I let you Free

6 2 0
                                    

Kris mencari Jane keseluruh tempat di sekolahnya namun ia tak menemukan Jane dimanapun.

Kris memutar otaknya, mencoba mengingat kemana kiranya Jane pergi saat ini. Lalu sebuah tempat terlintas di kepalanya.

Ia buru-buru mengendarai mobilnya menuju tempat itu.

Tak butuh waktu lama Kris sampai di tempat tujuannya. Sebuah gubuk tua yang tak terpakai kini ada di depannya. Gubuk yang sudah ia dan Jane tandai sebagai rumah mereka saat masa kanak-kanak. Kris membuka pintu gubuk itu dan benar, Jane ada di sana. Gadis itu duduk di lantai berkarpet jerami dengan keadaan kacau. Kedua tangannya meremat ujung jaket putih yang ia gunakan, membuat darah dari telapak tangan kirinya mengotori jaket putih itu.

Kris duduk di samping Jane. Ia diam, tanpa melakukan pergerakan apapun selanjutnya.

"Aku bodoh, Kris," lirih Jane.

Kris yang sadar akan keadaan Jane kini meraih tubuh Jane dan membawanya dalam sebuah pelukan, mengabaikan darah Jane yang masih terus mengalir dan kini juga mengotori seragam miliknya.

"Aku tetap membelanya walau sudah tau segalanya," ujarnya dalam pelukan Kris.

"Hatiku sakit, Kris," adu Jane denga suara yang begitu pilu.

"Rasanya begitu sesak di dadaku." Air mata Jane seolah kering, seolah tak ada lagi stok air mata yang bisa ia keluarkan, sehingga ia hanya bisa semakin mengeratkan pelukannya pada Kris.

"Sehina itukah aku hingga orang yang benar-benar ingin kulindungi bahkan ingin membunuhku? Paman dan bibiku bahkan juga miliki pemikiran seperti itu, mereka berusaha membuangku di saat ayah dan ibuku meninggalkanku untuk selamanya." Jane berujar dengan lirihnya, membuat lembaran-lembaran lama yang sudah ia tutup kembali terbuka.

Membuatnya kembali pada masa dimana dia mendapat penolakan dari keluarganya-keluarga angkatnya-

"Sssttt....bukan salahmu Jane, hanya saja waktu dan takdir kini sedang mempermainkanmu."

"Aku ada bersamamu, akan selalu begitu, keluarkan air matamu, jangan berpikir untuk terlalu menjadi kuat, jangan menyiksa dirimu dengan menahan air mata itu," Kris berujar lembut membuat pertahan Jane hancur seketika.

Air mata itu mulai jatuh, semakin lama semakin deras. Jane menangis dalam diam, mengutarakan betapa sakit hati yang ia rasakan atas segalanya, hingga tanpa sadar tangis itu perlahan merenggut keasadarannya.

"Ini yang terakhir Jane, berikutnya tidak lagi,"gumam Kris.

.......................

Setelah kejadian itu Jane bersekolah seperti biasanya, ia melakukan segalanya seperti biasa, namun itu tidak termasuk dengan perlakuannya pada Zara. Ia yang dulu akan selalu tersenyum kini nampak tak dapat membuat raut itu lagi di wajahnya.

Berminggu-minggu Jane selalu seperti itu dan Jane juga mengindari Zara dimanapun ia berada dan selalu membalas perlakuan Zara dengan dingin.

Seperti hari ini, saat pulang sekoah, Zara yang ingin merangkul Jane seperti biasa, mendapat penolakan dengan Jane yang menepis tangannya kasar.

"Jangan gunakan tanganmu yang suci untuk memyentuku, si hina ini tak pantas untuk kau sentuh" Jane berujar dingin dengan kalimat yang terlontar begitu menohok hati Zara.

Kini Zara sadar, jika Jane sudah tau semuanya. Menyesal? Rasanya sudah sangat terlambat untuk itu.

"Jane tak bisakah? Aku tau aku salah, aku menyesal,"

"Jangan katakan itu, sudah cukup semuanya,kau melukainya, jangan harap bisa mengembalikan segalanya."

Bukan Jane yang menjawab, tapi Kris yang kini memang selalu menemani Jane.

"Tapi jane--"

"Ayo Kris,ikut aku," Jane memotong kalimat Zara tanpa menoleh kearahnya sedikitpun, lalu ia menarik Kris untuk pergi bersamanya.

Baru selangkah Jane berjalan, ia terhenti dan berbalik menatap Zara.

"Kau ingin bebas bukan? Aku membebaskanmu, kali ini aku akan pergi,lupakan semuanya dan berbahagialah." setelah mengatakan itu Jane pergi bersama Kris.

Saat sudah berada dalam mobil, Kris menatap Jane intens, meminta penjelasan atas apa yang dikatakannya tadi.

"Apa maksudmu dengan pergi?"

"Besok aku akan ke Kanada Kris, aku akan melanjutkan pendidikanku dan tinggal di rumah mendiang ayahku yang ada di Kanada,"

Mendengar itu tentu Kris merasa terkejut.

"Mengapa mendadak? tak bisakah kau pergi setelah lulus saja? Sebentar lagi kita ujian, tunggu sebentar lagi, maka aku akan menemanimu di Kanada untuk kuliah."

"Maaf kris, Aku harus tetap pergi secepatnya,"ujar Jane dan menatap Kris lekat. "I miss my home."

"Tapi kau tak bisa pergi begitu saja, kau tak bisa meninggalkanku Jane."

"Tenang Kris, suatu saat nanti aku akan kembali, jadi jangan Khawatir,"

Kris menghela napas pasrah. Tak ada gunanya berdebat dengan Jane yang keras kepala.

"Kau harus benar-benar kembali, janji?" Hanya  itu yang dapat Kris minta dari Jane saat ini.

"Iya, aku janji. Ucapan Jane membuat Kris mau tak mau menyetujuinya.

'Aku akan kembali,tapi tidak dengan cepat' gumam Jane dalam hati. Dan mobil pun kini sudah berjalan.

The Wrong The Best(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang