Ketika pertama kali kulihat iklannya di televisi, tepatnya enam bulan yang lalu, aku langsung tertarik. Bentuknya begitu gagah dan menawan. Mesinnya berkapasitas besar dengan teknologi injeksi. Aku langsung terbayang betapa bertenaganya skuter matik itu saat kupacu di jalanan namun tetap irit bahan bakar. Sayang, aku tak punya cukup uang untuk membelinya saat itu.
Sekarang aku tak perlu lagi memimpikannya. Sang motor telah terparkir manis di garasiku. Aku bisa melihatnya sepuasku. Mengendarainya kemanapun aku mau. Memodifikasinya sesuka hatiku. Inilah Vartek 125cc putih, motor yang kudambakan kini telah kumiliki.
Meski demikian, motor ini bukan barang baru dari dealer. Aku membelinya dari temanku yang istrinya merasa tak cocok dengan bodinya yang besar serta bobotnya yang berat. Walau begitu, motor ini tampak sangat baru sekali. Catnya masih mulus begitupun dengan aksen krom yang mengkilap. Panel instrumen berjalan sempurna. Jarum speedometer bergerak otomatis saat kuputar kunci kontak. Starter mesin nyaris tak bersuara sama sekali. Aku ingin sekali membawanya jalan-jalan.
Malam ini malam minggu. Bulan purnama menerangi langit bagai menyambut motor baruku. Tak sabar aku ingin mengajak pacarku jalan-jalan. Pasti menyenangkan sekali berkeliling kota dengan pacar di atas motor baru.
Jadi kukeluarkan saja si Vartek dari rumah kontrakanku yang sederhana ini melewati pintu depan, ia tampak sangat tampan seperti pemilik barunya. Dengan tenang mesin kuhidupkan dan derunya sangat sejuk di telinga. Mari kita berangkat.
Namun apa yang terjadi?
Ternyata tak semulus yang kubayangkan. Baru beberapa meter meninggalkan rumah motorku berjalan amat berat. Mesin seakan tak bertenaga. Ketika kubuka gas lebar-lebar, ia tak merespon sesuai dengan yang kuinginkan.
Aneh, padahal ngga ada lampu indikator yang menyala di instrumen. Bahkan jumlah bahan bakar pun banyak. Apa yang terjadi dengan motor ini?
Kesal, kecewa, dan penasaran, aku pun menghentikan motor dan turun. Kuamati motor dengan penuh curiga dan sumber masalah pun kutemukan.
Di sebelah kanan belakang motor, tepatnya poros roda di belakang knalpot ada sesuatu berwarna hitam yang membelit. Benda itu tampak seperti benang berkilau. Saat kupegang rasanya bentuknya tipis dan halus.
Kuperhatikan benang yang membelit ini sangat panjang. Menyambung dari gulungan yang melilit roda terbentang lagi helaian-helaian yang bersumber dari kolong bodi motor, tempat di mana blok mesin berada. Terlalu gelap untuk melihat ke dalam, aku butuh cahaya.
Aku ingat kemampuan ponselku yang bisa menjadi senter. Tanpa pikir panjang, kukeluarkan dari saku celana. Saat dinyalakan, kulihat banyak panggilan tak terjawab di display. Rupanya Heru memanggilku berkali-kali bahkan mengirim pesan. Kebetulan sekali aku juga ingin menanyai si mantan pemilik motor itu tentang hal ini tapi kuputuskan untuk melihat benda misterius ini dahulu. Kuabaikan dulu pesan dari Heru untuk menyalakan lampu senter ponsel.
Sorot cahaya telah terpancar dari ponsel. Aku jongkok kembali mendekatkan wajahku ke sisi kanan motor bersama senter, kutundukkan kepalaku ke kolong bodi. Kemudian aku terkejut mematung.
Aku lupa bernapas dan nyaris tak merasakan detak jantungku sendiri saat berkontak mata dengan wajah pucat seorang perempuan di dalam ruang blok mesin.
Aku jadi ingin tahu apa yang ingin dikatakan Heru padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Creepypasta Indonesia
TerrorIf you can't wake up from nightmare, maybe you're not sleep.