"Aku menonton animasi Jepang itu untuk membalas penjajahan Jepang, Kek!"
Aku beralasan demikian. Karena aku malu untuk berbicara sejujurnya bahwa aku ingin menjadi pengisi suara pada kartun di Indonesia.
"Hm, cucuku. Jika ingin membalas dendam pada Jepang. Kamu mustinya membuat karya yang banyak. Berprestasilah. Maka Jepang, negara maju itu bisa kita salib!"
"Kek, ini salib dalam artian mendahului atau menyalib versi nasrani?"
Kakekku yang Nasrani terbahak-bahak kencang, dia agak marah, "Mendahului, tentu!"
Aku merenung sejenak, membenarkan tempatku duduk, "Sebetulnya aku ingin beragama lain. Pindah agama begitu. Pindah ke agama Kakek."
"Katolik? Haha, dapat pencerahan dari mana kamu?"
"Ah, Kek, aku merindukan musik-musik gereja. Indah sekali. Meski musik orang timur juga indah dan terkesan mistik, namun hatiku lebih segar saat mendengarkan lagu-lagu klasik."
Kakek tersenyum sepat, dia ingin mengatakan hal yang belum dapat diucap.
"Apa Rahma tidak terlihat seperti domba tersesat?" Dan kakekku tersenyum.
"Rahma, sebentar. Aku panggilkan teman Muslimku dulu. Dia sangat taat, dan dia juga masuk di dimensi yang indah."
Kakek membacakan mantra dengan bahasa yang tidak pernah aku dengar sebelumnya. Dan ada makhluk datang, dia membawa tasbih, berbaju serba putih, matanya sembab, dan di tasbihnya ada lambang salib dari emas.
Aku mengucapkan salam. Dan airmatanya hilang.
"Aku dulu ikut berperang dengan Mas Sunardi." Kakekku tersenyum mendengarnya, teringat akan masa lalu. "Dan aku pernah diselamatkannya ketika kakiku hancur diremukkan ranjau darat. Kakekmu menggendongku! Dan semakin aku ketakutan, semakin Mas Sunardi berlari kencang. Namun saat tangannya terkena peluru orang Jepang. Atasan Mas Sunardi memerintahkan untuk tidak menggendongku."
Kakek Sunardi berkaca-kaca, dia sangat menyesal. Kakek berharap, selalu berharap, jika dia tidak pernah lengah, pasti kawan seperjuangannya hidup.
"Tasbih ini, Rahma, dari leluhurmu. Dia masih ingin aku berzikir, tapi juga ingin mengingat Yesus."
Aku terdiam, terpaku. Aku tahu siapa orang berbaju putih ini, dia bernama Rahmat. Aku dulu saat masih kecil memanggilnya, "Pak". Beliau adalah guru mengajiku, sekaligus orang yang sangat dekat dengan kakekku. Dan mulailah aku bertanya yang aneh-aneh, "Apakah kakek sekalian masuk surga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Penjelajah Dunia Gaib (TAMAT)
HorrorRahma berangkat ke dunia gaib setelah mempelajari maraga sukma, atau yang lebih dikenal sebagai astral projection dan bertemu kakek veteran perangnya di dunia seberang yang sudah meninggal. Kisah horor macam apa yang akan kamu baca? Penasaran?