Bagaimana aku menceritakannya ya, sejujurnya Taehyung adalah orang paling beruntung di dunia karena akan mendapatkan seorang pendamping yang pengertian yang sudah tau sifatnya luar-dalam.
Seorang sahabat yang bersama Tarhyung sejak kecil hingga dia enjadi orang yang terpandang di daerah asalnya membuat Taehyung tidak henti-hentinya berterimakasih kepada Yang Maha Esa karena sudah dipertemukan dan disatukan dalam satu ikatan pertunangan.
"Jimin hyung, kemari sebentar." Taehyung yang tengah duduk di ruang makan dengan iPad dan sarapan dihadapannya bersuara, mengundang Jimin untuk datang dan duduk disebelah Taehyung.
"Sudah kubilang jangan formal begitu, kau lupa kita sudah bertahun-tahun bersama?"
Taehyung terkekeh canggung, "Bagaimanapun juga aku harus respect ke kamu, kan kamu lebih tua." Katanya membela diri.
"Yaya terserah, ada apa?"
"Apa semua persiapan pernikahan sudah selesai?" Tanya Taehyung sesekali mencomot sarapannya.
Jimin menopang dagunya dengan tangan kanan, "Sebagian besar sudah, tinggal sebar undangan."
Taehyung menghela nafas setelah beberapa detik kemudian dia notifikasi yang masuk ke email-nya.
"Ada apa hm?"
"Rapat koordinasi dengan seluruh perusahaan cabang di Hawaii, kabarnya ada yang tidak beres dengan sistem dan penataan karyawannya. Aku harus turun tangan untuk menindaklanjuti itu." Katanya serius, setelah itu dia memotong pancakenya lagi kemudian melahapnya.
"Pergilah, aku dan ibu bisa mengatasi ini."
"Kamu nanti ngomong ke mama Kim ya?" Pinta Taehyung yang mengundang hening diantara keduanya untuk beberapa saat.
Taehyung sendiri paham, mama Kim tidak terlalu suka dengan rencana Taehyung melamar Jimin padahal menurut Taehyung Jimin baik dan pengertian, dia sopan, apalagi yang tidak disukai ibunya, Taehyung sendiri tidak tahu.
"Oke . ."
Taehyung tersenyum tipis.
"Cobalah untuk mendapatkan hati mama Kim, aku tau kau bisa." Jimin tersenyum dan mengangguk membuat Taehyung segera menghabiskan makanannya dan bersiap.
"Kapan rapatnya?" Tanya Jimin.
"Besok, aku sudah meminta sekretaris untuk memesankan hotel dan tiket pesawat, jika memungkinkan aku akan pergi siang atau sore ini." Jimin mengangguk tersenyum kemudian membereskan bekas makanan Taehyung.
Bzz bzz
Senyum Jimin melebar merasakan getaran di saku celana pendeknya, dia sudah pamit pada Taehyung akan reunian dengan teman-teman SMA-nya sekalian sebar undangan.
"Taehyung-ah, aku berangkat!"
"Selesaikan cuci piringnya dulu!"
"Sudah, sampai nanti!"
"Hati-hati dijalan!"
12.00 p.m
"Jimin, aku di bandara, tidak ingin mengucapkan sampai jumpa?"
Taehyung menatap voice mail yang masih merekam suaranya. Dia kemudian memutuskan panggilannya.
Pengumuman keberangkatan sudah tersiar di seluruh bandara, membuat Taehyung mau tidak mau menyeret kopernya ke bagian bagasi lalu pergi ke kabin, mengirim pesan untuk Jimin.
Aku pergi dulu, jaga dirimu. Love you.
Setelah itu dia mematikan ponselnya dan menyimpannya, pergi tidur untuk dua jam kedepan.