"Weh selamat pak bos, juara nih" sebuah rangkulan menyambut kedatangan Bima setelah menjadi perwakilan jurusannya untuk menerima hadiah. Yah siapa sangka, ide iseng Bima tentang drama komedi berhasil menyabet juara inagurasi.
"Iya dong, ide siapa dulu" Bima menepuk dadanya bangga.
"Iye iye, traktiran dong kalo gitu"
"Yeee lo yang harusnya traktir gue bapak komting yang terhormat" cowok bergigi kelinci itu lantas memiting kepala Bima.
"Sialan, gara-gara lo gue kepilih jadi komting"
"Aduh duh, iya ampun Lang, iya gue yang traktir deh" Galang melepaskan pitingannya dan tersenyum puas.
"Nah gitu dong"
Galang Wisesa, teman Bima sejak SMA sekaligus komting (komandan tingkat) di angkatan Bima. Saat pemilihan komting, Bima iseng menyebut nama Galang, tapi ternyata banyak yang setuju karena Galang di anggap orang yang ramah dan bisa merangkul semua mahasiswa di jurusannya. Akhirnya Galang pun resmi terpilih dan Bima dijadikan tempatnya mengamuk selama beberapa hari.
"Pesen sono lo, yang mahal sekalian" Bima menyodorkan menu sedangkan Galang mencicit sebal.
"Lah yang mahal paling-paling cuma noban gaya lo kek miliarder bae"
Galang sudah memesan makanannya tapi tidak dengan Bima. Cowok itu masih asik dengan hapenya. Dan yang Galang tahu, Bima bukan gamers seperti dirinya, jadi kalo Bima asik main hape sambil senyum-senyum, hanya ada dua jawaban, dia gila atau ada seseorang yang membuat dia bersikap gila.
"Senyam-senyum mulu lo, serem tau nggak" Galang menyesap es teh jumbonya sambil memperhatikan Bima.
"Bacot" ucap Bima tak acuh.
"Punya cewek baru lo ye?"
"Belom.." jawab Bima menggantung. Ambigu, itu yang dipikiran Galang.
"Belom jadi, nggak tau nanti"
Bima tersenyum kecil membuat Galang geli tapi penasaran di waktu yang sama. Meskipun Galang tahu, Bima dekat dengan banyak perempuan sejak SMA. Tapi perempuan yang bisa membuat Bima tersenyum seharian menatap hapenya hanya satu, itupun saat kelas 2 SMA. Dan kini Galang menemui lagi sosok Bima yang sedang kasmaran.
"Siapa nih? cerita lah. Gue tau orangnya nggak?"
"Hmm mungkin.. Lo liat penampilan dari anak sasjep nggak?"
"Liat, kenapa?" Bima tidak menjawab melainkan tersenyum penuh arti. Galang berpikir, apa hubungannya dengan penampilan anak sastra jepang tadi? Yah penampilan mereka emang bagus sih, apalagi vokalisnya, suaranya yang soulfull bisa menyampaikan lagu dengan apik.
Eh, tunggu. Vokalis? Cewek? Jangan bilang...
Baru saja Galang akan membuka mulutnya, tapi Bima sudah menjentikkan jarinya terlebih dahulu, seakan tahu bahwa Galang sudah bisa menebak.
"Kok bisa? Kenal dimana? Jangan bilang lo jatuh cinta gara-gara denger dia nyanyi. Ya emang bagus sih suaranya, tapi ya kali lo kesengsem karena itu" di luar dugaan Bima menggeleng, menepis semua asumsi Galang.
"Itu semua takdir boy"
takdir yang digariskan Tuhan dan hanya Bima yang tahu.
⚘⚘⚘
Kahiyang Putri, sosok yang mengisi hati Bima baru-baru ini. Sebenarnya tidak baru juga, seperti yang Bima katakan, itu semua takdir. Takdir yang mempertemukan mereka kembali.
Kembali? Yap! Tepatnya 10 tahun yang lalu, saat Bima berusia 8 tahun. Bima kecil menenteng kamera pemberian ayahnya sebagai hadiah ia memenangkan lomba puisi tingkat SD. Ia ingin mencoba kamera barunya, menjelajahi tepian sungai dekat rumah neneknya untuk mengabadikan hamparan hijau sawah yang memanjakan matanya.
Saat asik memilih objek, Bima berpijak pada batu berlumut yang membuat tubuhnya limbung dan hampir saja jatuh ke sungai jika saja tidak ada orang yang menahannya. Bima membuka matanya yang terpejam takut, di rasakannya tangan mungil menarik lengannya menjauhi sungai.
"Kamu nggak papa kan?" tanya seorang gadis kecil dengan mata bulat yang lucu tapi menyiratkan kekhawatiran.
"Ng.. nggak papa kok" Bima masih terkejut, jantungnya berdebar keras.
"Syukur deh. Lain kali hati-hati ya. Jangan main deket sungai, bahaya" gadis kecil itu memperingatkan, Bima menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Kikuk.
"Hehe iya, makasih ya. Untung ada kamu yang nyelametin aku" gadis kecil itu tersenyum.
"Aku balik dulu ya, nanti di cari Papa" gadis itu akan berbalik, tapi dengan cepat Bima menahannya.
"Eh bentar, nama kamu siapa?" tanya Bima kecil.
"Kahiyang, panggil aja Ayi"
Dan semenjak hari itu, nama Ayi tidak pernah hilang dari ingatan Bima. Bahkan foto Ayi kecil yang Bima ambil diam-diam saat itu masih ia simpan sampai sekarang. Sejak hari itu, Bima selalu berharap akan bertemu Ayi setiap ia berkunjung ke rumah neneknya. Meskipun harapannya tidak pernah terkabul.
Sejak saat itu pula, selalu ada tempat istimewa di hati Bima bagi Ayi yang tidak bisa di sentuh oleh siapapun, bahkan saat Bima memiliki pacar, tetap ruang itu tidak terjamah. Hingga akhirnya Bima hampir menyerah, tapi nyatanya Tuhan menggariskan jalan yang lain. Siapa sangka takdir mempertemukan mereka kembali seperti saat ini? Meskipun hanya Tuhan dan Bima yang tahu.
Saat Bima membuka grup maba dan menemukan nama Kahiyang Putri disana, tangannya refleks membuka profilnya. Fotonya menampilkan gadis berpipi tembam, mata bulat jernih dengan bibir penuh. Wajah yang Bima kenal dan tidak berubah banyak, ah tidak, bahkan semakin cantik. Bima menekan tombol tambahkan teman lalu mengetik pesan. Untungnya Ayi membalasnya, dengan begitulah Bima bisa menyatukan jalan mereka kembali.
Dan tak sampai disitu kejutan dari Tuhan. Dia bisa kembali melihat Ayi secara langsung. Saat mereka melakukan tes kesehatan dan juga satu kelompok masa PMB. Bima bersyukur dan bertanya-tanya. Bolehkah ia berharap ini bukanlah sekadar kebetulan?
tbc
Other Cast :
Kim Bobby as Galang Wisesa
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala Temu ✔
FanficSiapa sangka takdir mempertemukan mereka kembali seperti saat ini? Meskipun hanya Tuhan dan Bima yang tahu.