"Nan, kamu liat cewek gendut, jelek, berkacamata dan cengeng yang ada disana?"
Rananda mengalihkan perhatian dari mainan Lego favoritnya. Memperhatikan seorang gadis berkuncir satu yang sedang menangis sambil terus diledek oleh teman-teman mereka.
Sekarang sedang jam istirahat dan apa yang dilakukan oleh teman-temannya?
Lalu pandangannya beralih pada sepupunya, "Kejam kamu ngatain dia begitu! Lagipula dia gak sejelek itu. Kasian tuh lagi dikerjain sama temen-temen. Tolongin gih."
"Kenapa harus aku? Kamu sana yang bantu! Cewek itu pantes diledek, gak tau diri banget maunya deket-deket aku terus. Aku gak suka." Gadis berponi itu kembali duduk ditempatnya tapi tak luput tatapan khawatir yang terus diberikan pada sekumpulan anak itu. Tepatnya pada gadis yang masih enggan untuk menghentikan tangisannya.
"Danisha, kalau kamu masih suka bicara sejahat itu kapan kamu punya temennya? Kalau khawatir, ya samperin bukannya liatin aja. Bilang ke mereka kita itu udah kelas 2 SD, gak baik main ledek-ledekan kayak gitu."
Rananda berjalan pelan menghampiri mereka, diapun masih bisa mendengar perkataan sinis sepupunya.
"Kalo kamu terlalu perduli nanti kamu bisa ikutan diteror sama dia. Beda sama aku yang jadi pengen ngantongin karna liat dia yang selalu dibuli dan cuma bisa pasrah, kamu bakalan jatuh cinta sama dia. Kamu harus cuek sedikit, Nan. Atau kamu bakalan terjebak sama pesonanya."
Tanpa dia tau bahwa seumur hidup Rananda Irwinsyah akan menyesal karna mengabaikan perkataan sepupunya itu.
Detik ketika Rananda kecil menegur teman-temannya untuk menjauhi gadis itu, detik berikutnya gadis itu sudah berlari kepelukannya. Dirasanya gadis itu begitu pas untuk dipeluk, seperti teddy bear besar miliknya. Gadis itu mendekapnya erat hingga rasanya jantung bocah itu akan meledak.
Apalagi saat gadis itu mengangkat kepalanya dan menunjukkan bolamata bulat besar yang menatapnya berbinar, dan sebuah ucapan terimakasih serta senyuman manis yang sekali lagi mencuri hatinya.
"CEWEK JOROK! KAMU MEPER INGUS KEBAJUKUU!???"
Dan deraian air mata kembali mengaburkan pandangan gadis itu sebelum berlalu keluar kelas.
€€€€€
Hampir 2 bulan lamanya Rananda menunggu. Gadis kecilnya tak pernah lagi terlihat ke sekolah, hingga pagi ini wali kelas mereka mengatakan bahwa Seyna Saraswati akan pindah sekolah selama dua tahun.
Sebuah kejutan yang begitu melegakan untuk Danisha namun berbeda dengan Rananda yang merutuki kata-kata jahatnya.
"Sekali bicara kamu langsung buat dia pergi. Hebat kamu, Nan!" Perkataan Danisha makin membuatnya sadar, seharusnya dia tidak perlu berbicara kalau hanya menyakiti perasaan orang lain.
Dia menyesal.
Dan dua tahunpun berlalu begitu saja tapi gadis itu belum juga kembali, hidup kelabunya diperparah dengan pindahnya Danisha ke sekolah khusus perempuan sejak mereka naik ke kelas tiga, setahun yang lalu.
Rananda tau, bahwa cinta pertamanya, cinta bocahnya sudah harus kandas sebelum sempat bersemi. Dan dia benci pada gadis itu yang berhasil membuatnya berubah menjadi begitu pendiam dan antipati pada sekitar.
€€€€€
Kepribadiannya yang semakin tertutup hingga menjelang kelulusan sekolah dasar ternyata berhasil mengusik ketenangan orang tua Rananda. Mereka memutuskan untuk memasukannya ke sebuah sekolah asrama. Dan seingat Rananda dirinya akan kembali satu sekolah dengan Danisha.
Langkah membawa dirinya sampai kedepan gerbang asrama putri, bermaksud mencari sepupunya.
"RANANDAA!!"
Senyum sudah terbit saat mendengar teriakan dari belakangnya. Namun saat dirinya berbalik dan menemukan siapa yang sedang bersama sepupunya, senyuman itu pun memudar.
"Nan, udah lama banget kita gak ketemu!" Danisha memeluknya, tapi pandangan Rananda masih terarah pada gadis cantik dengan tubuh kurus yang menurutnya begitu menyedihkan."Oiya! Kamu ingatkan sama dia?"
Gadis yang terus menunduk itu kini berdiri tepat dihadapannya, menggantikan posisi Danisha. Dia memperhatikannya dari atas hingga kebawah.
"Ha-hai, Ra-rana! A-aku- akhm Seyna. Kita pernah satu SD dulu hehehe." Gadis itu menyapanya setengah mati menahan gugup.
"Gak minat kenalan. Aku juga gak inget." Rananda mengalihkan perhatiannya pada Danisha. "Ini titipan dari mamah kamu. Aku balik ke asrama."
Rananda memutuskan mulai hari itu panggilannya adalah Rana.
Hendak berlalu, langkahnya terhenti saat sebuah tangan menahan pergerakannya. "Mulut kamu masih sejahat dulu, tapi aku bakalan buat kamu menyesal karna gak berubah juga sampai saat ini."
Perkataan Seyna tidak dapat dimengerti oleh Rana karna kini dia terlalu tenggelam pada mata berwarna cokelat itu. "Aku bakalan buat kamu jatuh cinta sama aku, Rana."
Dan saat itu juga Rana mengerti. Seharusnya dia langsung pergi bukannya menanggapi perkataan gadis itu yang kembali terkesan begitu kejam.
"Setelah aku tolong kamu dari temen-temen yang kamu balas dengan meper ingus dibajuku, kamu memandang diri kamu setinggi itu? Cuma karena penampilanmu berubah, sayangnya kamu tetap sama dimataku." Gadis manis yang mencuri seluruh hidupku.
Namun Rana mengenyahkan pemikiran itu dan kembali melanjutkan, "Gadis lemah, cengeng dan menyebalkan."
Dan kali ini Rana tidak menyesal.
Setelah pergi dari sana Rana tau hidupnya tidak akan tenang lagi. Semuanya menjadi lebih menarik setelah Danisha mendeklarasikan kebencian pada dirinya. Mengatakan seberapa perkataan Rana menyakiti hati sahabatnya.
Kalau hanya dengan kata-kata jahat gadis itu terus mengingatnya, maka Rana akan terus membuat gadis itu tersiksa dengan perkataan kejamnya.
Hingga dia kebal, dan memutuskan untuk menyerahkan hidupnya untuk Rana jaga.
![](https://img.wattpad.com/cover/196506963-288-k532718.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[SONG FICTION] LIMERENCE
Fanfiction; Sebuah kondisi saat kita sedang tergila-gila dengan seseorang. [Songs from Lune] 2nd Story EXO CBX_Would You Be My Love