Sammuel duduk cemberut di sofa. Alasannya adalah saat ini dia memakai pakaian onesie koala atas paksaan satu-satunya pemuda dirumah ini yang sekarang sedang berdiri di dapur.
"What kind of food do you want for dinner, Baby?"
"..."
Tidak ada jawaban membuat Kevin menoleh ke belakang. Dia tertawa kecil melihat bagaimana Samuel duduk melipat tangannya dan menoleh ke arah sebaliknya dari Kevin.
Astaga..
Koala kecil ini benar-benar marah rupanya..
Tidak bisa dibiarkan..
Sam tidak boleh marah pada Kevin..
Maka pemuda yang hanya memakai long sweatpant tanpa atasan sehingga otot-otonya yang kekar terpampang jelas itu berjalan ke sofa lalu tanpa aba-aba mengangkat tubuh si kecil disandarkan di pundak seperti karung beras.
"DADDY!! PUT ME DOWN!!"
"No."
"I COULD FALL!"
"And I'll never let you fall even once."
Plaakk!!
"Auch.."
Tentu saja ungkapan sakit itu hanya pura-pura. Mana mungkin tangan kecil seorang Sammuel bisa menyakiti badan besar Kevin hanya dengan sekali pukulan di pinggang.
Sam kemudian menutup mata dan mencengkram erat-erat punggung lebar ayahnya yang selalu terasa nyaman untuk dipeluk.
Tubuh kecil itu diletakkan diatas counter dapur tempat dimana Sam selalu duduk menunggu Kevin memasak makanan.
"I'm dizzy.." keluhnya belum melepaskan tangan dari leher Kevin.
Cupp..
Satu kecupan mendarat di kening sempit yang terekspos karena rambut panjangnya diselipkan di telinga.
"Ungg.. Still dizzy.." masih merengek.
Cupp.. Cupp..
"I wanna eat salmon steak with fries."
Kevin tersenyum miring memandang intens bagaimana sang putra meminta seperti anak kucing selagi tangannya mengambil kentang di keranjang tak jauh darisana lalu diletakkan di depan Sam, "Then, peel your potatoe's skin."
"Okay."
Membiarkan anak kecil itu sibuk dengan kentang dan alat pengupas ketangnya.
Kevin tidak perlu pergi ke luar karena lemari es dan laci-lacinya di dapur sudah penuh dengan berbagai makanan dan minuman.
Suasana saat ini terasa sama seperti 4 tahun yang lalu saat Kevin baru membawa Sam pulang ke rumah.
Waktu berbeda di tempat yang sama, dengan orang yang sama dan rasa yang sama. Hangat dan euforia.
"Do you love me?" tanya sang pemuda tiba-tiba tanpa memgalihkan wajahnya dari wajan berisi salmon.
"Why you asking?"
"Just wanna hear your confession."
"Don't you love me?"
"Pardon?"
"You wouldn't ask, if you love me.."
Kevin tersenyum miring dengan kening berkerut. Dia paham apa yang dikatakan oleh Sam tapi, dia pikir kalimat itu perlu pemikiran dua kali untuk disampaikan..
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lover
Non-FictionPada dasarnya setiap manusia adalah seorang pecinta. Cinta tak hanya melulu tentang kekasih kan?