Saya menambahkan beberapa adegan lagi pada setiap part-nya... Semoga kalian sukaaa^^
Reana terus meringkuk ketakutan pada sudut kamarnya. Luka lebam serta luka beberapa sayatan menghiasi kulit putih gadis 17 tahun itu. Tubuhnya terasa seakan remuk, tangan dan kakinya terkilir hingga pergelangan kaki kanannya mengalami bengkak dan memar.
"REANA!" Suara bass orang itu memanggil namanya dengan penuh emosi. Reana sudah mengganjal pintu kamarnya dengan meja belajar miliknya yang lumayan berat, tentu pria itu tak akan bisa memasuki kamarnya, 'kan?
"KELUAR KAU, ADIK SIALAN!" Suara itu kembali memecah kesunyian dalam kamar. Reana semakin merapatkan tubuhnya ke tembok, tangannya memeluk lutut dengan gigi gemelatuk menahan ketakutan yang kian menjadi pada setiap ketukan langkah yang ia dengar.
Langkah kaki itu mendekat, semakin dekat hingga Reana mendengar suara pantofel yang mengetuk dengan intonasi lambat.
Knock ... knock ...
Pintu kamarnya diketuk pelan namun terasa menakutkan untuknya ...
"Urusan kita belum selesai, Reana. Buka pintunya sekarang, Bang**t!" maki lelaki yang tak lain adalah Rean, kakak satu-satunya yang ia miliki.
"Am-pun ... ampuni aku, Kakak."
"Ampun kau bilang? Cih, sampai mati aku tak akan mengampunimu dan membiarkanmu hidup bahagia. Tidak akan!" ucap Rean dengan nada penuh emosi dari balik pintu kamar.
"Mommy ...." Gadis itu hanya mampu terisak sembari memanggil sang ibu dengan nada lirih, ia juga menutup kedua telinganya dengan kedua telapak tangan mungilnya.
DUK DUK DUK ... DUK DUK DUK
Rean menendang pintu kamar Adiknya, membuat gadis itu semakin menggigil ketakutan. Bayangan mengerikan amukan sang Kakak membuat gadis itu memejamkan mata dan terus menutup kedua telinganya.
Ia berharap ini semua hanyalah mimpi belaka.
"Buka, Sialan!" maki Rean ketika menyadari sesutu menghalangi pintu kamar.
"Tuhan ... se-selamatkan a-aku." Reana berdoa dalam hati berharap Tuhan masih sudi menolongnya dari amukan Rean yang seperti monster itu, padahal ia hanya melakukan kesalahan kecil saja.
BRAK!
Pintu kamar milik Adiknya berhasil ia dobrak, terlihat sebuah meja belajar kayu menghalangi jalannya masuk.
BRAK!
Kembali Rean mendorong meja tersebut hingga terjatuh ke arah depan, memberinya ruang untuk masuk ke dalam kamar sang Adik dengan leluasa.
Sebuah tongkat baseball berada di tangan kanannya. Lelaki itu semakin menyeringai kala melihat gadis kecil yang sedari tadi ia cari meringkuk ketakutan tak berdaya di hadapannya.
"Am-pun ... Kakak, ampun ...," mohon Reana memelas. Gadis itu ingat ia hanya memecahkan sebuah guci keramik karena ingin mengambil kucing kesayangannya. Kakaknya yang baru saja pulang kerja dan melihat keributan itu segera menjambak Reana dan menyeret gadis itu tanpa rasa iba sedikitpun.
Rean yang sudah lelah bekerja sepanjang hari, ditambah dengan peliknya masalah pekerjaan yang ia hadapi, membuat emosi lelaki itu mudah sekali tersulut, meski hanya dengan hal kecil saja, apalagi pelakunya adalah Reana.
Rean tadi sudah menginjak pergelangan kaki kanannya dan memukul punggung Reana dengan tongkat baseball. Hinggalah kini gadis itu begitu gemetar kala lelaki tampan tersebut semakin dekat dan dengan gerakan cepat mengayunkan tongkat itu menghantam bahu kanan Reana.
"Akh!" gadis itu menjerit tak sanggup menahan rasa sakit yang dideritanya. Dan hanya dalam hitungan detik saja, Reana telah kehilangan kesadaran sepenuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadistic Brother (Revisi)
RomanceBerawal dari sikap pilih kasih yang dilakukan orangtuanya pada Rean dan Reana, menjadi awal mula kebencian Rean terhadap Adiknya. Adiknya yang selau dihujani kasih sayang oleh orangtuanya, dan Reana yang ia anggap menjadi penyebab utama kecelakaan y...