My Home

22 2 0
                                    

Kubuka mataku perlahan, hening hanya suara dengungan samar di kejauhan. Dengan posisi rebahan yang bisa kulihat hanya bagian belakang kursi penumpang depan. Aku menarik nafas perlahan dan duduk sambil mengusap kedua mataku.

Ketika ku buka mataku, tiba-tiba tampak sesosok bayangan di kursi pengemudi yang membuatku terkejut dan berteriak reflek.

"Alanna! It's me! It's me, Tobias!"

Tobias mengeraskan suaranya dan membuatku tersadar dari ketakutanku. Kami saling memandang selama dua detik sebelum meledak tertawa bersama. Setiap kali kami berhenti tertawa, salah satu dari kami akan mencoba untuk mengatakan sesuatu tapi malah berakhir tertawa kembali.

"Okay, we need to stop. Perutku sakit ketawa terus." saut Tobias sambil memegang sisi kanan perutnya.

"Ya kamu juga sih, ngapain diam-diam di dalam mobil orang begini? Kapan masuknya, aku kok gak dengar ya?" tanyaku penasaran.

"Yang harusnya tanya ngapain itu aku. Kamu ngapain tiduran di dalam mobil gini? Kenapa gak ke kamar aku aja? Bikin panik tau. Aku balik-balik kamu gak ada, aku cari ke taman, perpus, aku udah sampe keliling rumah.

"Aku telpon, hape kamu di meja. Aku cek cctv luar gak ada rekaman kamu keluar dari tadi dan mobil kamu di garasi. Aku sampai lari ke kolam takut kamu tenggelam atau gimana. Pikiranku kemana-mana dari tadi.

"Aku udah panik dan panggilin semua staff sampai akhirnya Nena bilang kalau kamu tadi mau ambil barang di mobil. Akhirnya aku samperin dan kamu malah tiduran di jok belakang? Meskipun aku kesel, but you look too peaceful I couldn't wake you up, yaudah aku temenin aja." jawab Tobias sambil menggenggam tanganku lembut.

Saat nama Nena disebutnya, tiba-tiba aku teringat alasanku memutuskan untuk merebahkan diri. Secara reflek aku menarik tanganku dari genggamannya. Tobias terlihat kebingungan dengan perlakuanku ini. Aku pun pura-pura membenarkan rambut dan mengumpulkan barang-barang yang menjadi tujuanku keluar tadi.

"Is there something wrong? Kamu gapapa kan?" Tobias bertanya sambil mengernyitkan dahinya.

"Gapapa kok. Sepertinya aku kelelahan aja." jawabku sambil memandang jam di tanganku.

Tiga jam berlalu sejak aku memutuskan untuk mengambil barang-barangku di mobil. Aku merasa kesal dengan diriku sendiri. Bagaimana bisa aku tertidur seperti ini, padahal ada banyak hal yang harus aku lakukan hari ini.

"Ayo masuk, kamu belum sarapan kan? Aku tadi liat kamu bawa pastry ama kopi juga. Makasih ya." ucap Tobias keluar dari sisi pengemudi dan berdiri menungguku.

Aku pun keluar dari mobil membawa barangku yang langsung diambil oleh Tobias. Sambil menarik tanganku, Tobias bergegas masuk dan membawa kami ke taman belakang. Tobias kemudian memanggil Mrs. Anna dan meminta pastry yang kubawa tadi dihangatkan juga kedua kopi kami.

Kami berdua pun duduk dan aku bergegas memeriksa ponselku untuk update perkembangan rapat dari Sarah yang seharusnya sudah selesai sekarang. Ku dapati berbagai pesan dari grup Empat Sekawan, Amy adikku, dan Sarah.

Laporan yang ku minta dari Sarah sudah dikirimkan ke emailku dan Sarah mengingatkan kembali detail jadwal pertemuanku nanti malam dengan desainer yang akan bekerja sama dengan Alanna Boutique.

Aku membuka grup Empat Sekawan dan melihat sekilas percakapan yang terjadi di grup. Just some banter, nothing urgent. Aku pun meninggalkan beberapa stiker untuk menyemangati perdebatan antara Stella dan Kairo mengenai mint choco chip ice cream.

Terakhir ku buka chat dari Amy yang mengingatkanku untuk membeli hadiah ulang tahun perkawinan orang tua kami karena tahun ini adalah jatahku untuk mencari hadiah. Kami bertiga selalu memberi mereka hadiah bersama dan tiap tahun kami akan bergiliran memutuskan siapa yang akan mencari dan membelinya untuk tahun tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Her Story [Bahasa Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang