fourteen

102 12 1
                                    

Sudah sebulan atau mungkin lebih hubungan ku dan Kenneth berakhir, memang terasa ada yang kurang tapi aku masih bisa menghadapinya.

Luka hatiku perlahan sudah mulai pulih walau belum benar-benar sembuh, semua ini membuatku brlajar untuk nggak menggantungkan banyak harapan pada seseorang yang bahkan belum pasti menjadi akhir cerita cintaku

-

"Good morning, Clarabelle," sapa Pak Allard begitu masuk ruangan.

"Good morning, Pak. Sponge cake vanilla as you req," jawabku mengikuti nya dan meletakkan sarapan juga kopinya di meja.

"Thanks, Dee. Jadwal?"

"Hanya meeting di luar dengan perwakilan PT. Wijaya tbk, jam 2 siang nanti," jelasku.

"Meeting dimana?"

"Kembang Goela, Setia budi Pak." Pak Allard mengangguk.

"Tolong hubungi Pak Brian untuk menghadap saya, Dee"

"Baik, ada lagi yang anda butuhkan?" Tanya ku.

"Ada."

"Ya, ada yang bisa saya bantu?"

"Saya butuh kamu," ucapnya jenaka sambil tertawa membuat bola mataku reflek memutar.

"Pak, ya ampun saya udah serius loh ini."

"Bercanda, yaudah sana kamu keluar," tanpa menunggu lama aku langsung keluar dari ruangan itu. Dasar aneh.

2 bulan kerja dengan Pak Allard membuatku paham tabiat bos satu itu. Pak Allard itu gak jauh berbeda dengan Pak Adrian yang suka bercanda, kalau lagi baik ya baik banget tapi kalau lagi mode senggol bacok yaampun ngeri banget udah kaya titisan iblis.

Oh ya satu info lagi. Pak Allard itu mantan Playboy tapi katanya sekarang udah tobat dan lagi serius menata masa depan. Gaya banget dia.

Karena dia mantan playboy otomatis banyak wanita yang masih lalu lalang di dekatnya. Nah contohnya sekarang.

"Allard ada?" Aku nggak tau dia siapa yang pasti dia adalah salah satu korban playboy nya Pak Allard.

"Ada mba, sudah buat janji?" Tanyaku memberikan senyum ramah pada wanita dengan dress super ketat ini.

"Gue gak butuh buat janji untuk ketemu Allard," ucapnya langsung masuk ke ruangan Pak Allard. Baiklah terserah saja.

Baru 10 menit berlalu tamu Pak Allard sudah keluar dengan wajah super masam disusul Pak Allard dengan wajah jengkelnya.

"Dee," panggil nya.

"Iya Pak?"

"Kalau ada perempuan sejenis tadi, tolong hadang mereka apapun alasannya. Pusing saya,"

"Pusing?" Tanya ku membeo.

"Kelakuan mereka buat kepala saya mau pecah,"

"Ooohh. Siap Pak!" Ucapku sambil memberi hormat.

Pak Allard hanya melengos malas, kayaknya perempuan tadi benar-benar menguras emosinya.

-

Sekarang aku sedang berada dalam mobil bersama Pak Allard setelah meeting dengan pihak PT. Wijaya tbk. Pak Allard kurang suka disopiri jadi kemana-mana pasti bawa mobil sendiri.

"Pak, jadi makan dimana nih?" Tanyaku.

Ya, kebiasaan baruku. Jika ada meeting diluar seperti di cafe atau restaurant, pulangnya pasti kami akan mencari tempat makan lagi. Kurang kenyang kalau kata Pak Allard.

PICK UP LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang