"Hey, Jung. Lama banget sih!"
Siapapun yang mendengar teriakan lelaki ini pasti tau apa yang tengah dirasakannya, lelah dan kesal karena menunggu terlalu lama.
Sementara yang dipanggil hanya diam mengacuhkan, sambil tetap fokus terhadap laptop dihadapannya. Menurutnya, tulisan di laptopnya bahkan lebih menarik dari apapun.
"Hey, kau tidak dengar ya? Aku bosan, Jung!"
Jungkook menghela nafasnya. Kemudian dengan terpaksa menolehkan kepalanya menghadap ke samping, tepat menatap kearah pria tampan yang sedaritadi memanggilnya.
Hwang Hyunjin, adik tingkatnya yang sekaligus merangkap menjadi kekasihnya.
"Apalagi sih?"
Hyunjin terkekeh kemudian mengambil laptop milik Jeon Jungkook dan meraih si manis agar duduk di pangkuannya. Memang, kini keduanya tengah berada di apartemen milik Jungkook.
Jungkook hanya diam walaupun sedikit tersipu akibat perlakuan Hyunjin barusan.
"Jangan asik sendiri dong! Aku bosan nih"
Jungkook hanya diam saat menerima belasan kecupan diwajahnya. Mulai dari kening, kelopak mata, hidung, pipi dan juga bibirnya. "Jadi mau apa? Aku lagi buat cerita itu"balas Jungkook pelan.
"Ceritanya nanti aja, ada aku loh disampingmu ini"
Jungkook terkekeh kemudian menjalankan kakinya menuju dapur diikuti oleh Hyunjin. Jungkook ingat jika keduanya belum makan sejak pagi dan sekarang jam sudah menunjukkan pukul tiga sore.
Ah, pantas saja kekasihnya sudah jahil menganggunya. Dia kan rese kalau lagi lapar.
Dengan cekatan, Jungkook mulai memasak beberapa makanan yang gampang dibuat. Masih dengan Hyunjin yang memeluk pinggangnya dari belakang.
Memang sedikit susah, namun Jungkook suka.
Memang, diantara keduanya, Jungkook lah yang terlebih dahulu memendam rasa pada Hyunjin. Tepatnya saat masa orientasi, Jungkook tidak sengaja menabrak Hyunjin.
Mengingatnya, Jungkook hanya tersenyum kecil. Kenangan keduanya begitu manis.
"Ini, makan dulu"
Hyunjin menganggukkan kepalanya kemudian dengan lekas menghabiskan masakan sang kekasih dengan lahap. Begitu juga dengan Jungkook, ia senang sekali saat melihat kekasihnya menyukai masakannya.
Jungkook tau semua kebiasaan Hyunjin, bahkan hingga ia yang tidak suka memakan nasi yang lembek dan terlalu keras. Juga telur mata sapi yang matangnya tiga per empat.
"Kau tau, Jung? Aku tidak sabar lulus kuliah dan menikahi mu!"
Jungkook hanya tersenyum kecil. "Makanya rajin kuliah, kau selalu bolos beberapa hari ini"balas Jungkook kecil.
Hyunjin menganggukkan kepalanya.
"Aku akan rajin kuliah, tapi sini dulu kecup bibirku!"
Hyunjin memang bisa saja merayunya. Jungkook hanya tersenyum tipis kemudian mengecup sekilas bibir kekasihnya dengan malu-malu.
Jungkook benar-benar sangat menggemaskan ketika malu.
Suara ketukan pintu terdengar dari luar, membuat keduanya berhenti sejenak. Jungkook mengernyitkan dahinya kemudian berjalan pelan menunju pintu. Dapat ia lihat dari intercom jika Jihyo, teman sekampusnya tengah menunggu didepan.
Sesegera mungkin Jungkook membukakan pintu, takut jika temannya menunggu terlalu lama. "Hai, ada apa?"ujar Jungkook sambil mempersilahkan temannya duduk di ruang tamu
Jihyo berjalan pelan kemudian duduk disalah satu sofa milik Jungkook, matanya berpendar begitu menghirup aroma masakan. "Kau habis masak? Tumben? Kau sudah baikan?"
Jungkook tersenyum lucu, hingga memperlihatkan gigi kelincinya. "Iya, ada Hyunjin jadi aku masakkan!"jawab Jungkook penuh semangat.
Dapat Jungkook lihat jika Jihyo mengernyitkan dahinya kemudian segera beranjak menuju dapurnya. Jungkook mengikuti saja.
"Loh, Hyunjin kemana? Tadi disini sedang makan,"
Jihyo menghela nafasnya. "Jung, berhenti. Lihat mangkuk ini masih penuh, bahkan sendoknya masih bersih. Tidak ada Hyunjin lagi disini, Jungkook"ujar Jihyo pelan.
Kini giliran Jungkook yang mengernyitkan dahinya. "Dia baru saja makan denganku"balas Jungkook pelan.
Jihyo hanya bisa menarik Jungkook dalam pelukannya. "Berhenti, Jungkook. Hyunjin sudah meninggal, kau harus-"
BRAKK.
Jungkook segera mendorong Jihyo hingga terjatuh. "Apa maksudmu?! Berhenti bicara omong kosong! Kalian semua sama saja!"pekik Jungkook marah.
Dengan segera Jihyo kembali menarik Jungkook yang tengah menangis dalam pelukannya. Membisikkan kalimat-kalimat penenang.
Setelah Jungkook tertidur, Jihyo hanya bisa menghela nafasnya. Kemudian tangannya mengambil ponselnya, dengan segera menghubungi bibinya yang seorang psikolog.
"Ia masih berimajinasi jika Hyunjin bersamanya,"
Jihyo menganggukkan kepalanya. Wajar saja, kematian Hyunjin seminggu lalu membuat Jungkook depresi hingga ia susah membedakan kenyataan dan imajinasinya.
Ia paham, imajinasi Jungkook semuanya lahir karena tulisan di ceritanya, ia masih saja menulis semua kenangannya dengan Hyunjin.
"Penderita psikosis memang seperti itu Jihyo, lebih baik segera bawa Jungkook untuk terapi. Tidak baik untuk masa depannya jika Jungkook terus menerus seperti ini"
.
The End.Hahahahahahah, ini maksa bgt anjay.
--
ps.
Psychosis (Psikosis) ; kondisi di mana penderitanya mengalami kesulitan membedakan kenyataan dan imajinasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bottom Jungkook Shots
Fanfictionall x Jungkook request silahkan komentar di chapter [open request] Highest Rank #1 in freefire (08/21-09/22)