chapter 8

254 7 0
                                    

"Hai."

Firda menatap datar orang tersebut. "Ada apa?"

"Mau bilang, kalo eva dipanggil sama Pak fredi suruh ketemu di ruang BK."ucapnya.

Eva yang tengah makan bakso menoleh merasa dirinya disebut-sebut. "Masa?"

"Lo ada masalah apa va? Sampe dapet panggilan dari Pak fredi."tanya niken keheranan.

Eva mengedikan bahunya tak tahu. Setahunya eva tidak pernah membuat kesalahan, tadi pagi pun dia tak terlambat karna memang dia berangkat bersama sahabat-sahabatnya.

Lalu yang jadi masalah, mengapa dia harus bertemu dengan guru killer tersebut. Di ruang BK. Ruangan yang tak akan pernah eva pijakan sampai kapanpun, tapi sekarang? Entah.

***

Kaki eva berhenti tepat di depan pintu yang bertuliskan Ruang BK, ditatapnya pintu kayu berwarna hitam tersebut cukup lama. Lalu menghembuskan nafasnya dalam-dalam.

Perlahan, eva memutar kenop pintu tersebut. Dibukanya pintu, eva melangkah memasuki ruangan yang sudah disuguhkan pemandangan di depan sana.

Pak fredi yang tengah duduk di kursi kebanggaannya dan seorang pria yang membelakangi eva. Seorang murid berpenampilan berantakan tengah tertunduk lesu.

Menyadari jika eva sudah datang berdiri agak jauh dari meja, Pak fredi langsung menegurnya.

"Ngapain berdiri disitu? Duduk."titahnya garang.

Eva menghembuskan nafasnya panjang, lalu berjalan melangkah menghampiri kursi yang ada disamping pria tadi dengan kepala setia tertunduk.

Tidak mempedulikan siapakah pria yang sekarang berada disampingnya. Eva menghadapkan dirinya pada guru killer berkumis tebal, tengah menatap dirinya dengan tatapan cukup menyeramkan.

"Jadi kamu yang merusak buku paket di perpustakaan?"

"Ha?"eva memasang wajah bingung.

Pak fredi semakin mempertajam tatapannya pada pupil mata eva, membuat dirinya harus menelan salivanya susah payah.

Rasanya seperti akan dibunuh, hanya melihat mata tajam guru killer yang super menyebalkan.

"Iya Pak dia yang merusak buku paket di perpustakaan, saya lihat dengan mata saya sendiri."

Itu adalah suara dari pria yang ada disamping Eva. Ya, pria itu adalah Ardi.

Jangan tanyakan reaksi Eva sekarang saat tahu bahwa sedari tadi yang duduk disamping Eva adalah Ardi. Si cowok menyebalkan sekelas dengannya.

Bola matanya membesar dengan mulut yang sedikit terbuka. Jelas tak terima jika dirinya tiba-tiba di tuduh telah melakukan kesalahan.

"Eh bentar deh, Pak hari ini saya nggak pergi ke perpus kok. Dan apa maksud nya kalo saya merusak buku paket?"ucap eva.

"Jangan bohong Eva, tadi saat jam pelajaran sejarah kamu pergi ke perpustakaan untuk mengambil buku paket kan? Ardi melihatnya saat kamu merobek beberapa lembar buku hingga rusak parah."jelas Pak Fredi.

Kali ini Eva dibuat kesal sendiri tidak tahu masalahnya. Merasa tidak beres saat berada di samping cowok menyebalkan itu.

"Iya sih Pak tadi saya ada pinjem buku, tapi nggak sampai saya rusak kok. Beneran."jawab Eva dengan serius agar dapat memastikan Pak Fredi jika dirinya telah di fitnah.

Eva tahu pasti ada seseorang yang telah membuatnya masuk dalam masalah, dengan menuduh jika dirinya yang merusak buku paket. Dan kali ini firasat eva sangat kuat, dia akan mendapat hukuman dari Pak Fredi.

"Halah akting lo nggak bagus, tadi gue liat lo marah-marah nggak jelas sampe buku paket jadi korbannya. Lo udah ngerusak buku paket terus ditinggal gitu aja di atas meja, karna lo buru-buru ke kantin. Bener kan?!"sarkas Ardi tertawa remeh.

"Gue bukan pelakunya! Gue nggak tau kalo ada buku yang rusak."

"Lo nggak mau ngaku, karna nggak mau ganti buku yang baru kan?"

"Lo salah liat! Karna gue nggak pernah ngerusak buku paket milik sekolah."

"Sebelum gue jatuhin buku paket itu di got, bukunya emang udah rusak parah! Lo kan yang ngerusak?!"

Karna telinga Eva memanas tak hentinya dituduh oleh Ardi, gebrakan meja cukup keras menyelingi adu mulut mereka.

"Gue nggak ada ngerusak buku paket ya anak baru!"

Melihat perkelahian dua murid bermasalah ini, membuat amarah Pak Fredi kian memuncak.

Tak kalah dengan Eva, Pak Fredi menggebrak mejanya tak kalah keras. Keduanya menoleh bersamaan menatap wajah merah Pak Fredi.

"Sudah-sudah! Kalian ini malah bertengkar."

"Saya mau kalian bersihkan lapangan sampai bersih! Sekarang!"suruh Pak Fredi tegas.

"Tapi saya nggak bersalah Pak, ini salah paham."elak Eva.

"KERJAKAN SEKARANG!"tegas Pak Fredi sekali lagi.

Kedua murid itu melangkah meninggalkan Ruang BK dengan perasaan dongkol.

Tak henti-henti nya Eva menggerutu tidak jelas, mencaci maki orang yang tengah memunguti dedaunan kering yang tergeletak diatas tanah.

Ya, Eva dan Ardi sekarang berada di pinggir lapangan. Mengerjakan hukuman mereka membersihkan lapangan hingga bersih.

Dibantingnya sapu lidi hingga membuat semua sampah yang tadi sudah ia kumpulkan susah payah, menjadi berserakan kemana-mana.

"Lo bisa nyapu nggak sih! Kerja kaya gini aja nggak becus."emosi Ardi.

"Lo pikir gue mau disuruh nyapu ini lapangan selebar sawah empat petak?!!"jawab Eva tak kalah emosi.

Ardi memandang Eva penuh kebencian. "LEBAY!"

Ardi kembali menyelesaikan pekerjaannya, diambilnya sampah yang berceceran dengan kasar tak berperasaan.

Sedangkan Eva, terus memandangi wajah cowok yang sibuk sendiri dengan tatapan yang sulit diartikan.
Sampai akhirnya Ardi merasa diperhatikan pun menoleh. "Apa?"

"Kenapa lo ikutan dihukum?"

Terdengar helaan kasar keluar dari mulut Ardi. "Gue jatuhin buku paket yang lo rusak itu masuk ke dalam got. Eh Pak Fredi liat, jadi gini nasib gue diseret ke ruang BK."

"Berapa kali gue bilang, kalo bukan gue pelakunya!"ucap Eva meninggikan nadanya.

"Halah nggak usah ngeles lo ah, lanjutin tuh nyapu."ucap Ardi berlalu, tak lupa ia melempar sampah yang tadi dipungut ke arah Eva. Membuat bajunya kotor karna ulah Ardi.

"DASAR COWOK NYEBELINNN!"teriak Eva memandangi punggung Ardi yang semakin menjauh.

IPS 4 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang