Jadi gimana nih,
pilih lucinta luna atau lucinta gue?
-Alissa Adriana-Setelah kejadian pulang sekolah itu, berhasil membuat Alissa tersenyum tak henti-hentinya, hatinya berdetak dengan cepat seharian itu.
Wajah murungnya telah digantikan dengan wajah berseri bahkan hingga tiba di sekolah pun wajahnya makin berseri tak sabar untuk melihat wajah tampan milik sang pangeran.
"Cerah amat itu muka, make skincare apaan lu?" tanya Putri ketika melihat kedatangan Alissa dengan wajah sumringahnya.
"Air wudhu." jawab Alissa sembari menaruh tas nya diatas meja miliknya.
"Abis nemu duit gocap di jalanan ye lu." sambung Monica.
Alissa membalasnya dengan gelengan kepalanya.
"Gue bersyukur banget karena kemarin Tuhan ngasih hujan." ucap Alissa.
"Tumben. Biasanya juga lo ngeluh kalo hujan soalnya gak ada yang nerima orderan ojol lo." balas Monica.
"Nah justru itu, karena gak ada yang nerima orderan gue, jadinya gue bisa pulang bareng pangeran gue." ucap Alissa mengembangkan senyumnya.
"Pasti tadi pagi lo lupa minum obat kan?" ucap Putri tak percaya dengan ucapan sahabatnya.
"Gue sehat-sehat aja kok, ngapain gue minum obat." balas Alissa.
"Penyakit halu lo itu gak sembuh-sembuh." sambung Putri.
"Gue gak halu, please. Ini beneran woi, gue emang pulang bareng Bara kemarin. Ciusan deh, nda oong." ucap Alissa memanjakan nada bicaranya.
"Lo gak capek apa,Sa? Ngejar-ngejar Bara terus sedangkan Bara malah seenaknya sama lo. Ngehina lo di depan orang banyak dan sekarang lo malah jadi inceran geng nya si Rara tuh." ucap Monica.
"Gue tau. Seharusnya gue capek, seharusnya gue nyerah. Tapi lo tau kan, di kamus gue gak ada yang namanya nyerah. Gue udah buat janji sama diri gue sendiri kalo gue akan dapetin si gunung es itu, berarti apapun resiko nya gue harus terima. Maupun itu ngancurin diri gue sendiri." ucap Alissa dengan yakinnya.
"Susah emang ngomong sama batu. Terserah lo deh, yang penting sebagai sahabat, gue udah ngingetin lo." ucap Monica kemudian membuka buku pelajarannya dan mengerjakan tugas rumah yang belum ia kerjakan kemarin.
******
Bel pulang sekolah berbunyi, sudah seharian ini Alissa tidak melihat batang hidung pangerannya itu.
Hingga ia nekat untuk bertanya pada teman se-gengnya Bara.
"Hai. Gue Alissa. Gue dari kelas sebelas ips 4, gue boleh nanya sesuatu gak?" tanya Alissa ketika melihat geng Randa telah melewati koridor sekolah.
"Hai. Gue Firly. Gue dari kelas sebelas ipa 1, mau nanya apa?" ucap Firly melemparkan senyum pada gadis itu.
"Kok Bara gak sama kalian? Dia kemana?" tanya Alissa langsung kepada intinya.
"Nyawa lo ada berapa sih? Gak ada kapok-kapoknya ngejar-ngejar Bara." ucap Iqbal dengan tatapan tak suka.
"Satu." jawab Alissa polos.
"Nyolot ban.." ucap Iqbal menaikan nadanya namun dipotong oleh Raga.
"Udah bos udah. Tahan, dia cewek." ucap Raga melerai Iqbal yang sudah terpancing emosi.
"Maaf ya, kalo gue nyolot. Gue cuma mau tau aja Bara kemana, tapi lo malah marah. Oh iya buat pertanyaan lo, kenapa gue masih ngejar-ngejar Bara, gue gak punya jawaban yang pasti tapi yang jelas gue udah tertarik sama dia, bukan cuma tertarik sama wajahnya doang tapi gue tertarik sama segalanya tentang dia, termasuk baik buruknya dia." ucap Alissa tanpa rasa takut sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iceberg
Teen FictionBukan kisah seromantis romeo juliet, Hanya kisah dua insan yang saling bertahan dalam luka dan ego yang menjebaknya.