Selepas pulang dari rumah sakit, Rara langsung belanja bahan makanan untuk dirumah, di supermarket dekat dengan rumah sakit. Saat Rara ingin mengambil cemilan yang ia inginkan, tetapi Rara tidak sampai karena cemilan yang ia inginkan berada dirak paling atas dan Rara terbatas akan tinggi badan yang ia miliki.
"Permisi Nona, mau saya bantu?" tanya pria tersebut.
"Eh? Bo-boleh," jawab Rara gagap karena terkejut, melihat ada pria didekatnya saat ia mencoba mengambil cemilan yang berada tinggi.
"Yang ini?" pria itu menunjukkan cemilan yang sudah ia ambil kepada Rara, yang diiyakan oleh Rara.
"Iya yang itu." pria tersebut langsung memberikan cemilan tersebut kepada Rara.
Apakah ada yang lain? Biar saya ambilkan juga, kalau Nona tidak bisa mengambilnya. ucap pria itu mencoba memberi bantuan yang lainnya.
"Terima kasih Tuan, hanya ini yang saya inginkan dan perlukan, kalau begitu saya permisi." Rara tersenyum manis kepada pria itu dan langsung berlalu, karena gugup yang ia alami sekarang.
"Iya sama-sama," gumam pria itu sambil melihat Rara yang berjalan menjauh.
Sempurna sekali, tinggi, putih, rahang tegas, tegap, sixpack - batin Rara.
Cantik sekali, entah kenapa senyumnya bikin tenang dan nyaman - batin si pria.
"Daddy.. Daddy.." si kecil menarik ujung baju Daddynya.
"Kenapa princess?" tanya si pria terkejut melihat puterinya sudah berada didekatnya, padahal sebelumnya sang puteri pergi bersama Mommynya untuk mencari makanan yang lain.
"Ayo Daddy, aku sudah selesai. Ayo bayar Daddy."
"Kamu ini ya. Ayo kita ke Vano terus kita bayar." si pria menoel hidung si kecil dan menggendongnya.
Setelah selesai belanja dan membayarnya, Rara langsung pulang kerumah dan sudah ada Gwen yang duduk diruang tamu dan menikmati cemilan dan minuman yang kemungkinan besar ia ambil sendiri didalam kulkas milik Rara.
"Hai," sapa Gwen melambaikan tangannya, dengan tangan sebelahnya fokus menyuap makanan kedalam mulutnya itu.
"Hai, ke kamar gue ya, lebih dahulu saja, nanti gue nyusul. Gue taruh belanjaan dulu ditempatnya masing-masing, kalau sudah gue naik ke atas."
Rara langsung menuju dapur dan merapihkan barang belanjaannya, hampir 15 menit merapikan barang, Rara lalu naik ke kamar menemui Gwen yang sudah berbaring tenang diranjangnya dengan TV yang menyala, sedangkan Gwen sedang fokus dengan ponselnya.
"Ada apa lo kesini, tidak ada acara ngedate sama Kenneth?" tanya Rara, sambil berjalan kesana-kemari untuk mengambil baju yang akan ia pakai.
"Kenneth lagi kumpul sama teman-temannya, katanya ada temannya yang baru datang kesini untuk tinggal sementara waktu. Jadi mereka buat acara kedatangan untuk temannya itu. Ya gue lebih milih ke rumah lo dari pada ikut mereka, gue tidak terlalu dekat dengan teman-temannya Kenneth." Rara hanya mengangguk-anggukkan kepalanya paham mendengar penjelasan Gwen.
"Gue mandi dulu ya, lu juga sana mandi di kamar mandi tamu." Rara melempar baju kearah Gwen, yang sudah ia siapkan untuk Gwen, sedangkan Gwen hanya mengangguk dan langsung berjalan menuju kamar mandi yang dimaksud oleh Rara.
Mereka menuju kamar mandi masing-masing. Setelah sekitar 30 menit mereka mandi, mereka ngobrol cukup lama, mereka mengobrol bersama, sampai Rara melamunkan pria tadi, yang membuatnya menjadi gugup dalam sekejab.
"HEH!!" Gwen mengejutkan Rara dengan menepuk kencang lengan Rara dan berteriak, karena merasa Rara tidak mendengarkan apa yang ia bicarakan.
"Gila lo," Rara mengelus dadanya karena terkejut dengan ulah Gwen yang mengejutkannya.
"Lagi lo. Mikirin apa sih lo? Gue ngomong panjang, tapi lo malah melamun." dengus Gwen karena kesal.
"Tadi gue ketemu sama cowok Gwen, tampan deh cowoknya itu." Rara membayangkan wajah cowok tadi sampai senyum-senyum sendiri, Gwen yang melihatnya mengusap kasar wajah Rara.
Sadar Ra. Rara hanya mendengus dengan ulah Gwen.
"Tapi serius lo? Ketemu dimana? Lo langsung ajak kenalan?" tanya Gwen penasaran, bahkan ia sudah duduk menghadap Rara agar lebih fokus, dengan kaki yang disila dan bantal sebagai penyangga tangannya.
"Di supermarket gue ketemu, tapi gue ga kenalan, soalnya jantung gue berdetak kencang saat liat itu cowok, jadi gue gagal fokus dan gugup." Rara memanyunkan bibirnya sambil memegang dadanya yang kembali berdetak kencang saat ia mengingat muka pria itu.
Gwen langsung menoyor kepala Rara, "Gila lo, ada yang bening bukan disikat malah dianggurin, haruskah gue kasih pelajaran mendekati cowok sama lo." gemes Gwen karena melihat temannya yang sedikit lemah saat melihat cowok tampan.
"Kan gue terpesona Gwen, gimana ya, gue jadi mau tau namanya dia." ucap Rara gemas karena jadi penasaran akan sosok itu, ingin mengulang pertemuan tadi dan menanyakan namanya.
"Terserah lo deh mau bilang apa, gue ga paham lagi sama otak lo itu, yang selalu lemah saat ada cowok bening didepan dan teriak paling keras saat ada cowok bening diponsel atau film" Gwen menghempas-hempaskan tangannya kearah Rara sebagai tanda terserah, sedangkan Rara hanya mengerucutkan bibirnya karena perkataan Gwen.
KRING..KRING..KRING..
"Halo,"
'.....'
"Oke."
TUT.
"Ra gue pulang duluan ya, si Kenneth sudah jemput dipagar depan rumah lo." Gwen berdiri bersiap untuk menghampiri sang pacar yang sudah menjemput.
"Oh ya sudah, gue antar kedepan yuk." Rara menggandeng tangan Gwen dengan erat sambil diayunkannya.
Rara langsung mengantarkan Gwen ke gerbang rumahnya.
"Hai Ra," sapa Kenneth.
"Hai Ken, lo engga mau mampir dulu Ken?" tawar Rara, karena ia mengenal sosok pacar dari sahabatnya ini.
"Engga Ra, lain kali aja ya sudah malam juga, lagian gue lelah tadi habis ngumpul sama teman-teman." tolak Kenneth halus.
"Ya sudah, hati-hati ya pulangnya Gwen, Kenneth." ucap Rara saat Gwen sudah masuk kedalam mobil Kenneth dan siap untuk meninggalkan rumahnya.
"Oke, bye Ra." ucap Gwen dan Kenneth bersamaan, Kenneth langsung menancapkan gasnya pergi dari rumah Rara.
Setelah masuk ke dalam rumah, Rara langsung menuju kamar Ryan untuk melihatnya, karena tadi ia hanya bertemu saat Ryan sedang ingin mandi.
"Dek," Rara melongokkan kepalanya kedalam kamar Ryan yang termasuk dalam kategori rapi untuk seorang cowok.
"Kenapa kak?" tanya Ryan yang sedang memegang buku dimeja yang berada dikamarnya.
"Lagi ngapain?" tanya Rara dan menghampiri ketempat duduk Ryan.
"Ini ada tugas kak. Besok langsung dikumpul, jadi aku selesaikan sekarang." beritahu Ryan sambil menunjukkan beberapa soal yang belum terisi, walaupun lebih banyak yang sudah terisi.
"Jangan tidur malam-malam ya. Istirahat yang cukup, nanti kamu sakit."
"Oke kak tenang aja, kalau sudah selesai aku langsung tidur kak."
"Oke kakak ke kamar dulu, bye love you." Rara mengecup kening Ryan lembut.
"Love you too kak." Ryan mengecup kembali pipi Rara dan kembali fokus ketugasnya saat melihat Rara sudah menuju pintu kamarnya.
Rarapun langsung kembali kekamar untuk tidur karena kelelahan dan besok harus kembali bekerja, untuk memenuhi kebutuhannya dan sang adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
EX-Doctor Couple (PINDAH DREAME)
RomanceSeorang perempuan yang bekerja sebagai dokter disalah satu rumah sakit di Barcelona, memilih pindah ke ibu kota untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, kepindahannya membuat kehidupannya lebih berwarna, karena bertemu dengan seorang laki-laki y...