over saving

6 2 0
                                    

Beberapa hari kemudian setelah dinyatakan sembuh total,Zara kembali bersekolah. Ia mendapat perhatian lebih dari Jane. Jane kini selalu ikut kemanapun Zara pergi, ia takut Zara akan mengalami hal-hal buruk lagi jika dia lengah untuk menjaga Zara. Jane kini berubah Jadi sahabat yang protektif untuk Zara.

Zara yang mendapat perlakuan seperti itu bersikap biasa, ia tak  menolaknya.

Tapi semenjak Zara kembali dari rumah sakit, Jane merasa bawa ia seolah tak punya waktu untuk Zara . Kadang saat istirahat ada saja guru yang meminta bantuan, entah itu membawa bukulah, merapikan buku di perpus, membantu OSIS di lab. dan lain sebagainnya.

Jane yang merasa waktunya banyak tersita selalu meminta maaf pada Zara karna merasa tak bisa terus menjaganya. Dan Zara selalu mengatakan "Tak apa, kerjakan saja tugasmu, aku baik-baik saja." Tak lupa dengan senyum manis yang selalu ia berikan untuk Jane.

Dan kalimat itu selalu membuat Jane bersyukur bisa punya sahabat yang pengertian  seperti Zara, namun tetap saja ia masih merasa khawati pada Zara. Ia takut Clarisa kembali mengganggu Zara.

Seperti siang ini. Jane dan Zara tengah duduk di katin dan makan siang bersama, menikmati waktu berdua tanpa gangguan Dev yang akan menempeli Zara. Pemuda itu tengah menjalani pelajaran tambahan untuk persiapan lomba debat yang akan diikutinya bersama beberapa siswa lainnya yang terpilih.

Namun tak lama mereka berbincang berduan, kegiatan Jane dan Zara terhenti akibat seorang  gadis yang memanggil Jane.

"J-jane" panggil gadis itu dengan takut - takut.

"Ada apa? Bicara yang benar, aku tidak akan memakanmu." Jane berujar datar yang malah membuat gadis manis berkaca mata itu makin gugup.

"M-maaf karna mengganggu waktumu Jane, t-tapi it-itu"gagap si gadis dan itu membuat Jane jadi kesal sendiri.

"Jangan bertele tele." Jane berujar dingin memotong ucapan teman seangkatannya itu, yang mana membuat gadis ber nametag Anneth Brielle itu bungkam seketika.

"Jangan bicara seperti itu Jane, biarkan dia menyelesaikan ucapannya dulu," Zara yang duduk di samping Jane berusaha menasehati Jane.

"Lanjutkan ucapanmu Neth." Zara menginterupsi.

Anneth mengangguk.

"Mr.Edwin memintamu pergi keruangan musik untuk membantu latihan debat," ujarnya dengan kepala menunduk.

"Bukankah aku sudah menolak untuk ikut lomba? Lalu mengapa ia memanggilku sekarang?" protes Jane. Ia ingat betul jika tawaran Mr. Edwin sudah ia tolah dengan sopan,tegas dan tentunya penuh hormat, lalu mengapa guru pembina untuk lomba debat itu memanggilnya lagi?.

"Maaf Jane, aku tak tahu. Aku permisi dulu," Anneth pergi meninggalkan Jane dan Zara.

Sepeninggalan Anneth, Jane masih belum beranjak dari duduknya dan malah melanjutkan acara makan siangnya dengan wajah datar yang selalu menjadi topeng andalannya, itu membuat Zara menatapnya bingung.

"Kau tak pergi Jane?"

"Tidak, untuk apa pergi?" Jawab Jane datar.

"Setidaknya kau temui dulu Mr. Edwin."

"Lalu jika aku pergi, kau dengan siapa? Aku tak mungkin membiarkanmu seorang diri, aku tak ingin Clarisa mengganggumu lagi, jadi lebih baik aku disini saja, lagipula aku sudah mengatakan aku tak akan ikut loba debat itu." Jane menyahut panjang lebar sambil menatap Zara dengan sangat yakin.

"Aku tak apa, aku bisa menjaga diriku sendiri, jane. Jadi pergilah." Lagi Zara meyakinkan Jane.

"Kau yakin?" Tanyanya dan Zara mengangguk.

"Pergilah, Mr. Edwin pasti benar-benar membutuhkan bantuanmu."

"Baiklah aku akan pergi,"jawab Jane akhirnya, membuat Zara tersenyum. "Tapi kau harus benar-benar jaga diri, jangan ke tempat sepi, jangan mudah percaya pada orang, jangan dekat-dekat Clarisa dan jang--"

"Iya iya, aku bisa jaga diri,"sahut Zara memotong ucapan over protektif Jane.

"Ya sudah aku pergi."

"Okey," jawab Zara dan Janepun mulai melangkah menuju ruang musik tempat latihan debat.

Dari kejauhan Kris dan teman sekelasnya yang bernama Jevan menyaksikan semua tingkah laku Jane dan Zara sedari tadi.

"Apa gadis  itu benar Jane? Aku tak menyangka gadis calem kesayangan guru fisika itu bisa bicara panjang lebar seperti tadi." Jevan yang memang baru pertama kali melihat Jane banyak bicara tentu sanagat terkejut.

"Kau lebay Jev, dia'kan juga manusia, bukan hal aneh jika ia banyak bicara, " komentar Kris pada Jevan yang menurutnya agak berlebihan.

"Tetap saja aku terkejut, biasanya dia'kan bersikap dingin, selalu bicara dengan singkat, padat, datar dan jelas, membuat dia seolah tak tersentuh seujung jaripun," ujarnya masih dengan keterkejutan.

"Jangan berlebihan Jev, kau hanya tidak mengenalnya dengan baik." Kris berujar pelan dan santai.

"Lalu apa kau mengenalnya dengan baik, kris?"

"Kau terlalu banyak bicara Jev, cepat habiskan makananmu." Kris berusaha membuat Jevan berhenti bicara tentang Jane, sebab ia tak ingin Jevan bertanya lebih jauh lagi.

"Tapi Kris, tidakah kau merasa Jane sedikit berlebihan pada temannya? ia  terlalu over protektif " lagi Jevan berkonmentar tentang Jane.

"Sudahku katakan, kau tidak mengenalnya dengan baik, jadi berhenti bicara hal yang  tak perlu kau ketahui. Kau membuatku pusing." Setelah mengatakan itu, Kris berdiri dari duduknya dan berniat akan pergi.

"Hey.. kau mau kemana? Makananku belum habis"

"Apa peduliku? Habiskan saja makananmu, aku akan ke kelas." Kris berlalu dengan santainya dan meninggalkan Jevan yang masih menghabiskan makanannya.

Kris berjalan melewati Zara yang masih duduk di tempat yang sama sejak Jane pergi. Sekilas Kris memandang Zara yang kini tengah tersenyum ria pada ponselnya.

Ku harap dia tak akan pernah mengecewakan Jane. batin Kris lalu ia melanjutkan langkahnya menuju ke kelasnya yang ada di samping kelas Jane.

The Wrong The Best(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang