Creepypasta Indonesia

Jerih Payah Ibuku

"Alvin, bukankah sudah kubilang, jangan ganggu tanaman itu! Biarkan mereka berkembang!"

"Tapi bu, aku bru pertama kali melihat tanaman strawberry, nanti kalau sudah berbuah, kasih aku satu ya bu"

"Iya iya!"

Aku baru saja pindah kerumah baru, rumah baruku terletak dibukit yang lumayan sejuk, dikelilingi kebun jagung yang luas.

Sekolahku berada sangat jauh dari rumah, untuk pergi bersekolah, aku harus turun bukit, lalu naik bus.

Ibuku mencoba menanam strawberry didepan pekarangan rumahku, awalnya aku tidak yakin kalau itu bisa tumbuh, dan ternyata bisa.

Aku yang lahir didaerah dengan iklim tropis jujur belum pernah merasakan yang namanya Strawberry, makanya aku sangat antusias sekali saat strawberry itu mulai tumbuh.

Hari-hari terlewati, bulan berganti, dan buah strawberry ku mulai bisa dipanen.

Aku yang baru saja pulang sekolah segera berlari kerumah, kulihat buah stawberry itu sudah menghilang, aku segera menuju kedapur, dimana satu mangkok cairan merah tersaji disana, akupun mencobanya.

Ternyata strawberry rasanya begini, asin ya..

Aku melahapnya habis, karena aku sangat suka dan kebetulan juga kelaparan. Setelah kekenyangan aku pergi ke kamar untuk ganti baju, oh ya, kemarin ibu membelikan baju baru untukku, dan aku akan mencobanya sekarang.

Aku membuka lemari

"PLUK...."

Sesosok mayat jatuh menimpaku, aku terkejut dan ketakutan.

"Ibu.... Tolong aku....!"

Terdengar suara langkah kaki menghampiri kamarku.

Ya tuhan, dimana ibuku?

Dan ini mayat siapa? Aku tidak mengenalnya.

"BRUUUKKK"

Pintu kamarku didorong ibuku.

Aku terkejut karena melihat ibuku sedang memegang pisau dan berlumuran darah dicelemeknya.

"Ibu... Ibu membunuhnya???"

"Sayang, dia mencuri semua strawberry kita dan dia memakannya! Hasil jerih payah ibu masuk keperutnya semua!

Apapun yang trjadi aku harus bisa mncicipi strawberry yang kutanam sendiri! Katakan, dimana kau menyembunyikan selai strawberry didapur itu?"

Mata ibu berubah, aku ketakutan, kenapa ibu begitu?

Perlahan Ibu menghampiriku dan mendekatiku dengan masih memegang pisau ditangannya.