제 3 회

92 12 6
                                    

Karena mood lagi baik,
aku double update!!!!
Happy Reading, yeoreobun!!!
😊😊😊

"Jika sebuah kesempatan untuk kembali itu tiba.
Percayalah, aku tak akan pernah mau memanfaatkannya."
(Yoon Seo Hyun)
***

Hujan masih terus mengguyur. Suara riuhnya meramaikan malam yang sepi. Seolah enggan membiarkan Seo Hyun melangkah dengan tenang menyusuri jalan setapak yang suram.

Tak ada cahaya menerangi jalannya. Gelap. Seperti hidupnya saat ini.

Tangis tak henti-hentinya mengiringi sakit di hati yang perlahan mulai tergerus luka. Tersapu hujan yang sama-sama ikut menangisi kehancurannya.

Langkahnya semakin mendekati rumah Jendral Perang Hong. Tempat di mana ia selama ini belajar ilmu bela diri. Meski hanya dari balik dinding.

Rasa pening di kepala mulai menggerogoti kesadarannya . Perlahan tubuhnya yang kuyu itu tumbang. Jatuh tak sadarkan diri setibanya di depan pintu. Membuat tubuhnya terlumuri genangan kotor air dan tanah yang bergumul pekat dan kental. Tak ada yang tahu keberadaan Seo Hyun di sana. Sendiri terkurung sepi dan dingin.

Krek

Pintu gerbang terbuka. Seorang jongos dari rumah besar itu kaget bukan main saat melihat seorang pemudah jatuh tak sadarkan diri di depan kediaman sang majikan. Niatnya untuk keluar memeriksa keadaan, malah dikejutkan dengan pemandangan mengenaskan itu.

"Aigo-- Jogiyo, jogiyo!" Si Jongos berteriak keras. Membuat jongos lainnya bergegas menghampiri ke luar. Membantu untuk membawa Seo Hyun masuk.

"Siapa dia?" tanya Jongos yang wajahnya terlihat lebih muda.

Si Jongos yang pertama menemukan Seo Hyun menggeleng. "Aku tidak tahu. Aku menemukannya pingsan di depan gerbang! Cepat panggil Tuan Hong!" titahnya.

Dengan tubuh rentanya, si jongos menyeret tubuh tak sadarkan diri Seo Hyun menuju halaman rumah. Mengangkatnya ke atas susunan kayu menyerupai ranjang tak berkasur. "Aigo, pemuda ini berat sekali!" keluh si jongos. Memegangi punggung tuanya yang mulai terasa sakit nyaris copot karena mengangkat beban yang terlalu berat.

"Di sana, Naeri. Di sana!" Suara si jongos muda kini mulai mengisi riuh hujan yang turun semakin deras. Menggiring sang majikan menuju ranjang tak berkasur tersebut.

Kening Tuan Hong mengernyit bingung. Ia tidak pernah melihat wajah pemuda itu sebelumnya. Dia pun bukan salah satu dari puluhan murid asuhnya. "Siapa pemuda itu?" tanya Tuan Hong bingung.

"Kami pun tidak tahu, Naeri. Kami menemukannya pingsan di depan gerbang," jelas si jongos tua.

"Cepat bawa dia masuk. Bersihkan tubuhnya yang kotor. Sepertinya dia sedang demam," ujar Tuan Hong. "Setelah dia sadar, segera introgasi!"

Kedua jongos itu segera mengangguk patuh. "Ye, Naeri. Kami akan mengurusnya."

***

"Eomoni, apa yang harus kita lakukan sekarang? Seo Hyun Eonni kabur dari rumah. Hujan masih belum juga reda. Bagaimana kalau dia sakit? Bagaimana kalau ada orang jahat? Bagaimana--"

"Geumanhaera, Sae Ron-ah! Kau tidurlah!" Suara tegas Tuan Yoon memenuhi ruang tengah. Ikut meramaikan suara hujan yang semakin deras menghantam bumi. Wajahnya merah menahan emosi, juga menahan sedih.

Dalam hatinya, Tuan Yoon ikut merasakan sakit. Ia pun sebenarnya tidak ingin putri tertuanya kabur dari rumah. Meski terlihat bebal dan tak kenal takut, Seo Hyun tetaplah seorang gadis. Ia khawatir putrinya itu akan disakiti orang jahat.

Two Moons {Hiatus}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang