Go, Dream!

291 6 3
                                    

Author : Mynnae

Aku melihat mereka yang seperti biasanya, bertamasya lagi setelah ujian akhir telah selesai. Namun, kali ini berbeda dari biasanya. Arkan, Dinda, Corner, Rani, dan Irvan itu merayakan kelulusan wisudanya di luar Bandung. Tepatnya ke Bogor.

Aku mendengar dari yang mereka ucapkan itu, kalau di sana ada tempat yang bagus untuk wisata atau sekadar buat foto-foto. Misalkan saja, Jembatan Kayu Gantung yang bisa menikmati keindahan alam atau Bukit Alesano yang bisa berkemah di sana dengan dikelilingi pemandangan Kota Bogor.

"Akhirnya kita tamat kuliah  juga!" seru Corner.

"Lo mah nggak pernah belajar. Selalu aja nunggu jawaban dari Dinda," sindir Irvan.

"Yee ... Yang kasih aja diam," balas Corner.

"Inda, apa perasaan lo saat Corner yang duduk di sebelah lo selalu ribut untuk minta jawaban?" tanya Arkan dengan pura-pura mengambil botol minuman soda itu sebagai (microphone.)

Dinda tersenyum menggoda. "Sebenarnya pengen gue sumpal dengan sepatu."

Semua tertawa keras kecuali Corner yang cemberut. "Lo tega banget, Da. Gue ini pacar lo!"

Dinda mengulurkan lidahnya. "Biarin!"

"Udah, udah! Mari kita poto-poto aja, mumpung masih nunggu giliran," tukas Rani menengahi sambil menentengku di lehernya.

"Kuuuy!!!" seru Irvan dengan hebohnya.

Kemudian, mereka berempat sudah bergabung dan memasang gaya-gaya yang narsis. Sedangkan Rani, ia mengarahkanku di jarak yang tak jauh lalu tanpa butuh waktu yang lama juga, Rani ikut berkumpul di barisan.

(Jepret!)

"Eh, lagi dong!" pinta Irvan.

Dari mereka berlima, yang paling suka berfoto itu adalah Irvan. Gaya-gayanya selalu bikin mereka ketawa cekikikan.

"Elo lah yang pergi!" sambut Rani sedikit teriak.

"Tolong dong, Ran. Lo yang paling dekat abisnya."

Rani berkomat-kamit sambil berjalan menghampiriku. Aku selalu ingin tertawa melihat tingkahnya dan Irvan yang suka beradu mulut. Namun, aku tak bisa.

(Jepret!)

"Coba liat," kata Irvan.

"Nanti aja, itu tuh udah giliran kita. Dinda sama Corner mau minjem kamera gue," jawab Rani yang memindahkan aku ke tangan Corner.

"Siap?" tanya Corner kepada Dinda.

Dinda menganggukkan kepalanya, dan paralayang pun terbang ke udara.

"Wohoo!!!" teriak Corner sembari mengarahkanku di depannya tinggi-tinggi dengan tongsis.

Dinda sesekali tersenyum, sesekali menutup mukanya. Aku tidak tahu kenapa, mungkin sedikit ketakutan.

"Hati-hati, Or. Itu kamera milik Rani, harganya selangit. Jangan sampe jatuh."

"Iya sayang," sahut Corner.

"KALIAN CEPAT BALEK YA!" teriak Irvan yang masih dapat kutangkap. "JANGAN ASIK PACARAN!"

"BERISIIKK!!!" Corner berteriak kembali.

🌠

"Selanjutnya mau kemana nih?" tanya Arkan.

"Terserah aja," sambut Rani.

Dari mereka berlima, memanglah Rani orag yang suka ikut-ikutan saja. Tanpa ingin mengusulkan.

"Ke Kota Bunga saja." Dinda merekomendasikan.

Cerpen INDONESIA kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang