3

15.6K 761 25
                                    


Reana tengah sibuk menghafal dialog tokoh dalam drama yang akan ia perankan nanti. Beberapa kali gadis itu terlihat meneguk air mineral dalam botol miliknya yang sengaja ia bawa dari rumah, seringkali gadis tersebut mengalami dehidrasi ditengah cuaca panas kotanya ini.

Tak berapa lama berselang, terdengar keributan yang berawal dari sebuah tempat sampah yang terletak di dekat pintu masuk aula ditendang oleh seseorang yang baru saja masuk ke sana, hingga hal tersebut menimbulkan kegaduhan dari para siswa siswi yang sedikit emosi karena konsentrasi mereka pecah akibat ulah preman sekolah yang biasa membuat onar untuk menunjukkan kekuasaannya pada adik kelas mereka.

Reana melihat ke sumber suara, seorang pria berseragam tak rapi dengan beberapa temannya tengah berjalan ke arah mereka. Reana bingung melihat beberapa temannya yang lain, meski mereka tampak sedikit kesal pada ulah para berandalan itu, tetapi pada akhirnya mereka tetap menyingkir takut dan memberikan jalan untuk empat orang lelaki dengan pakaian berantakan tersebut.

Reana tak ambil pusing, selama mereka tak mengganggu  dirinya maka ia tak perlu repot-repot untuk menyingkir. Fokus Reana kembali tertuju pada lembaran naskahnya, mencari dengan teliti sampai di mana terakhir kali ia membaca barisan rapi tersebut.

Terlihat empat pemuda tengah berdiri angkuh di depan Reana yang tengah fokus pada kegiatannya, hal itu membuat konsentrasi si gadis buyar dan kenyamanannya terusik akibat ulah mereka. Reana tak menyukai bila ada yang mengganggunya belajar, apalagi sampai mengusik ketenangannya seperti saat ini.

Dengan segera gadis itu menutup lembaran-lembaran naskah yang berada di pangkuannya, ia dengan sikap tak kalah angkuhnya dari mereka menatap seorang pemuda tampan yang berdiri tepat di hadapannya kini.

Satu alis Reana terangkat seolah bertanya 'ada apa?' pada kawanan preman sekolah tersebut, bukan bermaksud tak sopan pada sang kakak kelas, gadis itu hanya ingin mengingatkan mereka bahwa tak semua penghuni sekolah ini takut padanya.

Pemuda tampan itu mendecih kesal melihat respon gadis kecil di depannya kini, ia yang merasa ekspresi yang Reana keluarkan sedikit congkak, pemuda itu merasa tertantang dan tersulut emosi. Dengan gerakan cepat dan tiba-tiba, si pemuda mencengkram erat rahang Reana, ia ingin gadis itu tahu siapa dirinya di sekolah ternama itu.

Di luar dugaan si pemuda, Reana sama sekali tak menunjukkan raut ketakutan sedikitpun pada sosoknya, justru Reana dengan kasar menepis tengan si pemuda yang masih mencengkram leher kecilnya dengan kuat.

"Berani sekali kau padaku, Nona!" Zefaro, nama pemuda tersebut, ia merasa darahnya mendidih dan emosi yang yang siap meledak saat itu juga.  Zefaro membentak Reana dengan mata memerah menahan amarah. Fisik pemuda itu sangat indah, sebuah anting terpasang apik di telinga kanannya, sangat cocok dengan paras tampannya tersebut.

"... " Tak ada jawaban apapun yang keluar dari bibir si cantik Reana,  ia terlalu malas berdebat dengan siapapun pagi ini. Apalagi jika harus meladeni para preman yang haus pujian seperti mereka, sungguh Reana benar-benar tidak mau membuang waktu berharganya.

"APA KAU TAK MENDENGARKU, HUH?" Bentakan dari si pemuda tak sedikitpun membuat Reana gentar dan ketakutan,  ia bahkan tak terlonjak kaget seperti temannya yang lain dan tetap berdiri santai di hadapan mereka yang menatapnya nyalang. Begitu juga ia tak sedikitpun memalingkan pandangannya pada Zefaro.

"Aku tak punya urusan denganmu! Jadi, jangan menggangguku!" Reana dengan cuek pergi berlalu dari sana begitu saja, meninggalkan mereka yang emosinya sudah berada di ubun-ubun kepala.

"Zefaro, tenanglah. Dia hanya gadis miskin yang bahkan tak level untuk kita berurusan dengannya, abaikan saja!" ucap Shawn, temannya yang berbadan tinggi gempal. Lelaki tampan itu menatap Reana yang kini memilih duduk di kursi depan jendela besar dan hanya diam melihat pemandangan di luar sana.

Sadistic Brother (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang