Langit mulai memerah, senja merekah menapakkan langit sore yang begitu indah.
Aishila gadis bergamis Abu-abu dan hijab Hitam panjang sedang berjalan di trotoar menuju mesjid agung di Kota tempat Ia berada saat ini.
Sayup-sayup suara lantunan ayat Suci Al-qur'an terdengar merdu diberbagai penjuru masjid. Aishila tersenyum terasa nyaman dan tenang mendengar ayat-ayat tersebut dilantunkan. Aishila mempercepat langkahnya agar tidak terlambat sampai di mesjid.
Setibanya dimesjid adzan magrib berkumandang Aishila langsung ketempat wudhu dan berwudhu.
Kini Aishila tengah melaksanakan sholat magrib berjamaah. Setelah sholat Aishila mengambil Al-qur'an dan mulai membacanya.
Tiga puluh menit sudah Aishila membaca Al-qur'an dan memutuskan untuk pulang karena kegiatannya telah selesai.
Dilantai dasar mesjid Aishila merasa tidak asing dengan lelaki yang tengah asyik berbincang-bincang dengan bapak-bapak disana. Aishila ingat lelaki itu adalah sekretaris Komunitas Hijrah Islamiah. "Ya itu pasti kak Hamash" ucap Aishila yakin.
Ia ingin menghampiri tapi takut mengganggu jadilah ia terus berjalan mecari sepatu yang ia lupa meletakkannya dimana.
Saat mencari sepatu Aishila tidak sadar Ada seseorang yang memperhatikannya sambil tersenyum penuh arti. Dia adalah Hamash Akbar.
"Assalamu'alaikum. Cari apa, kelitannya serius sekali"
Aishila masih tidak sadar saking fokus mencari sepatunya. akhirnya Hamash berdehem cukup keras dibelakang Aishila sontak Aishila langsung berbalik dan hampir menabrak Hamash jika saja Hamash tidak langsung mundur.
"Astagfirullah. Kak maaf saya tidak lihat" ucap Aishila tertunduk malu.
"Tidak apa. Toh saya yang salah membuat Mu kaget."
Ucap Hamash tidak enak. cukup lama tak Ada jawaban dari Aishila.
"Oh ya. Shila sedang cari apa. Saya perhatikan serius sekali."
Sambung Hamash padahal dia tau Aishila mencari sandal atau sepatu hanya ia ingin bertanya langsung pada Aishila.
"Ini kak, Shila lupa tadi masuk lewat mana, jadi lupa juga dimana sepatu Shila. Hehe" jawab Aishila sambil malu-malu.
"Oh begitu, memang sepatu Shila warna apa, siapa tau saya bisa Bantu" tawar Hamash
"Ah. Tidak usah kak. Shila cari sendiri aja." Tolak Aishila sopan
"Tidak usah sungkan. Bagaimana rupa sepatu Shila.?" Tanya Hamash lagi.
Akhirnya Aishila mengalah dan memberi tahu Hamash rupa sepatunya.
Sekitar sepuluh menit mencari akhirnya sepatu Aishila berhasil ditemukan oleh Hamash. Merasa lucu dengan Aishila. Bagaimana bisa sepatunya berada di ujung utara sedangkan ia mencarinya diujung selatan. Hamash menentemg sepatu Aishila membawanya kepada sang pemilik yang masih fokus mencari.
Tanpa aba-aba langsung saja Hamash meletakkan sepatu itu didepan Aishila. Aishila langsung mendongak melihat siapa yang menaruh sepatu tersebut.
"Kak Hamash, ketemu dimana sepatunya? " Tanya Aishila girang sepatunya telah ketemu.
"Diujung utara sana" jawab Hamash sambil menunjuk utara letak ia menukan sepatu tersebut.
Aishila merasa tidak enak sekaligus sangat malu Bagaimana bisa ia lupa letak sepatunya sendiri. Dan hasilnya Aishila hanya bisa nyengir sebagai jawaban.
"Hehe makasi ya kak, maaf kakak malah jadi repot cariin sepatu saya." Ucap Aishila malu-malu.
"Gak papa sebagai saudara Muslim tugas kita memang saling tolong menolong kan? " jawab Hamash santai.
"Oh ya, Shila habis dari mana?" Sambung Hamash
"Itu tadi ada acara seminar deket sini. " jawab Shila
Hamash hanya ber "Oh" ria.
Ketika Ia sedang memakai sepatunya Hamash membuka pecakapan lagi "Shila mau langsung pulang, saya masih ada janji dengan Irham disini." ucap Hamash.
"Mmm kak Irham ketua HI (Hijrah Islamiah) itu kak? " tanya Shila
"Iya. Shila mau gabung atau langsung pulang? " lanjut Hamash
"Gak enak nanti Shila perempuan sendiri" jawab Shila
"Tadi kata Irham dia sama Uminya"
Shila hanya ber "Oh" sambil berpikir.
Melihat kebingungan Aishila Hamash melajutkan
"Uminya Irham itu seorang ustadzah lo La. Beliau juga punya perusahaan Travel khusus Umroh"
terang Hamash
Aishila langsung terlihat girang mendengar itu.
"Mmm boleh deh Shila ikut tapi sampe Isya soalnya Shila gak pamit tadi pas pergi" jawab Shila
"Oke" balas Hamash
Dan setelah itu hanya ada hening. Tanpa mereka berdua ketahui mereka sama-sama menenangkan detak jantung yang seakan-akan berlomba tanpa diketahi penyebabnya.
Hamash diam-diam tersenyum ketika memperhatikan Aishila. Tak lama ia tersadar dan langsung beristigfar karena yang ia lakukan salah telah memperhatikan sesuatu yang tidak halal untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Perindu BAITULLAH
General FictionNovel ini mengisahkan kesungguhan Hati serang wanita dalam mendekati, merayu, dan meminta kepada Allah atas apa yang Ia mimpikan. Karena Ia yakin Allah yang punya segalanya dan hanyalah Allah yang bisa memberikan apa yang Ia inginkan Melalui Ibad...