super god gene [1]

chapter 21 : Sungai Bawah Tanah

Selain Han Sen, Son of Heaven dan gengnya juga bergabung dengan beberapa penjahat yang mereka bayar untuk ikut. Kelompok itu meninggalkan Steel Armor Shelter dan berbaris ke pegunungan.

Meskipun mereka mengharapkan tidak ada hal baik yang terjadi, mereka masih ingin mengambil kesempatan demi hadiah yang murah hati.

Di masa lalu, jika Han Sen tidak diblokir oleh Qin Xuan dan Son of Heaven, dia mungkin juga mempertaruhkan nyawanya untuk hadiah.

Sekarang Han Sen tidak punya alasan untuk mengambil risiko seperti itu, tetapi jelas bahwa Son of Heaven dan Luo Tianyang ingin menggunakannya sebagai batu loncatan, yang membuatnya ingin membunuh mereka berdua.

Han Sen diam-diam mengikuti mereka, menebak apa yang akan mereka lakukan. Ketika merekrut orang, geng itu mengatakan mereka sedang berburu makhluk mutan, dan itu hanya karena ada juga banyak makhluk biasa dan primitif yang mereka butuhkan lebih banyak tangan.

Han Sen tentu saja tidak bisa menganggap ini serius. Untuk membunuh makhluk mutan, geng biasa sudah lebih dari cukup. Selusin orang di sekitar Son of Heaven semua bisa membunuh makhluk mutan sendiri, apalagi Son of Heaven sendiri. Tangan tambahan itu sama sekali tidak perlu, menurut cerita mereka.

Luo Tianyang dan yang lainnya dengan santai membunuh makhluk yang mereka temui di sepanjang jalan, dan memberikan daging itu kepada orang-orang sewaan dengan santai, yang membuat semua orang cukup senang.

Kelompok itu telah pergi selama enam atau tujuh hari, dan geng itu masih tidak berniat untuk berhenti. Pada hari kedelapan, mereka berhenti di celah gunung.

Sangat jauh dari tempat penampungan, tidak ada aktivitas manusia. Mereka bertemu banyak makhluk berbeda. Son of Heaven dan gengnya telah membunuh banyak hewan primitif di jalan dan menyimpan sebagian daging sebagai makanan.

"Sepertinya kita hampir sampai. Apa yang mereka lakukan?" Han Sen belum pernah mendengar apa-apa, tetapi menilai dari ekspresi serius di wajah mereka, ini bukan operasi sederhana.

Mereka beristirahat selama satu hari di perkemahan dan menyeberang melewati gunung keesokan paginya. Setelah mendaki selusin mil, mereka melihat celah di ngarai yang begitu dalam dan gelap sehingga tidak ada yang bisa melihat bagian bawah.

Semua orang menyalakan obor. Geng mengirim orang-orang sewaan sebagai garda depan dan mengikuti mereka ke celah.

Yang disewa semua tahu sudah waktunya untuk mempertaruhkan nyawa mereka, jadi mereka berlama-lama.

"Mengapa kamu berjalan begitu lambat, pelacur? Apakah kamu masih ingin sisa uang?" Luo Tianyang mencambuk beberapa orang di belakang dan berteriak.

Para penjahat hanya bisa mempercepat turun.

Han Sen ada di antara mereka. Tidak terlalu sulit untuk berjalan, dan tidak ada yang terjadi di sepanjang jalan sampai mereka mencapai dasar. Para preman lega dan mulai berbicara dan tertawa lagi.

Itu sangat gelap di bagian bawah celah, dan kelompok harus bergantung pada obor. Ada sungai bawah tanah mengalir melalui ruang besar.

"Seberangi sungai dan pergi ke gua di sisi lain." Luo Tianyang mengarahkan cambuknya ke sisi lain.

"Luo, aku tidak bisa berenang. Sungai ini terlalu lebar," kata seorang pemuda yang telah direkrut.

"Siapa yang menyuruhmu berenang? Kami punya perahu karet. Cukup mendayung." Luo Tianyang membuka bungkusan di belakang tunggangannya, dan memang ada perahu karet di sana. Setelah mereka menggembungkan perahu, masing-masing bisa duduk empat hingga lima orang.

Kelompok itu mulai mendayung perahu. Kecepatan airnya tidak cepat, dan tidak ada risiko dilarikan ke hilir. Dua perahu segera mencapai pusat sungai.

Tiba-tiba, dengan percikan, makhluk gelap muncul dari air dengan separuh tubuhnya yang seperti ular sanca terpapar. Tubuhnya lebih lebar dari ember dan ditutupi dengan sisik hitam halus berkilau. Mulutnya sangat besar sehingga bisa memuat seekor sapi.

Tapi bukan sapi yang tertelan, melainkan seseorang di atas kapal. Tubuh raksasa itu kemudian menaruh beban penuh di atas kapal, yang meledak dengan semua orang di atasnya jatuh ke air.

Semua orang terkejut dan berusaha mendayung perahu kembali. Mereka yang tidak naik perahu hanya menjatuhkan perahu mereka dan mulai berlari kembali.

Dengan kilatan baja dingin, keduanya berlari paling cepat dipenggal oleh Luo Tianyang dan anggota geng lainnya. Luo Tianyang menunjuk pisau dengan darah di atasnya pada sisanya dan menangis dengan kejam, "Hanya ada satu monster, jadi siapa pun yang mencapai sisi lain bisa hidup. Dan aku akan membunuh siapa pun yang mengambil uang itu dan mencoba melarikan diri. Untuk hidup atau untuk mati, terserah kamu. "

Semua orang terintimidasi oleh tindakan jahat Luo Tianyang dan mulai mendayung ke sisi lain.

"Brengsek, kau hanya ingin memberi makan monster itu dengan manusia," Han Sen mengutuk dalam hatinya. Mereka yang jatuh ke air sebelum mencoba berenang ke sisi lain tetapi tiba-tiba ditarik ke dalam air oleh sesuatu.

Begitu gelap sehingga tidak ada yang melihat apa yang terjadi pada mereka, tetapi nasib mereka dapat dibayangkan dari aroma darah yang kental.

Anak-anak yang disewa tidak berani bergerak maju, dan Luo Tianyang menggunakan pisaunya lagi untuk memaksa mereka. Mereka tidak ingin tinggal di sungai, jadi mereka harus mendayung dengan keras.

Han Sen menyalakan lingkungan dengan obornya sambil mendayung perahu. Jika monster itu keluar dari air, dia harus memanggil baju besi jiwa binatang suci sekaligus untuk menyelamatkan hidupnya.

Monster itu lagi-lagi pingsan di atas perahu, dan semua orang di dalamnya berteriak. Kemudian yang bisa didengar hanyalah ombak yang bergulir.

"Mendayung lebih keras jika kamu ingin hidup!" Han Sen berteriak pada keduanya di atas kapal dengan dia yang membatu saat dia mendinginkan hatinya.

"F * # king bajingan tak berperasaan!" Dia bersumpah pelan.

Kedua pria itu dihidupkan kembali oleh Han Sens berteriak, dan mulai mendayung dengan putus asa. Dari waktu ke waktu ada jeritan dan percikan. Pria yang tak terhitung jumlahnya pasti telah dimakamkan di perut ular.