Don't touch my mine

16 2 5
                                    

"Ku pikir kau tau jika yang ku katakan dan kulakukan bukan untukmu."


Hari ini jane berangkat ke sekolah seperti biasa setelah dua hari membolos untuk merawat Zara di rumah sakit. Luka di pipi Zara cukup parah sehingga memerlukan perawaran yang intensive. Awalnya Dev tetap memaksa ikut menemani Zara,tapi untungnya Dev dihubungi oleh ibunya untuk segera pulang. Meski tak rela Dev tetap menuruti perintah ibunya untuk pulang.

Setelah memastikan Zara sudah baik-baik saja, Jane memutuskan kembali bersekolah hari ini.

Jane masuk ke kelas lalu duduk di kursinya. Ia kini mengeluarkan sebuah novel untuk dibacanya.

Saat sedang fokus membaca, tiba - tiba Dev datang dan menghampiri Jane.

"Jane kapan pacarku pulang dari rumah sakit?"tanyanya tanpa basa basi.

Jane sempat menoleh pada Dev dengan malas namun kemudian ia kembali fokus membaca tanpa berniat untuk menjawab pertanyaan Dev.

"Hei Jane! Kau mendengarku? Bangaimana keadaan pacarku?" Ulangnya lagi.

"Siapa yang kau sebut pacar? Seingatku Zara tak pernah menerimamu." Jane menyahut dengan datar,  tanpa mengalihkan atensinya dari buku yang ia baca.

"Ayolah jangan bahas itu, jawab saja pertanyaanku."

Jane menghela napas,ia terlalu malas meladeni Dev yang tak akan berhenti sebelun mendapat apa yang ia inginkan.

"Ya dia baik-baik saja, hanya perlu lebih banyak waktu untuk pemulihan," jawab Jane, ia berharap Dev akan segera kembali ke kelasnya setelah mendapat jawaban yang diinginkannya.

Dev tersenyum lega. Pemuda tujuh belas tahun itu mengucapkan terima kasih, dan sesuai harapan Jane, Dev pergi begitu saja dari kelasnya.

"Dasar aneh," gumam Jane lalu kembali melanjutkan kegiatan membacanya.

..........

Saat jam istirahat, Jane  berniat membeli makanan ringan untuk dibawa ke kelas dan dimakan sambil membaca, namun niatnya urung saat melihat keberadaan Clarisa di kantin. Jane sedikit menyeringai dan merubah pesanannya menjadi mie isntan cup. Entah apa yang akan dilakukannya dengan mie itu.

Di sisi lain Clarisa yang tengah duduk sendiri di meja kantin masih sibuk mengunyah makan siangnya, Tak menyadari seseorang sudah menargetkannya. Bahkan sampai orang itu  ada di sampingnya ia masih tak sadar.

Orang itu tersenyum miring lalu ia mengangkat tinggi-tinggi sesuatu di tangannya dan menuangnya tepat di atas kepala Clarisa.

Byurr!

Kuah dari mie instan itu menetes dari rambut Clarisa membuatnya begitu terlihat menjijikan. Clarisa merasa panas yang luar biasa pada kepala juga wajahnya namun rasa kesal juga rasa penasarannya membuatnya lebih tertarik untuk melihat si pelaku daripada mengurusi dirinya sendiri. Clarisa berdiri dan sedikit terkejut saat menatap si pelaku, namun detik berikutnya tatapan dari kedua matanya berubah.

"Beraninya kau melakukan ini padaku!" Teriak Clarisa pada si pelaku yang tak lain adalah Jane.

"Kenapa harus takut? Aku bahkan bisa menghancurkanmu hanya dengan sekali jentikan jari." sarkas.

Suasan di kantin kini kembali memanas dan situasi kembali seperti dua hari yang lalu. Tak ada yang berani melerai keduanya.

Emosi Clarisa memuncak. Ia berniat menampar Jane namun belum sempat telapak tangannya bisa mententuh pipi Jane , Jane sudah lebih dulu menahan dan mencengkram pergelangan tangan kanan Clarisa.

"Tangan kotor mu ini tak pantas menyentuhku. Tidak juga dengan sahabatku," Jane berujar datar dan menghempaskan tangan Clarisa.

Jane kemudian menjambak rambut Clarisa kebelakang membuat kepala Clarisa mendongak paksa.

"Kau harus ingat dengan siapa kau berurusan, jadi berpikirlah seribu kali sebelum kau mencari masalah denganku, atau aku tak akan membiarkanmu bernapas dengan bebas," ujar Jane  menekankan setiap kalimat yang diucapkannya.

"Cihh kau pikir siapa dirimu hingga bisa mengancamku." Clarisa mendecih dengan apa yang Jane katakan.

Jane menatap Clarisa dengan kobaran api yang begitu besar di kedua bola matanya. Aura gelap yang keluar dari diri Jane membuat Clarisa kini tak berkutik. Ia tak menyangka gadis irit bicara seperti Jane bisa melakukan ini.

Jane kembali mengeratkan cengkramannya pada rambut Clarisa membuat Clarisa meringis kesakitan. Lalu ia menghempaskan Clarisa dengan kasar membuat banyak helaian rambut tertinggal di tangannya.

"Jauhi hidupku sebelum aku membuatmu mengakhiri hidupmu sendiri." Setelah mengucapkan itu Jane meninggalkan Clarisa begitu saja.

Bisikan- Bisikan dari siswa yang lain dihiraukannya. Ia hanya fokus melangkah kembali ke kelasnya.

Clarisa yang melihat itu semakin memupuk rasa benci pada Zara.

"Kita akan lihat hidup siapa yang akan berakhir lebih dulu." Guman Clarisa samar dengan nada yang begitu yakin.

"Untuk kalian semua yang menyaksikan hal yang tadi jangan pernah sekali kali melapor jika kalian tidak ingin dikeluarkan dari sekolah ini!"

Semua orang yang dikatin menunduk takut dan mematuhi apa yang dikatakan Clarisa.

The Wrong The Best(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang