Empat Sekawan

124 5 0
                                    

"Oh my God! Finally kelar juga ya. Ga nyangka bakal selesai. Time does flies." ujarku.

"Flies dari Hongkong! Perjuangan ini Bu nyelesaiinnya. Sudah hampir tumbang di ujung jalan. Liat tadi gimana muka para Ibu Professor pas nilai kita diumumin? Adios Bitchacos!"

"Mari sama-sama berterima kasih pada Jay buat kelulusan kalian. Tanpa Jay kalian gak akan pakai toga sekarang."

"THANK YOU JAAAAAY!." Sorak kami bertiga.

    Suara gaduh kami membuat beberapa pengunjung di Cafe Chocoholic memandang sambil mengernyitkan dahi, menunjukan bahwa mereka cukup terganggu. Tak lama berselang datang seorang pelayan membawakan dua piring waffle dengan dekorasi ucapan selamat atas kelulusan kami.

"Permisi Kak, ini ada titipan dari Bang Jun. Selamat menikmati." ujar pelayan tersebut.

"Wah, baru ya Mas? Kami pengunjung setia disini, tapi kok kayaknya baru lihat." celetuk Kairo.

"Ah iya Mbak, saya baru masuk kemarin."

"Oh pantesan, yaudah Mas balik aja gapapa nanti lama-lama disini akhirnya kepincut."

    Kami semua pun tertawa mendengar ucapan Kairo Dupak, gadis yang sudah aku kenal sejak kecil ini memang ramai dan gampang sekali bergaul dengan orang lain. Dia merupakan salah satu orang yang mengajariku untuk berani mengutarakan pendapat ketika dibutuhkan karena aku merupakan orang yang cukup tertutup. Sedangkan tugasku adalah menjadi orang yang berani mengatakan cukup setiap kali Kairo berlaku keterlaluan.

    Jay pun langsung menarik piring dan mengambil sendok untuk menikmati sepiring waffle yang diantarkan oleh pelayan tadi. Jayda Lawson adalah otak dari squad kami. Setiap kali kami punya masalah mengenai materi kuliah, Jay akan dengan senang hati membantu. Betul sekali yang Stella katakan, tanpa Jay kami tidak akan memakai toga hari ini. Berkat training session yang sangat keras dari Jay, Kairo dan aku tidak akan lulus secepat ini.

"Alanna, gimana Luke? Aku dengar kemarin katanya sakit?" tanya Stella.

"Engga, biasa sih ikutan ujan-ujan sama Amy jadi masuk angin gitu."

"Amy and her quirks. Adek kamu emang t.o.p deh." celetuk Jay.

"Tapi kalau diperhatiin menarik banget loh kadang yang dilakuin sama Amy dan tiap kamu tanya kenapa dia lakuin hal itu, pasti dia punya jawaban yang masuk akal soal itu." lanjut Stella sambil mengambil sendok untuk menikmati waffle di piring yang kami bagi.

    Stella Derdaze adalah personil keempat dalam squad kami. Dia merupakan salah satu orang yang cukup detail dalam melakukan berbagai hal. Selain Jay, dia merupakan salah satu orang yang cukup berkontribusi atas kelulusanku dan Kairo. Ketika Jay meminjamkan otaknya pada kami, Stella ikut membantu dengan kemampuannya untuk melihat hal-hal kecil yang biasanya terlewatkan.

    Kami berempat berteman sejak kecil. Pertemanan ini bermula denganku dan Kairo yang kebetulan tinggal dan sekolah di tempat yang sama. Kami mengabiskan waktu bermain dan (seharusnya) belajar bersama yang membuat Kairo dan aku sangat dekat dibanding dengan yang lain. Ketika Kairo dan aku masuk SD, kami bertemu dengan Jay yang pada saat itu dijauhi oleh teman-teman sekelas kami karena kacamata dan kawat giginya. Sejak saat itu kami bertiga tak terpisahkan.

    Stella muncul ketika kami duduk di kelas tiga SD, orang tuanya memutuskan pindah ke daerah rumahku dan Kairo . Walaupun Stella satu kelas di atas kami, tapi di rumah kami menghabiskan waktu bermain bersama. Sejak saat itu, kami menjadi Empat Sekawan yang tidak terpisahkan. Rumahku pun menjadi basecamp tempat kami biasanya berkumpul. Orang tuaku memperlakukan mereka seperti anaknya sendiri.

    Kami biasanya mengadakan sleepover, piknik, ulang tahun dan liburan bersama berempat. Pertemanan kami cukup diketahui di sekolah maupun lingkungan tempat tinggal kami. Banyak yang menyebut kami 'Empat Sekawan' hingga akhirnya kami memutuskan untuk menggunakan nama tersebut sebagai nama squad kami setiap kali mengadakan acara.

"Jadi kemana nih buat ngerayain kelulusan kita?" tanya Kairo.

"Empat Sekawan goes to Green Beach, gimana?" tanyaku.

"Lagi? Pantai lagi? Ganti dong. Ke perkotaan aja! Kita jalan, makan-makan, shopping. Yang seru gitu." celetuk Stella.

"Iya boleh juga sih. Aku juga capek ke pantai mulu." saut Jay.

    Kami pun memutuskan untuk pergi ke kota yang tidak jauh dari kota kami. Perjalanan kali ini akan sedikit berbeda untuk Empat Sekawan, karena ketika kembali kami akan dihadapkan dengan realita bahwa kami sudah dewasa dan sudah waktunya untuk segera bekerja and embracing the adulthood. Jay sudah tahu apa yang dia inginkan dan dimana dia akan tinggal. Begitu pula dengan Kairo. Hanya aku dan Stella yang masih belum yakin dengan apa yang ingin kami lakukan, yang aku tau pasti adalah kami berdua tidak akan melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.

    Tapi untuk saat ini, kami hanya ingin bersenang-senang dan melupakan hal yang menunggu ketika kembali. Aku hanya ingin beristirahat sejenak sebelum kembali berperang dengan yang lain. Aku pun berharap dengan liburan ini akan semakin mendekaktkan kami berempat meskipun jalan kami akan berbeda-beda setelah ini.

"Pokoknya kalian harus janji untuk keep in contact dimana pun kalian berada ya." kali ini Kairo membaca pikiranku.

"Ah jangan bahas yang melow-melow dulu ah. Kita disini buat ngerayain kelulusan kalian, jangan jadi arena tangis." Stella merengut menyampaikan pendapatnya.

"Oke oke. Let's make a toast! Raise your milkshakes ladies and ladies." saut Kairo. "For our friendship and life after uni!"

"Semoga persahabatan kita berlanjut terus sampai kita tua nanti ya?" ujarku sambil meminum milkshake coklat yang ku pesan tadi.

"Sampai mati dong." celetuk Stella "I'll ask God where you guys are if I don't see you in hell."

"OOH DASAR EMANG..!!"

"Ogah!"

"Emoh kamu aja sendiri!"

•••


Hi Guys! Thank you for reading the first chapter of Her Story. Part kali ini bakalan singkat aja, ibarat kenalan mah yang penting padat dan tersampaikan. Part selanjutnya bakal lebih panjang biar makin kenal ama Alanna. Oh ya, nama-nama karakter di cerita ini adalah beberapa sumbangsih para sahabat dan follower aku di Instagram, let's make a toast for them! *angkat gelas milkshake coklat*

I couldn't even remember the last time I wrote stories in Bahasa, jadi kalau gaya bahasanya agak kaku, mohon dimaklumi. I hope it will get better along the way. I decided to write in Bahasa because it's in one of my many New Year Resolutions, write more and use Bahasa even more.

So please be patient with me and enjoy the story!

Lots of love, T ♡

Her Story [Bahasa Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang