"Daddy where are you going?"
Sam berdiri di atas sofa mengabaikan siaran kartunnya setelah melihat Kevin turun dari tangga dengan pakaian rapi.
"Hanya berkumpul dengan teman-teman. Why?"
"Umh.. Can I go with you?"
"Of course not, Baby.." jawab Kevin mantap sambil masih memasang jam tangannya
"But I wanna stay close to you tonight." katanya lirih.
Kevin mengernyitkan alis mendekat, "Kenapa? Apa terjadi sesuatu?"
Sammuel menggeleng, masih menatap penuh harap pada pemuda dihadapannya.
Telapak Kevin menangkup pipi chubby putra manisnya, "Then, why you look so gloomy?"
"Sam hanya ingin ikut dengan Daddy.."
Kevin menarik memeluk anaknya lalu mengecup puncak kepala Sammuel. Menghirup dalam-dalam aroma shampo bayi disana.
"Tidak bisa, Sayang.. Besok malam kita jalan-jalan oke. Aku akan pergi. Jangan tidur terlalu malam.."
Setelah mengucapkan itu Kevin langsung pergi tanpa berbalik..
Kevin,
melewatkan raut sedih dan mata rusa yang berkaca-kaca..
"Hiks.."
Jatuh sudah sebutir air mata di pipi kemerahan milik Sammuel disusul butiran lainnya
Sammuel mematikan televisi lalu berlari naik ke kamarnya menutup dan mengunci pintu.
Bibirnya masih melengkung ke bawah dan masih sesenggukan ketika anak tampan itu naik ke atas bed dan masuk ke dalam selimut.
"Huwaaa.."
Sammuel menangis..
Tangisannya terdengar sangat sedih.
Sammuel tidak mengerti kenapa dia seperti ini. Dia hanya merasa ingin menangis.
Dia merasa sedih tapi tidak ada seorangpun yang bisa diajak berbagi atau setidaknya mengatakan 'Semua akan baik-baik saja..'
Tobias dan Elana sedang berada di kantor. Ditambah Kevin memilih untuk keluar dengan teman-temannya.
Tidak adakah yang ingin menemani Sammuel sekarang?
Dia terus menangis hingga akhirnya lelah dan tertidur di bawah selimut tebalnya.
--The Lover--
Should've stayed, were there signs, I ignored?Can I help you, not to hurt, anymore?
We saw brilliance, when the world, was asleep...
There are things that we can have, but can't keep...
.
.
.Alunan sebuah lagu yang dibawakan oleh penyanyi menambah tenang suasana cafe.
Lampu temaram dan udara malam selalu menjadi kombinasi yang pas untuk mencari ketenangan.
Kevin dan teman-temannya memilih meja outdoor agar lebih leluasa berbicara dan bercanda.
Api unggun menyala di tempat pembakarannya membuat udara dingin tidak terlalu menusuk kulit.
"Aku punya teman gadis cantik. Mungkin lebih muda beberapa tahun darimu, Kev."
Kevin mengernyit, "Lalu?"
"Mau ku kenalkan padanya?"
Kevin tertawa lepas, "Tidak. Kau sendiri masih single, kenapa tidak untukmu saja hah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lover
Non-FictionPada dasarnya setiap manusia adalah seorang pecinta. Cinta tak hanya melulu tentang kekasih kan?