제 18 회

68 10 26
                                    

"Jangan salahkan aku,
jika aku membenci takdir."

(Lee Hyun)

***

Happy Reading

***

"Jeoha, Seja Jeoha!" Kasim Jang lari terbirit-birit menuju kamar Hyun. Membuka pintu kamar itu tanpa mengetuk. Mengejutkan Hyun yang saat itu sudah tertidur pulas. Peluh membasahi wajah laki-laki paruh baya tersebut. Tatapannya begitu nanar. Tersirat raut sedih dari kedua matanya yang memerah menahan tangis.

Malam ini, kegelapan berjaya di atas cahaya. Sinar rembulan meredup diserap kegelapan. Hanya lampu pelita yang menerangi seisi kamar Hyun.

"Waegeuraenya?" Karena terkejut, Hyun buru-buru bangun dari tidurnya. Mendudukkan tubuh itu di atas kasur lantai. Menatap penuh selidik raut sang kasim.

Kasim Jang meneguk salivanya sebentar. "Yang Mulia Raja Lee memanggil Anda, Jeoha. Sekarang juga," ujar Kasim Jang. Tak berani menyampaikan fakta lebih jauh lagi. Biar Hyun tahu sendiri apa yang tengah terjadi di paviliun utama kerajaan.

Hyun lalu bangkit berdiri, sedang Kasim Jang sudah otomatis bergerak untuk membantu Hyun mengenakan pakaian kebesarannya. Jantungnya kembang-kempis memompa aliran darah yang entah kenapa rasanya mengalir begitu cepat. Keringat masih mengalir di wajah keriputnya. Tangannya gemetar, saat mengikatkan tali dari baju Hyun.

"Apa yang terjadi sebenarnya, Kasim Jang? Kenapa mendadak sekali?" tanya Hyun, saat Kasim Jang tengah memakaikannya topi khusus putra mahkota.

Kasim Jang bungkam. Ia sudah lelah menahan tangisnya. Sambil menatap Hyun, laki-laki paruh baya itu tersenyum. Bulir bening itu akhirnya luruh.

Merasa ada yang tidak beres, Hyun segera berlari keluar kamar. Sudah ada Kasim Won di sana. Menunggu kehadiran Hyun, lalu membimbingnya menuju paviliun utama.

***

Kamar Raja Lee tampak remang. Aroma dupa yang terbakar sebagai wewangian makin kuat terendus. Ada Eun Bi di sana. Tengah sibuk mengelap keringat Raja Lee dengan kain putih.

Kondisi kesehatannya semakin memburuk. Bibirnya sudah mulai membiru. Ia menggigil di balik selimut tebal. Namun keringat tak henti-hentinya mengucur deras. Sakit yang begitu aneh, hingga Sung Gyu masih kesulitan untuk menyembuhkannya.

Tatapan Sung Gyu mengarah tajam pada manik hitam Eun Bi. Ia tahu ada yang salah, namun ia tak berani mengungkapkan kesalahan tersebut. Karena kesalahan itu akan menyeret nama Eun Bi dan menjadikannya tahanan kerajaan. Bisa melayang nyawanya, jika orang-orang kerajaan tahu hal itu.

Eun Bi tersenyum menang menatap Sung Gyu. Mengisyaratkan kelegaan dalam hatinya yang sudah tercemar kebencian. Sung Gyu meneguk salivanya sendiri. Ia tak mampu berkata-kata, pun mengobati penyakit sang raja. Hanya si pemiliknya yang mampu menghilangkan sihir itu. Dan orang itu adalah Dayang Kwon Eun Bi.

"Seja Jeoha datang, buka pintunya!" Suara Kasim Won terdengar lantang. Sung Gyu dan Eun Bi segera bangkit menyambut kedatangan Hyun.

Hyun masuk dengan terburu-buru. Kaget, melihat sang ayah yang masih terbaring lemah di sana Dengan wajahnya yang pucat.

"Kosongkan ruangan ini! Eoseo!" titah Hyun tegas.

Sung Gyu serta Eun Bi lantas pamit undur diri. Pintu kamar Raja Lee ditutup rapat. Hanya meninggalkan Hyun serta sang ayah di dalam kamar remang tersebut.

Two Moons {Hiatus}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang