01.

4.3K 575 84
                                    

"Jadi.. kau baru saja menyelesaikan sekolahmu?" Tanya Taeyong sambil memotong roti tersebut menjadi bagian kecil.

Jaehyun mengangguk sambil tersenyum, sedangkan Taeyong hanya bisa tersenyum simpul. Ternyata pemuda yang di depannya ini berusia jauh lebih muda darinya, tahu apa dia tentang asam garam kehidupan dan mencoba mendekati dirinya dengan cara seperti ini.

Sepuluh menit berlalu suasana hanya diliputi oleh keheningan setelah berbincang - bincang panjang mengenai latar belakang kehidupan mereka masing - masing, baik Jaehyun ataupun Taeyong hanya bisa kikuk tanpa tahu harus berbicara apa.

"Ambilah uangnya untuk membayar roti ini," kata Taeyong sambil menyodorkan beberapa lembar uang. Namun Jaehyun mengembalikan uang itu kepada Taeyong.

"Aku tidak mengharapkan imbalan sama sekali atas pemberianku," balas Jaehyun dengan senyumnya itu.

"Lalu, bagaimana aku harus membayarnya? Hutang tetaplah hutang."

Jaehyun kembali tersenyum menatap Taeyong dengan muka seriusnya, sedangkan Taeyong merasa seperti sedang di intimidasi oleh pemuda berusia 18 tahun.

"Apakah besok sore kau mempunyai waktu luang? Bagaimana jika kita pergi ke taman untuk menikmati pemandangan?"

Taeyong menatap Jaehyun dengan tatapan kosong, sekarang anak ini mengajakku kencan? Sebuah tawa ringan keluar dari bibir Taeyong membuat Jaehyun membelalakan kedua matanya.

"Apakah itu adalah hal yang lucu?" Sambung Jaehyun.

Kini Taeyong menatap Jaehyun dengan tatapan serius, "Bukan kah akan lebih menyenangkan jika kau keluar bersama teman sebayamu, daripada dengan diriku?"

Jaehyun berdiri dari posisi duduknya dan mengambil piring serta gelas yang sudah kosong.

"Age is just a number," ucapnya pelan seraya meninggalkan Taeyong di tempat duduknya.

Taeyong tercenung seketika mendengar ucapan Jaehyun, ia langsung buru - buru meninggalkan cafe menuju mobilnya dan mengatur nafasnya perlahan. Apakah anak itu sudah gila?!

Sesampainya di rumah Taeyong kembali mengerjakan pekerjaan rumahnya, ia mengambil pakaian basah yang telah dicuci untuk di jemur. Ketika ia menjemur, ia melihat tetangganya, Winwin yang baru saja keluar dari sebuah mobil di ikuti dengan seorang pria berambut hitam legam dengan style kelimis, yang sudah Taeyong tebak pemuda itu bukanlah asistennya, pasti ia adalah simpanan dari Winwin, dan benar saja tak lama kemudian pemuda itu langsung menyambar bibir Winwin dengan penuh nafsu. Melihat hal itu Taeyong langsung terkejut seketika, ia langsung buru - buru menjemur pakaiannya dan menutup balkon berlari menuju ruang keluarga, seolah ia tidak melihat adegan yang baru saja terjadi.

Pikiran Taeyong begitu penuh akan pertanyaan dan kebingungan, bukankah dalam pernikahan hanya ada satu kesetian, yaitu setia pada suami yang telah dinikahi. Bagaimana bisa menodai pernikahan dengan sebuah hubungan lainnya? Taeyong menghela nafasnya panjang - panjang ia tidak mau pertanyaan - pertanyaan dalam kepalanya membuat dirinya stress. Ia melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tapi Johnny belum juga pulang, seketika rasa sedih menyerang Taeyong begitu saja. Taeyong memejamkan matanya sejenak siapa tahu nanti Johnny akan membangunkannya ketika ia sudah pulang.

---

"Kau bahkan tidak sadar kapan aku pulang?!" Tanya Johnny ketika Taeyong terbangun dari tidurnya. Sedari tadi malam Taeyong tertifur di atas sofa tanpa selembar selimut dan Johnny membiarkannya begitu saja.

Taeyong merasa sedikit menggigil, tapi ia berusaha menyiapkan sarapan pagi untuk suaminya. Untung saja hari ini Johnny menyantap menu sarapan yang sudah dimasak oleh Taeyong.

Ketika Johnny menghabiskan sarapannya, ia langsung beranjak pergi meninggalkan Taeyong.

"Tae.." ucap Johnny sebelum ia membuka pintu.

Taeyong tersenyum lebar menatap Johnny, ia sudah membayangkan adegan romantis dimana Johnny akan memberikan kecupan atau mengucapkan kalimat - kalimat romantis sebelum pergi bekerja.

"Lebih baik jasku kau bawa ke binatu saja," kata Johnny sambil meleos pergi begitu saja. Taeyong hanya bisa menghela nafas dan memupuk rasa sakit di dadanya dalam - dalam.

Sorenya, Taeyong membawa jas yang dimaksud oleh Johnny untuk dicuci pada binatu. Setelah menyerahkan jas milik Johnny, Taeyong melewati cafe yang kemarin ia kunjungi. Taeyong menatap cafe itu dengan pandangan kosong, dan ia teringat bahwa hari ini Jaehyun mengajaknya untuk menikmati pemandangan di taman. Ia hanya bisa tertawa pelan dan menanggapi dengan bodoh ajakan dari pemuda itu. Namun entah mengapa tubuhnya membawa Taeyong untuk memasuki cafe itu.

Jaehyun tersenyum lebar ketika melihat Taeyong masuk kedalam cafe. Sambil membuka apron yang ia kenakan, Jaehyun berjalan menyambut Taeyong.

"Yongie, kupikir kau tidak akan datang," ucap Jaehyun sambil merangkul pinggang Taeyong.

Taeyong menepis tangan Jaehyun sebelum ia menyentuh pinggangnya, "yongie? Panggilan bodoh macam apa itu? Jae, jaga ucapanmu, aku jauh lebih tua darimu."

Jaehyun tidak menanggapi keluhan Taeyong melainkan ia langsung menarik lengannya dan mengajak keluar dari cafe.

"Kau bisa menyetir?" Potong Taeyong.

Jaehyun menaikkan satu alisnya menatap Taeyong, "Yongie, tamannya dekat dari sini, kita naik sepeda saja menuju tempatnya."

Taeyong menatap ragu sepeda yang dibawa oleh Jaehyun, akankah aman untuk dinaiki?

"Yongie, ayo naik! Kau bisa memeluk pinggangku agar tidak jatuh," perintah Jaehyun yang sudah siap di kursi depan. Dengan ragu Taeyong duduk menyamping, ia memeluk pinggang Jaehyun dengan erat karena takut terjatuh. Jaehyun mulai mengayuh sepedanya. Taeyong tertawa seperti orang bodoh ketika sepeda itu mulai berjalan menuju taman.

"Kau menikmati perjalananmu?" Tanya Jaehyun sambil mengayuh sepedanya, sedangkan Taeyong masih tertawa riang. Ini adalah kali pertamanya Taeyong menaiki sepeda.

Begitu tiba di taman, Jaehyun memarkirkan sepedanya, lalu ia menatap Taeyong sambil tersenyum. Ia membuka mantelnya dan memakaikannya pada Taeyong.

"Angin disini cukup besar, aku khawatir kau akan kedinginan."

Taeyong menatap Jaehyun dengan tatapan yang tak dapat diartikan. Belum pernah ia merasa diperhatikan seperti ini sebelumnya, bahkan oleh suaminya sendiri.

Jaehyun dan Taeyong menghabiskan waktunya untuk berjalan di taman sambil bersenda gurau. Perlahan Taeyong merasa seperti ada suatu yang aneh di dalam dadanya, namun ia menolak rasa itu untuk tumbuh lebih jauh lagi.

Tak sengaja Taeyong bertemu dengan Winwin, lagi - lagi ia bersama dengan seorang pria yang ia lihat kemarin sore. Winwin tersenyum simpul menatap Taeyong dan Jaehyun yang sedang berdiri dengan jarak yang begitu dekat.

Taeyong hanya dapat menatap Winwin dengan kikuk, berharap Wimwin tidak berfikiran yang aneh - aneh tentang dirinya.





Tbc.


He Will Be LovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang