menghentikan tarikannya pada Aishila. Aishila hanya bisa diam dan menangis. Ia tidak tau harus berbuat apa tapi keputusannya sudah bulat.
"Aishila apa kamu sudah dengan keputusan kamu ini,? Tanya Farhan sambil menahan amarahnya.
"Insyaallah Shila yakin yah. " jawab Aishila sambil terisak.
"Ayah sangat kecewa sama kamu Shila, kamu satu-satunya anak ayah, satu-satunya harapan ayah untuk melanjutkan perusahaan ayah tapi kamu kenapa malah seperti ini, apalagi dengan alasan ingin belajar agama, mau jadi apa kamu hah, tapi ayah gak mau maksa kamu terserah kamu mau jadi apa Sekarang ayah tidak perduli, dan ingat jika terjadi sesuatu padamu ayah tidak mau tau. Kamu urus masalah mu sendiri jangan libat Ayah dan Ibu mu. Itu hukuman buat kamu yang tidak mau menurut pada ayah." Ucap Farhan lalu minggalkan Aishila dan Ibu.
"Dengar apa kata ayahmu, kami tidak mau tau masalah kamu setelah ini. Kamu urus hidup kamu sendiri" ucap Sahima lalu menyusul suaminya.
"Baiklah mungkin Sekarang Ayah dan Ibu marah sama Shila tapi Shila akan berusaha suatu saat nanti akan membuat ayah dan Ibu bangga lagi pada Shila. Shila ingin seperti ini juga agar Shila bisa membawa Ayah dan Ibu ke surga. Maafin Shila Yah Bu. " ucap Aishila lirih.

Itulah awal mula ketidak harmonisan hubungan Aishila dengan Ayah dan Ibunya.
Ayah yang jadi jarang bicara pada Aishila, sedangkan Ibu bila Aishila melakukan kesalahan sedikit saja maka Ia akan kena pukul oleh Ibunya.
Seperti waktu itu, ketika adzan magrib Aishila mencoba memberanikan diri untuk mengingatkan Ayah dan Ibunya untuk Sholat tapi diluar dugaan Ayah dan Ibu Aishila sangat marah bahkan Ibu Aishila memukul Aishila sambil mengucapkan kata-kata kasar pada Aishila
"Sudah berani kamu memerintah ayah ibumu ya, dasar anak kurang ajar, kalo kami mau sholat atau tidak itu urusan kami bukan urusan kamu, jadi jangan pernah perintah ayah Ibu seperti itu lagi. " bentak Sahima sambil memukul Aishila dengan sapu.
Aishila hanya bisa menangis dan memohonkan ampun untuk kedua orang Tuanya. Ia tidak sakit karena pukulan Ibunya tapi sakit karena ayah dan Ibunya tidak mau melakukan kewajibannya pada sang pencipta.

Kembali ke 2019

Aishila masih memeluk Al-qur'annya sambil menangis. tangisan yang tidak Ada satupun orang yang tau kecuali sang pencipta. Hatinya sangat sakit terlebih Ia takut Allah murka pada orang Tuanya yang sangat Ia sayangi. Ia tidak ingin orang Tuanya masuk neraka. Salah Satu syarat agar orang Tuanya masuk surga adalah Ia harus menjadi anak yang Sholihah. Sebagaimana hadist Nabi Muhammad SAW.

إذا مات ابن آدم انقطع عمله إلا من ثلاث: صدقة
جارية، وعلم ينتفع به، وولد صالح يدعو له. رواه مسلم

Artinya; jika anak cucu adam mati maka semua amal perbuatannya terputus kecuali tiga hal. Sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang mendoakan orangtunya. (HR. Muslim).

Ia bertekad akan lebih giat lagi memperbaiki dirinya, mendekati dan merayu Allah agar orang Tuanya diberi hidayah.

Wanita Perindu BAITULLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang