Hari ini Joe hanya ada kelas pagi jadi dia tidak membawa Sammuel ke kampus dan pulang sebelum siang. Mana bisa dia meninggalkan si kecil tampan itu itu sendirian di rumah.
Setelah makan siang mereka bersantai di sofa bed ruang tengah. Joe terlentang berbantalkan boneka yang ada di atas paha kecil Sammuel.
"Sam, apa Kau pernah melakukan hal seru?"
Bibir yang sedang mengerucut karena fokus, mulai bergerak kecil tanpa mengubah bentuknya, "Um.. I think yeah.. Why?" jawabnya setelah mencoba mengingat-ingat hal seru apa saja yang sekiranya pernah dia lakukan.
"Apa Kau pernah naik motor?"
Sammuel yang sedang menyelipkan jepit rambut di helaian rambut Joe pun menggeleng, ya karena selama ini Kevin, Grandpa, dan Grandma nya selalu naik mobil. Anak kecil itu bahkan berpikir sepertinya Kevin tidak punya motor.
"Mau naik motor denganku?"
"Is that fun?" tanya dia tanpa semangat yang berarti.
"That's incredible fun."
"Okay let's go!!"
Sammuel suka dengan kegiatan apapun yang menyenangkan, apalagi beberapa hari terakhir ini dia sangat bosan meskipun Joe selalu mengajaknya bermain.
Pemuda itu selesai mengganti baju dan membawakan jaket tebal untuk Sammuel. Memasukkan semuanya ke tas kecil lalu keluar dari apartemennya.
Sesampainya di parkiran Sammuel bingung saat mereka masuk ke dalam mobil. Bukankah mereka akan naik motor hari ini?
"Um, Joe. Dimana motornya?"
"Ada di suatu tempat. Kita harus pergi kesana dulu untuk mengambilnya."
"Hm okay.."
Mobil keluar dari parkiran apartemen membelah jalanan salah satu kota di Amerika. Tak lama, mereka masuk ke halaman luas sebuah rumah yang sudah banyak mobil berjajar disana.
Kedatangan mereka disambut oleh banyak pemuda-pemudi seumuran Joe.
Seorang gadis cantik berpakaian paling tertutup diantara para gadis disana, dengan wajah terkejutnya langsung menangkup pipi Sammuel, "Oh my God! Who is he?"
"Keponakanku, Sammuel."
"Oh really?! Lucu sekali.." rautnya berganti terharu karena ternyata ini pertemuan pertamanya dengan anak-anak,"Halo.. Namaku Briana. Senang bertemu denganmu, Sam.."
"Hello.. Nice to meet you too.. You are so beautiful and cool with that t-shirt." pujinya.
Sam memang suka melihat wanita berpakaian bagus dan sopan serta enak dipandang seperti neneknya.
Yang dipuji sampai melongo melihat pakaiannya sendiri lalu melihat Sam tidak percaya, terlalu meleleh hingga menyeka air di ujung matanya, "Oh my God.. You are too sweet!! I like you!"
Para gadis sudah menculik Sammuel dari sang pemilik, membawanya ke taman belakang untuk diajak bermain dan ditawarkan banyak makanan ringan serta minuman.
"Girls! Jangan mengumpat di depannya!" teriak Joe karena dia hafal betul bagaimana mulut para teman wanitanya ini.
Dia sendiri pergi ke garasi untuk menyiapkan motor yang akan dipakai nanti.
"Aku heran padamu." kata salah satu pemuda tiba-tiba.
"Go ahead." sahut Joe.
"Selama ini Kau tidak pernah membawa gadis saat bermain, tapi tiba-tiba datang membawa anak."
Joe terkekeh, "Tidak mungkin dia kubiarkan sendirian di rumah kan?"
"Hey, biasanya Kau memilih tidur saat malas. Kenapa tidak tidur saja dengannya di rumah? Bukankah dia bisa jadi alasan yang bagus?"
Temannya yang ini memang sangat menyebalkan kadang-kadang. Joe menghela nafas, "Dia bilang ingin jalan-jalan naik motor."
"Oke lalu apa Kau sudah menyiapkan keperluan anak itu? Um- Safety maksudku."
Mengangguk mantap, "Aku sudah bilang pada Nick untuk membelikannya kemarin."
"Oh aku baru sadar dia belum datang."
"Pasti adiknya rewel."
"Ah, si cantik Bella?"
"Ya, siapa lagi."
Setengah jam kemudian, dengan kedatangan Nick dan seorang balita perempuan, kelompok itu menjadi lengkap.
Joe menjemput Sam dan teman-teman gadisnya di halaman belakang. Dia melihat bagaimana Sam tertawa lebar diantara para gadis cantik.
Entah bagaimana pemandangan itu terlihat seperti tidak nyata. Seperti sekumpulan bidadari wanita dengan malaikat kecil.
"Sam Baby!" panggilnya.
Sontak anak itu berdiri dari duduknya di atas meja, kedua tangan menyongsong kedatangan pemuda penyelamatnya.
"Joe, tangkap aku!" teriaknya sambil memasang kuda-kuda untuk meloncat.
"No!! Jangan melompat, Kau bisa jatuh." lalu menggendongnya, "Come on girls."
Di halaman depan mata Sam berubah fokus saat menangkap keberadaan balita perempuan yang menggemaskan.
Meski lebih besar 3 kali lipat, tapi membuat dia teringat dengan bayi yang bersama Kevin.
Hatinya kembali sendu..
Sam menyandarkan kepalanya di bahu kekar Joe, memandang ke belakang dimana para gadis berjalan. Lalu menyembunyikan wajahnya karena dia merasa akan menangis.
Dia tidak bisa mengerti perasaannya sendiri. Hanya saja terasa sangat sedih.
Satu isakan lolos teredam dari bibir kecil itu. Joe berhenti melangkah untuk diam sejenak, lalu mengubah arah langkahnya ke pohon besar di tepi halaman. Menjauh dari teman-temannya.
"Is something wrong?"
Kepala kecil itu menggeleng tapi isakannya semakin menjadi karena tangis yang sekuat tenaga dia tahan.
Joe yang mendengarnya jadi ikut sesak lalu sedikit memaksa wajah manis itu agar menghadap dirinya.
Benar saja, mata dan hidungnya merah sekali. Kontras dengan kulitnya yang putih.
"Then why are you crying?"
"The baby.. Hiks!!"
"Why with the baby?"
"I don't know- I-I just wanna cry.."
Tidak banyak bertanya lagi, Joe merebahkan kepala kecil Sam di pundaknya lalu membelai punggung kecilnya.
Dalam hati membodoh-bodohkan diri karena telah bertanya padahal sudah jelas apa alasan dia menemukam Sam hari itu.
"It's okay.. Go ahead.. Cry as much as you want.."
Dengan begitu Sam menangis teredam di bahu nyaman milik Joe. Melepaskan semua sedihnya..
Anak itu tidak mengerti bahwa dalam tangis kekecewaannya terselip setitik tangis kerinduan..
***
Hello guys 👋
Glad to see you again
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lover
Non-FictionPada dasarnya setiap manusia adalah seorang pecinta. Cinta tak hanya melulu tentang kekasih kan?