Yoongi, seorang mahasiswa tingkat tiga yang baru saja menyelesaikan liburannya harus menahan nafsu untuk membunuh seseorang karena jadwal pesawat yang mundur dari pukul lima sore waktu Hawaii menjadi lusa pukul enam dikarenakan cuaca buruk. Maskapai yang Yoongi tumpangi harusnya tiba hari ini akhirnya diturunkan di negara terdekat terlebih dahulu sampai badai reda.
"Tuan jika-"
"Tidak, aku akan menunggu disini daripada kehilangan semua uangku."
"Tapi-"
"Tidak terimakasih."
Petugas bandara itu memutar bola matanya lelah lantas pergi meninggalkan Yoongi yang ngeyel akan menunggu di kursi tunggu bersama yang lain.
_
2 hours earlier
Taehyung menutup rapat hari ini dengan makan siang bersama sekaligus pamitan, menyampaikan wanti-wanti agar kembali menjalankan perusahaan dengan baik.
"Tuan Kim, saya mendengar kabar bahwa anda akan menikah, apa itu benar?" Taehyung yang baru saja selesai mengusap sudut bibirnya tersenyum menatap lawan bicaranya yang notabene lebih tua darinya.
"Benar Tuan Jeon, tapi bagaimana anda tahu hal ini?" Tanya Taehyung penasaran.
"Saya dapat undangannya." Taehyung mengerutkan dahi, dia tidak mengundang semua kepala cabang perusahaan di Korea, hanya sepupunya dan pacar sepupunya, tapi?
"Ah ya, mungkin anda bingung, tapi anakku dulunya teman SMA Park Jimin." Taehyung mengangguk sambil bersuara 'ah' panjang.
"Apa anda akan datang?" Tanya Taehyung.
Tuan Jeon menggeleng, "Anakku yang akan datang, aku kan harus mengurus perusahaan." Tuan Jeon terkekeh diikuti anggukan dari Taehyung.
Setelah suasana dirasa agak ramai, Taehyung mengetuk gelas untuk mengambil perhatian semua orang, dia lantas berdiri.
"Tuan dan Nyonya, saya berterimakasih karena sudah mau membantu memulihkan keadaan kantor cabang di Hawaii, saya pamit undur diri, selamat melanjutkan aktivitas." Taehyung kemudian pergi dari sana tanpa dicegah, tuan Jeon yang tadi bertanya hanya tersenyum tipis, bangga dan terinspirasi.
Taehyung berterimakasih pada petugas hotel yang membedakan barangnya ke lobby, memberinya tip, ia kemudian menghampiri resepsionis untuk check out dan langsung menuju bandara karena hari menjelang sore dan pesawatnya berangkat satu jam lagi.
Tapi dia tidak melihat jadwal penerbangannya di papan pengumuman, hanya ada beberapa orang yang menunggu termasuk bocah berandal dengan rambut mint yang jelas sekali bukan tipe Taehyung.
Ia meninggalkan bawaannya di sebelah ruang tunggu dan menghampiri petugas bandara yang melintas.
"Permisi, apa ada perubahan jadwal, aku tidak melihat penerbangan menuju Korea yang harusnya berangkat pukul lima nanti." Petugas itu nampak gugup kemudian minta maaf.
"Sebelumnya maaf karena ketidak nyamanan ini tuan, memang benar ada delay selama dua hari kerena badai besar, pesawat dari Korea yang harusnya tiba disini setengah jam lagi harus mendarat di kepulauan terdekat untuk menghindari badai."
"Tapi kenapa tidak ada pemberitahuan di situs online? Aku sudah memesan tiket, tinggal menukarkan lalu pergi, aish . ." Taehyung menatap lantai kesal, petugas tadi tidak henti-hentinya meminta maaf.
"Apa tidak bisa dimajukan? Lusa itu terlalu lama, aku harus pulang dan fitting baju pernikahan besok." Taehyung mencoba untuk menepati janjinya pada sang ibu agar tidak berlama-lama pergi jauh, tapi jika lawannya adalah badai . . Beda lagi urusannya.