Part 6

4.4K 43 1
                                    

“Permisi, mba Ashilla, mas Gabriel. Maaf ganggu, boleh wawancara sebentar ga?” ucap seorang wanita yang rupanya adalah seorang Wartawan.

                Sejak kedatangan mereka ke restaurant ini shilla merasa ada yang ngeganjal, seperti ada yang sedang memata-matai mereka. Dugaan shilla tak meleset, baru saja pesanan mereka datang, sudah ada seorang yang menghampiri mereka, bukan pelayan restaurant melainkan wartawan.

                “maaf mba, tapi kita mau makan siang dulu” ucap iyel dengan tenangnya. “sambil makan siang juga nggak papa” shilla memutar bola matanya mendengar ucapan wartawan yang agak maksa itu.

                “kok maksa sih? Yaudah kalau maksa. Tapi bentar aja yah” sabar…sabar…sebagai orang yang tersorot, kita harus memberikan yang terbaik.

                “emang benar, kemarin berantem hebat sama Cakka sampai pergi dari rumah?” shilla terkejut mendengar pertanyaan yang dilontarkan.

                Gila, kepo banget. Sampai masalah itupun di cari tahu. Kayak ga ada kerjaan lain aja. Emang di Indonesia ga ada berita lain apa yang diliput, ngapain rumah tangga gue yang dikepoin. Sabar Shill, sabar. Batin shilla.

                “apa benar keributan itu di picu oleh kehadiran orang ketiga yang tak lain adalah mantan pacarnya Cakka?” belum sempat shilla menjawab pertanyaan tadi, kini telah dilontarkan pertanyaan lain yang tak kalah mengejutkan.

                “Gini ya, dalam rumah tangga itu pasti ada yang namanya berantem-berantem jadi wajarlah, emang ada orang yang membina rumah tangga gak pernah berantem? kalaupun ada, berarti nggak pernah ada cinta tuh”

                “apa benar mantan pacar cakka adalah pemicunya?”

                “emang cakka punya mantan pacar ya? Aku aja baru tau tuh” jawab shilla ogah-ogahan.

                “lalu siapa wanita yang diketahui bernama Agni itu?”

                “aku nggak tau, emang dia siapa sih? Aku nggak kenal, suer deh” ucap shilla tertawa renyah dengan mengangkat jarinya membentuk huruf ‘V’.

                “lagian aku yakin kok, cakka ga mungkin ngeduain adik aku yang cantiknya limited edition ini.”

                “apasih kak” shilla menyiku perut iyel, yang membuat iyel meringis.

                “kok, cakkanya nggak ikutan?” Tanya wartawan lagi.

                “tadi dianya mau ikut, tapi bentar lagi mau meeting, takutnya kejebak macetnya Jakarta. Tapi aku udah mesanin kok buat dibawa ke kantornya” terang shilla.

                “oh iya mba, mas, udahan dulu ya, kita mau makan nih. Akunya udah keroncongan banget” dusta shilla.

                “oh iya mba Ashilla, mas Gabriel. Makasih atas waktunya” pamit seorang wartawan lalu pergi.

                “kirain mau bahas soal launching anak perusahan di jepang, eh ternyata malah ngepoin rumah tangga aku” ucap shilla asal-asalan.

                “namanya juga wartawan shill, kayak nggak tau aja, launching perusahan sudah biasa kalau perusahaannya milik keluarga kita yang udah biasa melahirkan perusahan besar di berbagai belahan dunia”

                Perkataan iyel barusan bukan tanpa alasan. Beberapa tahun belakangan, wartawan lebih suka ngeliput kehidupan pribadi keluarga mereka di banding masalah perusahaan, ada sih liputan tentang perusahaan mereka, namun tak sesering liputan masalah pribadi keluarga mereka.

Kita SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang