Part 10 : Bandung

2.7K 377 5
                                    

Aktivitas beberapa kru dan beberapa pemain yang sedang melakukan shooting terhenti saat suara sutradara menyuruhnya istirahat. Cuaca panas di tambah lingkungan yang berdebu membuat beberapa dari sebagian orang merasa sesak. Sama hal-nya seperti Iqbaal, dia mengelap keringatnya menggunakan tissue yang sudah disiapkan oleh Omen. Hari ini mendadak mood'nya kurang baik seketika, fokus shootingnya pun sedikit tergaganggu.

Mawar Eva, sebagai lawan main Iqbaal merasa aneh dengan sikap Iqbaal hari ini. Tidak seperti kemarin yang selalu menjaili dirinya dan bercanda ria dengan pemain lainnya. Mungkin Iqbaal sedang memiliki masalah pikirnya Mawar di dalam hatinya.

"Baal, minum." Tawar Mawar menyodorkan satu botol air mineral kepada Iqbaal disebelahnya. Iqbaal menoleh kemudian mengambil minuman itu.

"Kamu lagi ada masalah, Baal?" tanya Mawar, waswas.

Iqbaal menoleh sebentar kemudian kembali menatap kosong kearah depannya. "Mawar, aku lagi pengen sendiri. Kamu bisa tinggalin aku sendiri?"

Mawar menggangguk paham. Mungkin dengan menyendiri Iqbaal bisa melepaskan semua beban di pikirannya. "Kalo gitu aku ke Bidi." Mawar berlalu.

Iqbaal menghela nafas panjangnya. Matanya menangkap sosok Rike yang berjalan sambil tersenyum manis ke arah teman Iqbaal yang lainnya.

"Le, hari ini bunda bawain kamu makanan isinya sayur mayur sesuai dengan pesanan kamu." Kata Rike tersenyum sumringah seraya membuka kotak makan untuk Iqbaal. Dia menoleh membuat senyumnya luntur. "Le, kenapa?"

Iqbaal diam.

"Le," pekik Rike sedikit keras sembari menepuk pelan pundak Iqbaal. Ada rasa kaget di tubuh Iqbaal membuat pemuda itu menoleh.

"Astaga, bunda. Kenapa, bun?" tanya Iqbaal mengelus dadanya.

"Kamu yang kenapa, lagi ada masalah?"

"Bun, apa sebaiknya (Namakamu) jangan dulu dikasi pacaran, ya?"

Rike mengerutkan keningnya, menatap Iqbaal yang masih menatapnya, "Kenapa?"

"Aku gak mau aja kalo misalnya, dia enggak fokus sama belajarnya, Bun!"

Rike terkekeh, "bunda senang kalo kamu mulai perduli sama (Namakamu), tapi bunda enggak mau pisahin mereka. Bunda suka cara Brandon menjaga (Namakamu)."

Iqbaal memalingkan wajahnya dari wajah indah Rike. Tapi, lengan kekarnya di tepuk keras oleh bunda membuat Iqbaal sontak menatap Rike.

"Percaya sama Brandon, dia baik mau melindungi adik kamu." Jelas Rike tersenyum manis. "Kamu nggak usah khawatir, adik kamu pasti baik-baik aja."

"Bun!" Pekik Iqbaal, "Ale bukan takut (Namakamu) kenapa - kenapa tapi Ale gak suka kalo (Namakamu) pacaran!" bentak Iqbaal.

"Ale!" Sentak Rike.

"Ale benci sama (Namakamu), bun. Ale benci sama dia! Ale gak suka!" imbuh Iqbaal penuh penakanan.

"Iqbaal, kamu ngomong apaan sih!"

"Aku serius sama omongan aku!"

"Dek, kenapa sih?" tanya Omen baru saja datang dan duduk di sebelah Rike. "Ngapain bentak bunda kayak gitu!"

Adopted Sister ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang