"Setidaknya kan marching band sekolahmu masih mendapat juara 3 Dafa."
"Kami bisa juara 1 seandainya aku tidak lupa. Jika bukan karena kepala bodohku ini, kami pasti bisa...."
"Eh Daf, kamu makan di kantin juga ya ternyata."
Dan Lusi tiba-tiba datang dan menghamburkan semua renungan yang dari tadi aku asah untuk mempertajam rasa bersalah yang inginku tancapkan dalam-dalam di dasar pikiranku. Terutama pada bodohnya aku dalam ekskul yang sangat kucintai itu.
"Iya, aku makan nasi goreng pakai telur ceplok, minum jus mangga, duduk tenang, dan kau datang mengganggu."
"Hehe.. iya maap. Aku minta dikit ya?" Katanya sambil duduk disebelahku dan menyendok penuh nasi gorengku yang sudah dingin.
"Kamu kalau masih mikirin urusan marching band itu, aku bisa paham gimana susahnya itu buatmu. Sudah dari seminggu yang lalu kamu berhenti karena kejadian itu, dan sampai hari ini kamu masih aja tidak membaik." Sambung Lusi dengan mulut penuh nasi.
"Aku susah melupakannya Lus."
"Gak bahasa, gak pemikiran, sama-sama kaku kamu Daf."
"Ya biarkan saja, aku suka dengan cara bicara dan berpikirku yang seperti ini. Berkarakter."
"Nah itu tuh, salah satu hal yang bisa kamu banggain diantara semua kegagalanmu."
"Apa itu Lus?"
"Kepedeanmu. Hahahaha..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Eskalasi Rasa dalam Sebuah Rumah
RomanceDafa seorang laki-laki yang terjebak dalam rasa bersalah. Sedangkan, Lusi perempuan yang ceria, ramah dan baik pada Dafa. Mereka berteman baik, tidak ada yang disembunyikan antara satu dengan yang lain. Sampai suatu ketika salah satu diantara merek...