Bab 2

109 12 9
                                    

Sayang? Kata itu terasa asing untukku.

***

Vio mengatur nafasnya yang ngos-ngosan, perempuan itu mencuci wajahnya agar lebih segar. Untung saja rasa mual itu sanggup ia tahan. Vio keluar dari toilet setelah merasa dirinya sudah baik-baik saja.

"Eh anak baru!"

Seruan itu membuat Vio menoleh, langkah kakinya terhenti. "Kenapa Kak?" tanya Vio.

"Ikut gue!" Perempuan dengan seragam ketat itu memerintah.

"Kemana?"

"Udah ikut aja!"

Vio mengangguk, ragu-ragu ia mengikuti Kakak kelasnya itu.

"Masuk!" Vio di dorong memasuki gudang sampai ia terjatuh.

Vio mendongak, di hadapannya telah berdiri seorang perempuan sambil bersedakap dada.

"Berdiri lo!"

Nadara

Vio membaca dalam hati name tag yang menempel di seragam perempuan itu.

"Apa lo liat-liat?! bentaknya membuat Vio tersentak.

Vio menggeleng. "Maaf Kak."

Nadara, perempuan itu memerhatikan penampilan Vio dari ujung kaki sampai ujung kepala. Tatapan remeh ia suguhkan,  perempuan dihadapannya ini sama sekali tidak menarik. Rok yang dikenakan Vio panjang, kemejanya juga longgar yang lebih parah lagi rambut perempuan itu dikepang dua, tak lupa kaca mata bertengger di hidungnya, poni yang menutupi dahinya semakin membuat penampilan Vio terlihat cupu, kuper abis!

"Kok bisa sih Kevan nembak cewek jelek kayak lo?" Nada tersenyum sinis setalahnya ia menarik kasar rambut Vio.

"Sakit Kak," Vio meringis, tangan Kakak kelasnya itu menarik rambutnya sangat kencang. Kepalanya terasa panas, rambutnya seakan mau lepas.

"Gak peduli gue! Denger ya, lo itu belum genap seminggu sekolah di sini tapi udah berani berulah! Lo tahu, kan yang nembak lo itu siapa?!

"K..ak Kev..an," jawab Vio terbata.

"Lo udah bikin malu dia tahu! Keputusan lo buat nolak dia udah bener, tapi harusnya lo nggak ngelakuin itu depan umum!" Nada mendorong kepala Vio.

"Maaf Kak." Suara Vio bergetar, susah payah menahan tangis.

Tangan Nada semakin lancang menarik rambut Vio memaksa perempuan itu mendongak.

"Seharusnya lo sadar diri! Lo bukan siapa-siapa di sini!" tatapan Nada menghunus tajam tepat menusuk bola mata milik Vio yang berwarna kelam.

"Nad, enaknya di apain?" perempuan yang tadi membawa Vio bertanya.

"Ambil ember yang tadi lo isi air!"

"Oke, Selena siap melaksakan!" Perempuan bernama Selena itu tersenyum puas.

"Nih, tapi masa cuma air doang sih Nad? Nggak seru!" Selena meletakkan ember berwarna hitam di lantai.

"Untuk awal cukup lah, kalau nanti berani berulah lagi... ya bakal lebih dari ini." Nada mendorong Vio sampai perempuan itu terduduk setelahnya ia menyiram Vio dengan se-ember air yang Selena bawa.

Vio hanya bisa menunduk, ia pasrah saja karena untuk saat ini ia tidak mungkin melakukan perlawanan. Ini demi keamanannya di sekolah, biarlah Vio menderita lebih dulu.

"Jangan sampai ada yang tahu kalau gue sama Selena udah ngelakuin ini sama lo!" Nada mencengkram kuat pipi Vio.

"I..ya Kak." Vio mengangguk sambil meringis.

Teka-Teki RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang