A day with you

26 8 3
                                    

Motor Bara berhenti di depan rumah yang cukup sederhana.

"Ini rumah lo?" tanya Bara yang masih memakai helmnya.

"Iya. Kecil ya? Pasti gak sebanding sama rumah lo.." ucap Alissa setelah turun dari motor.

"Gue gak punya rumah." dingin Bara.

"Gak usah bohong. Lo aja mampu beli motor ninja, gak mungkin gak punya rumah." jelas Alissa.

"Bukan rumah gue, punya ayah gue." jelas Bara.

Ada benarnya juga sih omongan nih gunung es, isi batin Alissa.

"Sama aja, kalo punya ayah lo berarti punya lo juga." ujar Alissa.

"Beda." singkat Bara.

"Sama." ucap Alissa.

"Serah." ucap Bara pasrah tak mau membuang waktu nya untuk berdebat dengan wanita itu.

"Oh iya, mau mampir dulu gak?" tanya Alissa mengembangkan senyumnya.

"Gausah." tolak Bara.

"Pasti rumah gue gak selevel sama lo ya, makanya lo gak mau mampir." ucap Alissa kecewa mendengar penolakan pria itu.

"Bukan gitu." ucap Bara.

"Terus kenapa?" tanya Alissa sengaja mengulur waktu agar dapat berduaan lebih lama lagi dengan Bara.

"Gue ca.." ucap Bara belum selesai bicara kemudian dipotong oleh Madina.

"Eh, ini temen mu, Sa? Kasep pisan temen mu, Sa." ucap Miranda terpukau dengan ketampanan Bara.

"Siapa namanya, nak? Udah punya pacar belum?" ucap Miranda yang sudah kelewat batas mempermalukan Alissa.

"Ish ibu." gerutu Alissa kesal melihat kegenitan ibu nya yang lupa umur ini.

Bisa bisa Bara ilfeel nya bukan sama gue doang, tapi sama keluarga gue juga. Gerutu dewi batin Alissa.

"Bara. Saya belum punya pacar." jawab Bara sambil menyalim tangan Miranda.

Sungguh tak sedikitpun terpikirkan oleh Alissa akan respon yang Bara berikan.

Alissa mengira bahwa pria dingin itu hanya akan menatap ibunya datar kemudian pergi dan semakin jijik dengan Alissa.

Nyatanya, pria itu menyalim tangan Madina dan menjawab pertanyaan konyol dari Madina.

"Wah pas banget. Alissa juga jomblo dari lahir nih. Gimana ada cowo yang mau nyantol, bangun nya aja kesiangan terus, jarang mandi.." oceh Madina yang kemudian dipotong oleh Alissa.

Ibu nya benar-benar kelewat batas.

"Bu udah ya gak usah nyebar hoax terus. Mending ibu masakin buat Alissa. Anak ibu ini udah laper banget loh bu." ucap Alissa dengan penuh penekanan dan menahan malu.

Melihat tingkah konyol kedua orang di hadapannya Bara mengukirkan senyuman tipis di bibirnya.

"Selow aja kali. Nak Bara mampir dulu, yuk. Tadi tante baru bikin kue, kamu harus jadi orang pertama yang cobain kue tante. Mau ya?" bujuk Madina.

YaAllah emak gue napa gini amat si, gabakal mau lah dia,percuma. Oceh dewi batin Alissa.

"Boleh,tan." jawab Bara merasa tak enak jika harus menolak ajakan Madina.

"Ayok, nak." ucap Madina antusias kemudian menarik tangan Bara memasuki rumah.

Sial.
Tadi gue udah ajak dia gak mau.
Giliran sama ibu gue mau.
Maunya apa sih nih cogan, eh. Gerutu batin Alissa.

"Kakak ini siapa, bu?" tanya seorang gadis berumuran 14 tahun, Ara adik dari Alissa.

"Kenapa emang?" tanya Alissa sedikit ketus.

"Ganteng kak, hehe." jawab Ara yang sedang mengerjakan tugas sekolahnya di ruang tamu.

"Masih kecil aja udah genit banget." ucap Alissa.

"Kenapa si kak? Gak senang aja, emang dia siapanya kakak?" tanya Ara.

"Kepo banget kayak dora." jawab Alissa.

"Temen nya kak Alissa? Kok mau sih temenan sama kak Alissa? Kak Alissa kan galak kaya nenek lampir, jarang mandi lagi." tanya Ara pada Bara.

Lagi dan lagi, keluarga nya benar benar menghancurkan niat suci Alissa untuk menjadi kekasih Bara.

"Bacot tau gak? Sana kerjain pr, masih SMP aja udah hobi nyebar hoax." oceh Alissa.

Perdebatan bodoh dari kakak beradik itu berhasil membuat Bara mengangkat sudut bibir nya.

Menunjukan senyum tipis khas pria dingin itu.

"Nah ini dia kue spesial buatan tante Madina, wanita tercantik se-Asia." ucap Madina sambil menyediakan kue diatas meja yang ada di ruang tamu.

"Punya emak kepedean banget, heran." oceh Alissa yang sedang duduk di ruang tamu bersama dengan Bara dan Ara.

"Ayo dicobain, nak Bara." ucap Madina tak menghiraukan ucapan Alissa.

"Oke." singkat Bara kemudian mencicipi kue yang dibuat Madina.

"Gimana? Gimana? Enak kan, nak?" tanya Madina tak sabar mendengar jawaban dari Bara.

Entah apa yang membuat Bara merasa sesak setelah mencicipi kue itu.

Bukan karena rasanya,

Jujur, rasanya sangat memuaskan lidah.

Namun, rasa yang ia cicipi tadi seperti membawa memori nya kepada suatu peristiwa di saat ibu nya selalu membuat kue cokelat kesukaan Bara di setiap hari nya.

Ia teringat dengan keluarga nya dulu.

Keluarga yang begitu ia rindukan saat ini.

"Gak enak ya, nak?" tanya Madina karena melihat Bara hanya melamun setelah mencicipi kue buatannya.

"Enak banget, tan." ucap Bara yang membuat Madina melebarkan senyumannya.

"Enakan juga kue buatan Lissa." sambar Alissa kemudian mengambil kue yang ia buat tadi pagi.

"Nih, cobain punya gue, jauh lebih enak dari punya ibu." ucap Alissa percaya diri memberikan kue nya untuk dicicipi Bara.

Alissa bukan tipe gadis yang bisa memasak.

Oleh karena itu, ibu nya tak pernah mengandalkan Alissa dalam hal masak memasak.

Namun akhir akhir ini, Alissa sering menyentuh kompor untuk membuat berbagai kue, penasaran katanya.
Meski hasilnya, tak ada satu pun kue yang memuaskan.

Tapi dengan yakin, Alissa memberikan kue buatannya kepada Bara, pangeran nya itu.

"Gimana? Enak kan?" tanya Alissa.

"Lumayan." ucap Bara.

"Serius? Tuh kan bu,Alissa tuh sebenarnya jago masak, ibu nya aja yang gak pernah percaya." ucap Alissa puas dengan jawaban Bara.

"Serius kamu, nak?" tanya Madina tak percaya dengan jawaban Bara.

"Kenapa sih ibu gak percayaan banget kalo Alissa tuh jago masak?" oceh Alissa.

"Biasanya juga rasa nya hambar, kamu aja gak bisa bedain mana gula mana garam." ucap Madina.

"Enak aja, ibu suudzon terus nih." ucap Alissa.

Untuk ketiga kalinya, Bara memancarkan senyum tipis khasnya.

Bara tak pernah merasa senyaman ini ketika bersama dengan orang yang baru ia kenal.

IcebergTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang