chapter 25

136 8 0
                                    

Pagi harinya Eva sudah bersiap dengan seragam Sekolahnya lengkap. Jam masih menunjukkan pukul 06.25, menurut Eva hari masih sangat pagi. Hebat juga dia akan berangkat Sekolah lebih awal dari biasanya? Sekali-kali lah berangkat awal biar dikata anak rajin.

Tapi saat Eva keluar dari rumah, di depan gerbang ada sebuah motor sport terparkir disana beserta pengendaranya. Cowok itu memakai jaket hitam dan helm masih terpasang di kepala.

Eva berniat untuk menghampiri cowok tersebut. "Ngapain?"tanya Eva.

"Yuk berangkat."ajak Ardi akan menyalakan mesin motor.

"Eh? Tapi kenapa lo jemput gue segala?"bingung Eva.

"Kita kan udah pacaran. Gak boleh jemput pacar sendiri?"ucap Ardi menaikkan satu alisnya.

Eva merutuki dirinya, mengapa dia lupa jika dirinya dengan Ardi sudah resmi berpacaran? Padahal baru saja tadi malam Eva ditembak oleh Ardi, paginya sudah lupa. Tadi malam pun Eva tidur nyenyak sekali loh, mungkin efek baru ditembak cowok.

Eva jadi teringat saat Ardi menembak dirinya waktu itu, rasanya Eva ingin mengulanginya lagi. Dimana Ardi menggenggam tangan Eva lembut, kata-kata romantis yang diberikan oleh Ardi. Memang Ardi membuatnya gila.

"Yaudah."Eva menaiki motor Ardi perlahan, yah tubuh Eva yang pendek akan kesusahan menaiki motor besar milik Ardi.

Dengan sedikit bantuan dari Ardi, Eva meraih tangan kekar Ardi membantunya menyeimbangkan tubuh Eva agar tidak jatuh saat naik ke atas motor.

Setelah memastikan Eva sudah aman berada di belakang Ardi, lantas dia menyalakan mesin motor lalu segera meleset meninggalkan pekarangan rumah Eva.

Selama perjalanan Eva hanya diam tidak bersuara, Ardi pun diam fokus pada jalanan. Untung saja Ardi mengendarai motonya pelan, karena Eva bingung harus berpegangan dengan apa. Alhasil Eva hanya dapat berpegangan pada tas Ardi.

Sampainya di Sekolah seperti biasa, banyak pasang mata yang menyorotkan kedua remaja tersebut dengan berbagai tatapan.

Eva turun dari motor Ardi dengan hati-hati. Dia hanya bisa menundukkan kepalanya malu, pasalnya di parkiran banyak kakak kelas yang memandangi dirinya dan Ardi.

"Yuk Va."ajak Ardi meraih tangan Eva lalu menggenggamnya.

Karena tidak ada pergerakan dari Eva, Ardi menoleh menatap kekasihnya yang hanya diam tak berkutik di tempat. "Kenapa Va?"

"Jangan gandengan, malu diliatin temen-temen."cicit Eva.

"Kenapa malu?"

"Ntar pada tau kalo kita itu pacaran."

"Udah biarin aja, biar semua orang di bumi tau kalo lo itu cuma milik gue. Dengan begitu gak akan ada yang berani buat deketin lo."jawab Ardi santai lalu menarik tangan Eva lembut. Membawanya pergi ke Kelas.

Eva yang berada di samping Ardi hanya bisa senyum-senyum sendiri sambil menunduk. Hari ini dia merasa sangat bahagia dibuatnya, perkataan Ardi tadi masih bisa Eva rasakan di gendang telinganya.

Lo itu cuma milik gue.

Layaknya bisikan lembut, perkataan Ardi tadi masih membekas di indra pendengarannya. Jantungnya berdebar kencang, membuatnya seperti ingin terbang ke atas.

Mengapa pria seperti Ardi bisa seromantis ini? Ah, rasanya Eva benar-benar gila dibuatnya.

Belum habis penderitaan Eva disini, saat pertama kali dia dan Ardi memasuki Kelas banyak teman-temannya membuat kejutan dengan sorakan menggoda. Sampai-sampai membuat telinga Eva memanas akibat teriakan serta godaan yang dilemparkan dari para teman Kelasnya.

IPS 4 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang