Martin dan Rodes masuk ke sebuah cafe setelah berputar-putar di taman bermain beberapa jam.
Cafe dengan dekorasi modern memberi kesan millenial. Banyak pengunjung yang di dominasi para pemuda-pemudi yang sedang berkencan atau hanya berkumpul bersama teman.
Terlihat aneh ketika ada dua orang pemuda datang bersama, dengan membawa seorang bayi.
Ya memang aneh.
Tapi Martin dan Rodes tidak peduli. Mereka lelah dan ingin cepat makan.
Tidak hanya mereka yang lelah karena sepertinya Shofia juga. Buktinya sejak beberapa menit yang lalu bayi cantik itu mulai rewel.
Rodes menarik sebuah kursi lalu Martin duduk disana masih mencoba menenangkan sang bayi.
Rodes meletakkan tas bayi yang sejak tadi dia tenteng di sebuah kursi lalu duduk disebrang Martin.
Sedikit bingung harus melakukan apa ketika temannya sedang mencoba menenangkan Shofia.
Pemandangan itu ternyata menarik perhatian beberapa pasang mata.
Berbagai macam ekspresi terlihat. Ada yang tertawa, ada yang kagum, dan ada yang memandang sedikit, jijik?
"Aduh! Jangan dimakan, Cantik.."
Martin menarik keluar tangan kecil si bayi yang sedang dimasukkan ke dalam mulutnya sendiri.
"Rod. Tolong ambilkan susunya."
Rodes menarik kursi sebelahnya, membuka tas, mencari dan mengambil sebuah botol susu, mengangkatnya diudara
"Habis.."
"Tolong buatkan."
Mata Rodes membulat sempurna karena permintaan yang terdengar sedikit horor di telinganya, "Aku tidak bisa."
Martin memutar bola matanya malas, "Kita semua sudah pernah diajari oleh Rey kan.."
"Ya dan,.. tentu saja aku sudah lupa.."
"Bodoh!"
Martin kesal karena temannya itu tidak bisa diajak kerja sama disaat genting seperti ini.
Dia sedang repot dengan Shofia yang rewel harusnya Rodes bisa menangani yang lain seperti, membuat susu misalnya..
Dasar..
Jika Martin adalah seorang wanita maka dia bersumpah tidak akan mau menikah dengan Rodes, tidak peduli meskipum dia sangat tampan!
"Ini! Pegang Shofia!"
Rodes langsung menangkap si cantik Shofia yang sudah melayang di udara sebelum bayi itu jatuh dari tangan Martin.
"Jangan menangis, Baby girl.."
Dia bangkit berdiri menimang si bayi. Tidak peduli pandangan para pengunjung cafe sudah tertuju ke meja mereka. Bahkan beberapa wanita mengambil fotonya terang-terangan.
Shofia masih merengek, wajahnya sudah merah dan sedikit basah membuat dia terlihat menggemaskan.
Rodes mencoba menenangkan Shofia ketika tangan bayi itu sudah menggapai wajah tampannya sedikit brutal.
"Kau lapar heum? Iya, lapar?" tanya Rodes sambil mengangkat tubuh si bayi di udara.
"Nyaa.. Nyaahuwaa..." Shofia semakin menangis tangannya mencoba meraih Rodes agar kembali direngkuh dan kakinya menendang di udara. Mungkin bayi itu takut jatuh.
"Hey lihat itu.." Rodes mengarahkan wajah sang bayi ke Martin, "Dia sedang membuatkan makananmu.. Jadi jangan menangis.."
Shofia berhenti rewel melihat botol susunya sedang diisi. Menyenderkan kepalanya yang terasa berat di bahu Rodes sambil masih terisak.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lover
Non-FictionPada dasarnya setiap manusia adalah seorang pecinta. Cinta tak hanya melulu tentang kekasih kan?