Ibu

761 97 2
                                    

Aku pulang ke rumah dengan langkah lesu. Perlahan membuka pintu dan berjinjit menuju ke kamarku. Aku berusaha menghindari ibu karena nilai ujianku kembali menurun. Tadinya aku memilih tidak pulang ke rumah tapi kurasa itu malah akan menambah masalah.

Aku tahu alasan ibu marah padaku. Itu karena ibu bekerja sendiri membiayai semua kebutuhan kami sejak ayah pergi.

"Makanya belajar yang rajin, jangan main mulu!"

Sore itu ibu memulai ceramahnya sambil berdiri di hadapanku. Lebih baik aku diam tanpa menawar.

"Hidup kita susah. Kamu nggak perlu bantu ibu, cukup jadi anak pinter, ibu udah seneng."

"Contoh temen kamu si Siti, kenapa dia bisa lebih pinter dari kamu?"

Uh, ini bagian yang paling aku benci. Aku tidak suka dibanding-bandingkan. Aku kan sudah berusaha menjadi yang ibu mau.

Aku mengangkat wajahku dan hendak menjawab tapi ibu langsung melotot ke arahku.

"Apa lihat-lihat?! Minta ditabok?!"

Baiklah, kurasa sudah cukup marahnya untuk hari ini. Aku balas melotot padanya dan ibu langsung pergi.

---

Aku masih berdiri di hadapan cermin ketika pintu kamarku terbuka dan suster masuk membawa makanan dan obat untukku.

"Kamu bertengkar dengan ibumu lagi hari ini?", dia bertanya padaku tapi aku tidak menjawab.

Aku tidak suka dia.

Aku tidak suka rumah sakit ini.

Mereka bilang jiwaku terganggu sejak kematian ibuku. Itu karena aku suka memakai baju ibuku dan berdiri di hadapan cermin lalu berbicara sendiri seolah aku sedang berbicara dengan ibu.

Tidak.

Aku bukan gila.

Aku hanya kesepian dan merindukan ibuku.

Itu saja.

Creepypasta IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang