Kakek veteran perang itu memunculkan sayap di punggungnya. Bulu-bulunya tidak terbuat dari bulu burung, tapi terbuat dari kaca-kaca berwarna-warni layaknya kaca gereja. Dia mengejarku, laju terbangnya lebih kencang dari pesawat tempur. Dan aku tertangkap dalam cengkraman tangannya.
"Cucuku!" Dia memanggilku.
Aku sejenak heran, siapa orang ini? Barangkali kakekku yang veteran perang itu. Dia meninggal bukan karena bertugas di Timor Leste, terjangan peluru pernah menembus tangan kanannya. Beliau meninggal karena kangker paru-paru. Kakek seorang perokok berat. Namun dengan seizin Allah, dia bisa beraktifitas seperti orang pada umumnya kala hidup.
Pagi meminum kopi, siang membaca buku, kadang juga mengirim cerpen dan puisi di koran. Pemerintah pada waktu itu memberikan banyak kenikmatan bagi tentara angkatan darat. Beras berkintal-kintal diberikan sebagai upah karena telah mengabdi kepada negara. Dan kakekku ini, memiliki tujuh anak. Setiap anak dijatah beras sepuluh kilo setiap anak. Istri kakek mendapat sepuluh kilo, sedangkan kakek sendiri, yang seorang tentara, mendapat lima belas kilo. Karena kebanyakan, maka nenek menjual beras berkualitas rendah itu dengan beras yang lebih baik.
Haha, berangkat berperang meresikokan nyawa, cuma dihargai dengan beras murahan. Apakah nyawa kakekku lebih rendah dari beras? Berapakah harga nyawa semua pejuang negara Indonesia jika dihitung?
Ah, hutang negara kita pasti lunas. Bahkan berlebih! Namun kini, orang-orang berperang ideologi, bentrok karena perbedaan pikiran. Misal, agama ini tidak suka dengan agama itu. Penyuka kucing membenci anjing. Partai ini kurang rukun dengan partai yang lain. Feminis bertarung dengan ketidakadilan sosial, kekerasan rumah tangga, dan kadang, diri sendiri.
Kemudian, setelah kakekku menangis, dia bilang, "Ini aku, Rahma! Kakekmu, Sunardi!"
"Kakek Sunardi?"
"Iya! Maaf dulu aku tidak mendengarkan ayahmu. Kakek punya beban berat di pikiran. Aku sangat-sangat menderita. Jiwaku rusak setelah pulang berperang. Kakek tidak pernah salat lagi. Suka mengosumsi morfin. Itu karena aku trauma sudah membunuh orang-orang Jepang itu."
Ketakutanku hilang total, "Tidak apaa-apa. Dosa-dosa orang Jepang jauh lebih banyak."
Kakekku berdeham sebentar, dan tertawa, "Haha, tapi cucuku yang imut ini melihat film kartun bajakan setiap hari!"
Aku terduduk malu, dan turun dari angkasa ke tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penjelajah Dunia Gaib (TAMAT)
HorrorRahma berangkat ke dunia gaib setelah mempelajari maraga sukma, atau yang lebih dikenal sebagai astral projection dan bertemu kakek veteran perangnya di dunia seberang yang sudah meninggal. Kisah horor macam apa yang akan kamu baca? Penasaran?