SATU : AKU YANG MEMILIKI BANYAK HARTA

1K 71 11
                                    

Beberapa saat sebelum Vendela

Aku bisa membeli apapun yang aku mau, tidak peduli seberapa mahalnya harga barang yang aku inginkan. Sedari kecil aku sudah terbiasa hidup serba mewah, mencelupkan diri ke dalam kolam hangat-hangat kuku, dan memandikan tiga anjing Cavalier King Charles Spaniel dengan tinggi satu kaki secara bersamaan, sambil ditemani pengasuhku yang selalu mengetuk pintu kamar mandi seraya bertanya, "Apakah sudah selesai mandinya, Tuan?" dan aku selalu mendecakkan lidah sebagai pertanda bahwa aku tidak ingin diganggu.

Bukan hanya itu, aku selalu merengek meminta hewan peliharaan kepada ayahku. Awalnya hewan-hewan rumahan pada umumnya, namun lambat laun aku mulai bosan merawat mereka, sehingga aku memberikannya kepada pengasuhku. Hingga kebiasaanku untuk memelihara hewan-hewan tidak biasa mulai menggila, aku punya lima belas pelataran rumah hewan ternak hingga hewan liar lengkap di dalamnya terdapat segala macam jenis hewan eksotik seperti singa albino, kambing gunung, bison, sapi holstein dan masih banyak lagi yang tidak semua kebun binatang memilikinya. Tidak hanya itu, aku memiliki seratus akuarium reptil yang tersimpan aman. walaupun aku sangat takut untuk melihat mereka dari dekat, sehingga aku hanya bisa mengintipnya dari balik jendela rumahku. Tentu saja jendela rumahku tidak seperti jendela rumah pada umumnya, melainkan berbentuk seperti kaca besar dan tinggi tembus pandang yang membentang sepanjang ruang keluarga—kira-kira 5 hektare panjangnya, sehingga aku dapat menyaksikan dari balik jendela beberapa hewan peliharaanku berlarian bersama para pelatih hewan di tengah padang rumput halaman rumah. Ayahku membeli kaca tersebut dengan harga fantastis yang dia peroleh dari pedagang di Cina. Tentu saja karena kaca itu anti peluru dan tahan terhadap benturan kuat.

Tetapi itu dulu. Kebiasaanku mengoleksi hewan tidak lagi sama. Sejak aku menginjakkan kaki pertamaku di sekolah menengah, aku mulai tertarik dengan seorang wanita. Moira namanya. Dia perempuan paling mempesona yang kutemui di sekolah, tidak ada pria yang tidak mencintainya. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk memberanikan diri dengan menyapanya dan mengajaknya berkenalan, tetapi dia tidak pernah menghiraukannya, yang kudapatkan hanyalah tatapan sinis darinya dan cemooh dari teman-temannya.

Dan di saat kupikir tidak ada cara untuk membuatnya jatuh hati kepadaku, aku mencoba cara terakhir yang kali ini dia pasti akan luluh juga. Saat itu adalah jam pulang sekolah dan pengawalku menjemputku dengan mobil mewah yang sudah terparkir rapih di halaman depan sekolah. Rasanya memalukan setiap kali pulang dari sekolah aku harus dikawal oleh beberapa pengawal. Sehingga aku memerintahkan pengawalku untuk kembali ke rumah menggunakan transportasi umum tanpa perlu mengawalku untuk pulang.

Saat itu Moira berjalan bersama Glen, pria tampan dengan kelakuan berengsek dan otak udang. Sama sekali tidak ada yang spesial dari Glen. Dia sepertinya akan pulang bersama, walaupun sepertinya Moira terlihat sangat terpaksa dengan ajakan Glen. Sungguh tidak pantas Glen mendapatkan wanita cantik seperti Moira. Jelas saja aku jauh lebih unggul daripada Glen, bahkan jauh lebih berotak dibandingkannya.

"Hai, moira!" sapaku berlagak sambil bersandar pada pintu mobilku dan memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana.

"Ya?" sahut Moira masam.

"Ingin pulang bersamaku?" tanyaku.

"Oh, kau telat, bro. Moira akan pulang bersamaku karena aku sudah mengajaknya lebih dulu! Ya, kan, Moira?" tukas Glen segera, tetapi Moira tidak menjawab.

"Wah, Moira. Sayang sekali kalau begitu." kataku mengindahkan Glen, "Aku kasihan padamu jika cuaca sudah mendung seperti ini, lebih baik kau pulang bersamaku. Kau bisa naik mobilku dan tidak perlu repot akan kehujanan."

"Mobilmu?" Glen tertawa meledek. "Aku akan pergi ke pertandingan balap motor, Moira. Kau mau ikut denganku, bukankah kau suka menyaksikan balap motor?" tanya Glen seolah meyakinkan.

MarthinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang