Home(?)

11 2 0
                                    

tidak semua rumah
dapat dijadikan tempat berpulang
-BaraSamudera-

Setelah kedatangan Alissa kemarin, kondisi Bara kini sudah semakin membaik, meski masih sedikit lemah namun ia memaksakan dirinya untuk tetap pergi ke sekolah pada hari ini setelah dua hari beristirahat dirumah.

"Widi bos, udah baikan?" tanya Raga spontan saat melihat Bara memasuki ruang kelas mereka.

"Alhamdulillah." ucap Bara datar sambil menaruh tas miliknya diatas meja.

"Subahanallah aa bara nyebut, apa lu gak kebakar?" ledek Raga kepada Firly yang langsung mendapat pukulan pelan di bahunya.

"Lu kira gua dajal?"

"Bapak nya dajal kan?" balas Raga dengan tawa manis nya itu.

Percakapan bodoh tapi ini yang Bara rindukan selama 2 hari belakangan ini.
Setelah suntuk terus-terusan merebahkan diri di rumah.

"Oh iya bos, tadi si Alissa nitip ini buat lu tadinya pengen gua anterin ke rumah lu sekalian jenguk juga kan taunya lu udah masuk." ucap Firly memberikan sebuah papper bag kepada Bara yang hanya mendapatkan tatapan malas darinya.

"Terima aja, Bar. Kasian dia khawatirin lu dari kemaren." sambung Raga yang kemudian dituruti oleh Bara.

Tak berniat membukanya, ia hanya menyimpan papper bag itu di laci meja miliknya.

*******

Suasana kantin pada siang ini masih terlihat seperti biasanya, dipenuhi oleh murid-murid yang sudah tak tahan menahan lapar.

Ada yang sibuk menghabiskan bekalnya, ada yang sibuk dengan ponsel genggamnya, bahkan ada juga yang memanfaatkan kesempatan untuk berduaan dengan kekasih hatinya.

Namun berbeda dengan Alissa, pada detik itu juga geng terkenal milik Rara, sang ratu sekolah menyerang Alissa dan segera membawanya paksa ke toilet perempuan.

"Gue rasa lo udah tau alasan kenapa gue bawa lo kesini." ucap Rara dengan tatapan sinisnya.

"Gue ingetin ke lo. Gue gak suka kalo hak gue diganggu apalagi direbut sama orang murahan kaya lo." ancam Rara mendorong kasar bahu milik Alissa.

"Hak yang mana nih yang dimaksud?" tanya Alissa tak takut sedikitpun.

"Gue yakin lo tau jawabannya."

"Karna gue gak tau makanya gue nanya. Lagian ya kalo yang lo maksud itu Bara, jatuhnya lo kaya cewe halu. Miris gue liatnya."

"Sakit lo ya! Gak ada takut-takutnya sama gue. Lo pikir lo siapa?"

"Kenapa juga gue harus takut sama lo? Sama sama makan nasi kan? Apa jangan jangan lo makan paku kaya kuda lumping?"

"Jaga mulut lo ya!" ucap Rara hendak melayangkan tangannya untuk menampar Alissa.

"Apa? Mau gampar gue? Mau nyiksa gue disini? Siksa aja. Lo pikir gue takut? Dengan kelakuan lo yang beraninya keroyokan kaya gini, ngebuat lo semakin hina dimata gue."

"Lo bilang gue hina? Hinaan mana sama lo, gak punya kaca dirumah? Sadar diri, liat diri lo baik-baik, gak usah mimpi dapetin Bara, cewe yang modelan kaya gue aja masih ga di gubris sama dia, apalagi yang modelannya abstrak kaya lo!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IcebergTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang