Part 1

64 5 5
                                    

riuh, itulah kata yang pas untuk menggambarkan keadaan kantin saat ini. kantin yang sudah aku injak selama 1 tahun ini. ya, kelas 11, itulah tingkatku saat ini.

aku mendudukkan diri, lalu menelungkupkan wajahku. ini hari ke-tiga masuk sekolah, setelah libur selama 3 minggu.

menoleh ke aula yang sedikit terbuka. disana ada 360 anak kelas 10, mipa dan ips yang mengikuti mpls. suara yang bersahut sahutan pun terdengar sampai ke luar.

kembali ku pendam wajahku diatas meja, belum sampai 3 menit. pundakku sudah ditepuk.

“hei, cepetan pesen, keburu tambah rame.” ia distya, temanku. dia itu, cantik ber-kacamata dengan lesung di pipinya. tangan kanannya memegang semangkuk soto, tangan kirinya menjinjing se-cup es teh, dan kakinya mulai masuk ke bawah meja.

“bentar lagi, masih rame itu, pasti sesek.” jawabku cepat, lalu kembali menelungkup. panas, saat tanganku sengaja disentuhkan dengan mangkuk soto-nya itu.

“iya, gue berdiri.” melangkah dengan malas menuju kerumunan itu.

tidak lama, aku kembali ke meja dengan sepiring nasi goreng telur. untuk minum aku tidak pesan, karena membawa dari rumah.

dengan bertahap aku mulai menghabiskan-nya. kunyahanku sedikit terhenti mendengar temanku berkata.

“tumben, biasanya soto.” ia nora, temanku yang tidak suka makanan pedas. terbukti dengannya yang memakan nasi putih dan ayam kecap.

“nggak, panas, tadi udah kena yang panas.” ucapku melirik distya. ia menoleh hanya mengabaikan, lalu meminum es tehnya. nora mengangguk.

 -------


keadaan kelas saat ini ramai, penyebabnya adalah guru matematikaku yang tidak masuk karena mendapat tugas rapat di dinas pendidikan.

ya, sekolahku memang termasuk favorit. buktinya, kbm sudah berjalan di minggu pertama awal masuk sekolah.

speaker pun sudah on, dengan menyambung musik melalui hp. lagu yang dimainkan bergenre west. rasanya bahagia, karena memang aku pun tidak menyukai matematika.

bangkit berjalan menuju pintu kelas. ku lihat kanan kiri, untunglah koridor sepi. aku menopang wajah menggunakan tangan diatas tembok pembatas. mataku melihat lapangan indoor yang juga sepi. biasanya ada beberapa kelas yang melakukan pelajaran olahraga disana, tapi kini hanya satu kelas.

pandanganku terfokus pada dia, yang sedang memimpin pemanasan. namanya lukas, orang yang aku suka sejak kelas 10.

dia begitu tampan. kulit putih, hidung mancung, dan tinggi yang pas untuk ukuran tubuhnya, membuatku agak susah move on. Padahal aku tahu ia sudah punya pacar, kalian tau siapa? teman satu kelasku sendiri, yeah it hurts.

tapi tidak apa, cukup menyukainya saja aku senang, walaupun tidak mendapat timbal baliknya.


****

Dear you, LukasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang