"Aku bisa mengendalikan tubuhku dengan pikiran.
Namun tidak hatiku."(Yoon Seo Hyun)
***
Happy Reading
***
Hari itu, entah mengapa langit terlihat redup. Matahari mengintip malu di balik awan kelabu. Membuat bumi menjadi sedikit gelap. "Manim, manim!" Teriakan keras terus berkumandang, seiring langkah kaki telanjangnya menggiring menuju rumah sang majikan. Baru saja ia mendapat kabar dari Jeong, jongos yang diperintahkan Seo Hyun untuk merawat Sae Ron, tentang keadaan terbaru dari kondisi Sae Ron saat ini.
Nyonya Yoon segera melangkah keluar dari dalam kamarnya. Diikuti para jongos serta pembatu lainnya. Penasaran dengan kabar yang dibawa oleh si jongos tersebut.
"Eoh, Ok Man-ah. Waegeuraenya? Apa putriku baik-baik saja?" tanya Nyonya Yoon tak sabar.
Ok Man mengatur napasnya sejenak. Menyeka keringatnya, lalu menatap sang majikan sedih. "Kondisi Nona Sae Ron makin parah, Nyonya. Jeong meminta saya untuk membawa Nyonya ke rumah persembunyian. Hanya itu yang ia sampaikan," jelas Ok Man.
Lutut Nyonya Yoon rasanya sudah tak berbentuk lagi. Ia limbung ke tanah karena terlalu kaget dengan kabar itu. Air matanya mengalir. Sakit di hatinya semakin ngilu hingga ke sekujur tubuh. Bagaimana bisa putrinya mengalami kejadian nahas seperti ini?
"Cepatlah pergi ke istana. Temui suamiku. Aku ingin segera menemui Sae Ron!" titah Nyonya Yoon. Ok Man segera berlari menuju istana, sedang Nyonya Yoon dipapah masuk ke dalam kamarnya oleh para asisten rumah.
***
Di sisi lain istana, duka masih menyelimuti hati Hyun. Pakaian duka cita masih membungkus tubuhnya. Enggan untuk menggantinya dengan jubah merah milik sang ayah. Perasaannya masih terpukul.
"Mama, para dayang sudah menyiapkan makanan untuk Anda. Setidaknya, cicipilah sedikit." Seo Hyun masih berada di sana. Menemani Hyun yang wajahnya masih murung. Sama seperti hari kemarin. Ia ikut bersedih atas apa yang terjadi pada laki-laki itu, sedang Seong Woo masih setia berdiri siaga di samping Hyun. Ia merasa tidak enak, karena merasa menjadi pengganggu di antara Hyun dan Seo Hyun. Namun Hyun sudah melarangnya keluar, karena setiap kali Hyun melakukan sesuatu, ia selalu takut musuh akan mendekatinya.
"Jeonha, Daebi Mama ingin bertemu!" seru Kasim Jang dari luar pintu. Memberi tahukan kepada Hyun, kalau sang ibu datang berkunjung.
Hyun menarik napas sebentar, lalu membuangnya berat. "Munyeorora!"
Pintu itu dibuka lebar. Mempersilahkan Ratu Choi yang kini naik level menjadi Ibu suri untuk masuk. Seo Hyun segera bangkit memberi salam, lalu bergeser duduk ke sebelah kanan. Membiarkan Ibu Suri Choi duduk di tempatnya semula.
"Jusang, gwaencanhseumnika?" Raut wajah Ibu Suri Choi dibuat tampak sedih. Dalam hati ia menyoraki kemenangannya. Kini targetnya tinggal menumbangkan satu musuh lagi, maka ambisinya itu akan menjadi kenyataan.
Hyun tersenyum kecil. "Anda pasti tengah bahagia, Daebi Mama."
"Jusang, mohon jaga ucapan Anda."
Merasa kesal, Hyun segera bangkit dari singgahsananya. Melangkah penuh emosi menghampiri Ibu Suri Choi. Mendekatkan wajahnya pada telinga sang ibu tiri. "Aku tahu ini ulahmu, Daebi Mama. Kau tidak akan pernah menang!" bisik Hyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Moons {Hiatus}
Fanfiction*** Munculnya dua bulan di atas langit Joseon mulai menuai banyak polemik. Antara cinta dan tahta. Penguasa Joseon yang baru dipaksa harus memilih salah satunya. Ketika kebencian atas nama iri mulai menguasai pikiran, mata hati mulai buta. Hati yang...