Penjelajah Dunia Gaib (TAMAT)

Sesaji

Keduanya bimbang ketika hendak menjawab. Dan guru ngajiku bilang, "Saat kamu merasa bahagia. Berarti kamu sedang masuk surga."

"Bagaimana bisa! Surga dan neraka ada di Al-Kitab, ada di Al-Quran juga!"

Kedua orang yang sudah berpengalaman berperang dan meninggal itu tersenyum melihat kepolosanku. "Bukankah kita sekarang berada di bawah pohon randu di dunia yang bukan materi? Haha, kau terlalu merindukan kakekmu, Rahma."

Kemudian, orang berbaju putih itu memberi salam. Dan saat salam balasanku selesai terjawab, dia menghilang di antara kabut.

Sekarang kakek berbicara, "Rahma, cucu kesayanganku. Aku sebetulnya ingin menitipkan keris gaib yang aku simpan di dimensi lain kepadamu. Tapi menurut orang Jawa, perempuan tidak boleh memegang keris. Kamu tahu alasannya?"

Aku menggeleng. Tidak tahu.

Kakek menghela napas, "Karena tidak semua perempuan kuat memegangnya. Daya magis dari keris ini sangat besar. Kakek takut kamu malah dikendalikan oleh jin yang ada di dalam keris. Jadi, hati-hati."

Aku kecewa luarbiasa. Aku menangis. Memohon-mohon agar diberikan keris yang bisa aku pegang. Dan kakek yang hatinya melembut itu pergi sebentar. Memberikan janji akan membawa keris untukku. Dan aku sangat senang mendengarnya.

Kala kulihat-lihat, tempat kami berbincang tadi ini sungguh nikmat di mata. Suasana di bawah pohon ini menyenangkan. Jangkrik bernyanyi, laron-laron dengan banyak cahaya terbang, rembulan putih di atas langit nampak tersenyum bahagia, ada kolam dengan ikan-ikan koi berwarna emas, perak, merah, putih, oranye, hitam dengan sisik yang mengkilap.

Kemudian, penunggu keris yang gondrong itu datang dari belakang, "Mana sesajiku!"

Dia mengeluarkan pedang yang terbakar oleh api. Panasnya sangat keras menampar di tubuh astralku. Dan di tanganku tiba-tiba ada Keris Kiai Yuyu Rumpung, tidak memiliki luk. Konon katanya, keris ini lebih disukai oleh ksatria karena lebih mudah untuk memotong dan menusuk daging lawan saat bertanding ketimbang keris yang memiliki luk yang bergelombang layaknya air.