Tobias!
Sudah dua minggu setelah kepergiannya ke London. Walau pun kami menghabiskan setiap hari bertukar kabar melalui pesan dan telpon, tapi perbedaan waktu dan jadwal membuat kami sedikit kesusahan.
Tiba-tiba saja ponselku berdering, Tobias.
"Hallo?"
"I texted you like thirty minutes ago hmm." jawab Tobias.
"Maaf, aku di kamar mandi tadi. Aku harus ke butik lebih pagi soalnya mau ada rapat sama tim sebelum meeting nanti malam."
"Ah, jadi kamu sibuk tar malem? Padahal aku pengen ketemu hari ini, aku baru sampai di rumah nih. Aku kangen, pengen ketemu."
"I miss you too Tobias, tapi kan kamu juga ta-"
"Iya, iya aku tahu kamu sibuk ama butik. Aku ngerti. Yaudah kalau gitu, aku capek abis flight enam belas jam, aku istirahat dulu ya. Good luck!" Tobias menutup telponnya.
Aku menghembuskan napas perlahan. Is he mad? Of course he's mad! Dia baru aja pulang setelah dua minggu, penerbangan enam belas jam dan hal pertama yang dilakukannya adalah menghubungiku untuk bertemu dan jawabanku malah sibuk dengan butik.
Aku segera menghubungi Sarah, asistenku dan meminta mereka untuk melakukan team meeting kali ini tanpaku dan mencatat juga merekam semua percakapan yang setelahnya diemail kepadaku langsung agar aku mengikuti semua perkembangan sebelum pertemuan nanti malam.
Dua puluh menit setelah berlarian kesana kemari mengumpulkan semua barang yang kuperlukan, akhirnya aku dalam perjalanan menuju rumah Tobias juga. Ku pastikan mampir ke toko roti kesukaannya dan membeli beberapa untuk sarapan kami berdua. Aku pun mampir ke coffee shop kesukaannya dan membeli kopi untuk kami berdua.
Aku bukanlah penggemar kopi, tapi sejak bertemu dengan Tobias yang merupakan penggila kopi aku pun mulai menyukainya. Kami lebih sering bertemu di coffee shop, bahkan 'kencan' pertama kami di sebuah coffee shop.
Aku pun sampai di depan rumah Tobias. Rumah megah berwarna putih dengan pagar hitam tinggi yang dikelilingi oleh cctv tersebut tampak agak ramai dari biasanya hari ini. Ada beberapa mobil terlihat parkir berjajar di depan pintu masuk rumah.
Satpam Tobias mengenali mobilku dan membukakan pagar elektrik tersebut dari dalam. Selain mobil yang berjajar, aku tak melihat ada satu orang pun di halaman atau sekitar mobil-mobil tersebut. Satpam yang membukakan pagar tadi berlari kecil mendekati mobil dan membukakan pintuku ketika aku mematikan mesin mobil.
"Miss Irish, selamat pagi. Ada barang yang bisa saya bantu bawakan?" ujar satpam tersebut sambil tersenyum.
Aku tersenyum balik padanya sambil menggelengkan kepala berusaha membaca papan nama di bajunya, karena dia bukanlah satpam yang biasa menemuiku. Tom, namanya Tom. Aku pun mengucapkan terima kasih pada Tom dan bergegas masuk membawa barang-barang yang ku beli tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Story [Bahasa Indonesia]
Aktuelle LiteraturCerita kali ini hadir dari Alanna Irish, gadis 28 tahun yang jatuh cinta pada Tobias Klaus, anak orang kaya dengan hati seluas langit. Perjalanan cinta mereka berjalan mulus hingga suatu hari tahta, harta dan sosial status yang dipegang teguh oleh T...