Pilu Di Gunung Kelud

224 3 0
                                    

By : Icha_rizfia

Nasi pecel sudah diantar penjual, tinggal menunggu teh hangat saja. Eri lekas menyendok nasi pecel dengan lahap. Pagi tadi ia hanya sempat sarapan punten sesuap, karena terlambat berangkat. Ada bimbingan les kelas tiga yang harus ia ikuti. Kini, makan siang ia bayar dengan sepiring nasi pecel beserta lauk tempe dan tahu goreng serta rempeyek kacang kedelai.

"Er, besok jadi ke rumah Septi dulu nggak?" tanya Rosna yang duduk di sampingnya sambil makan ote-ote.

"Jadi lah. Kan searah kalau mau ke Kelud."

Istirahat siang itu pun berlalu ringan. Eri makan dengan lahap, Rosna kenyang dengan gorengan, dan keduanya segera ke kelas lagi.

***

Eri, Rosna, dan Septi, tiga remaja yang selalu satu kelas sejak sama-sama masuk SMA. Ketiganya semakin akrab, karena mengikuti ekstra kurikuler yang sama.

Rosna dan Eri sudah sampai di rumah Septi. Pagi di hari Minggu, ketiganya hendak jalan ke Gunung Kelud. Salah satu obyek wisata yang berada di kota Kediri. Gunung yang memiliki legenda tentang sumpah Lembu Suro yang kecewa dan Dewi Kilisuci yang berkhianat.

Dulu, seorang putri cantik bernama Dewi Kilisuci, anak Jenggala Manik hendak dieperistri oleh dua orang raja. Namun yang melamar bukan dari bangsa manusia, karena yang satu berkepala lembu (sapi) bernama Raja Lembu Suro dan satunya lagu berkepala kerbau bernama Mahesa Suro.

Sejak awal Dewi Kilisuci tidak menyukai kedua calon pelamarnya dan hendak menolak. Kemudian ia membuat sayembara yang tidak mungkin dikerjakan oleh manusia biasa, yakni membuat dua sumur di atas puncak Gunung Kelud. Sumur tersebut salah salah satunya harus berbau amis dan yang satunya harus berbau wangi. Pengerjaan sumur harus selesai dalam satu malam atau sampai ayam berkokok.

Akhirnya dengan kesaktian Mahesa Suro dan Lembu Suro, sayembara tersebut disanggupi. Setelah berkerja semalaman, keduanya menang dalam sayembara. Sayang, Dewi Kilisuci masih belum mau diperistri. Kemudian Dewi Kilisuci mengajukan satu permintaan lagi. Kedua raja tersebut harus membuktikan dahulu bahwa kedua sumur tersebut benar-benar berbau wangi dan amis, dengan cara mereka berdua harus masuk ke dalamnya.

Terpedaya oleh rayuan tersebut, keduanya pun masuk ke dalam sumur. Begitu mereka sudah berada di dalam, Dewi Kilisuci memerintahkan prajurit Jenggala untuk menimbun keduanya dengan batu. Maka matilah Mahesa Suro dan Lembu Suro.  Sebelum mati Lembu Suro sempat bersumpah dengan mengatakan, "Yoh, wong Kediri mbesuk bakal pethuk piwalesku sing makaping kaping yoiku. Kediri bakal dadi kali, Blitar dadi latar, Tulungagung bakal dadi Kedung."

(Ya, orang Kediri besok akan mendapatkan balasanku yang sangat besar. Kediri bakal jadi sungai, Blitar akan jadi daratan dan Tulungagung menjadi danau)

Perjalanan ke sana akan mereka lalui dengan berkendara motor. Selain jalan-jalan bersama sahabat, Rosna juga hendak memberi kejutan pada pacarnya yang tengah panjat tebing di daerah gunung tersebut. Sekalian mampir ke rumah Septi yang satu jalur menuju gunung.

"Kamu bawa kue?" tanya Eri pada Rosna yang tampak membawa kotak di pijakan motor matic-nya.

"Iya dong. Kan Ardan ultah. Masa ke sana bawa tahu Takwa aja?"

Eri dan Septi terbahak. Tahu Takwa adalah salah satu merk tahu yang terkenal di kota Kediri. Boleh dibilang  jadul, karena sekarang sudah banyak merk tahu kuning yang bermunculan.

"Ntar rusak gimana kalau buat naik? Jalannya kan nggak lurus. Aku khawatir kuemu nanti hiasannya rusak," celetuk Eri sambil melirik kotak di motor Rosna.

"Nggak papa. Bukan kue tart yang ada hiasannya kok. Cuma kue bolu, biar aman. Nanti aku motoran sendiri, kalian boncengan berdua," tunjuknya pada Eri dan Septi.

Keduanya lekas berangkat, agar tak terlalu siang. Meski udara di sana dingin, tapi perjalanannya yang panas. Dengan hati semringah Rosna mengendarai motor. Membayangkan sang kekasih pasti akan terkejut dan senang dengan kedatangannya. Ia ingin memberi kejutan yang manis, di akhir SMA-nya bersama Ardi. Semoga berhasil, harapnya.

***

Jalan berkelok karena rute pegunungan, tak menyurutkan tekad. Apalagi sekeliling jalan akan disuguhi pemandangan yang hijau nan menakjubkan. Segar udara dan mata.  Begitu tiba di parkiran, Rosna berjalan paling depan. Ia sudah tahu di mana biasanya pacar dan teman-temannya berkemah saat panjat tebing di gunung tersebut. Tanpa ragu, ia berjalan cepat. Melihat ada tiga tenda yang berdiri dengan label nama komunitas Ardi, senyum Rosna semakin lebar. Ia siapkan kue. Membuka dan memasang lilin di atasnya.

"Er, titip dulu," pintanya pada Eri agar memegang kue, sementara ia mendekat ke kemah dan bertanya di mana Ardi.

"Sam, Ardi mana?"

Samsul, teman Ardi kaget karena kedatangan Rosna. Laki-laki yang tengah menjemur celana dalam itu menunjuk dengan dagu ke arah belakang tenda. "Sana. Dia lagi masak air."

Rosna kembali pada Eri untuk mengambil kue. Dua temannya mengikuti dari belakang. Lilin dinyalakan, lalu ia berjalan pelan ke arah belakang tenda. Lagu belum ia nyanyikan, karena menunggu Ardi melihat kedatangannya dulu.

Langkahnya pelan. Suara tawa Ardi mulai terdengar. Senyum Rosna semakin lebar ditambah detak jantung yang berdebar karena persiapan kejutan ini. Namun, ada suara lain yang juga tertawa bersama Ardi. Suara ... perempuan.

Dahi Rosna mengernyit. Begitu dekat, dan mata Rosna bisa menangkap sosok kekasihnya yang berjarak tak kurang dari satu meter. Matanya melebar dan mulutnya menganga kaget.

Di depan sana, kekasih yang selama dua tahun ini bersamanya tengah memeluk seorang perempuan dari belakang sambil tertawa renyah. Di depan mereka ada panci yang tengah diisi ari dan dipanaskan di atas tungku ranting kering. Pelukan Ardi melekat erat di punggung perempuan tersebut. Bahkan dagu laki-laki itu menempel di pundak. Tanpa ragu, kecupan ringan Ardi layangkan pada pipi gadis manis berambut ekor kuda.

BUGH.

Kotak kue di tangan Rosna jatuh, hingga membuat Ardi dan gadis tersebut menoleh. Mata Ardi terkejut. Ia lekas melepas pelukan dan berdiri tiba-tiba. Belum sampai Ardi melangkah hendak menghampiri dan mengatakan sepatah kata, Rosna sudah berbalik dan menggandeng kedua temannya. Ia berlari sambil menahan air matanya tak jatuh. Eri dan Septi yang melihat dari belakang Rosna, juga tahu bagaimana mesranya Ardi. Jadi, tanpa banyak bertanya keduanya diam dan ikut berlari bersama Rosna yang menggenggam tangan mereka begitu erat.

Memang tak butuh waktu semalam agar ia bisa membuktikan kesungguhan Ardi pada hubungannya, namun cintanya juga tak bisa dianggap remeh. Ketulusannya pada Ardi, haruskah dibayar dengan sakit hati? Dua tahun, lenyap begitu saja dalam sedetik yang Ardi kacaukan.

Jika Gunung Kelud mengisahkan pengkhianatan Dewi Kilisuci karena tak mau dinikahi dua raja, maka ... Rosna malah dikhianati oleh kekasihnya yang selingkuh tepat di depan matanya.

___________

*Punten = nasi yang dimasak dengan santan. Dinikmati bersaam sayur rebus dan sambal pecel.

*Ote-ote = bakwan

Cerpen INDONESIA kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang