Love in the air

4.4K 682 30
                                    

"Siapa yang nyuruh lo nyelonong masuk kekamar gue?"

Renjun berdiri dipintu kamarnya dengan kedua tangannya terlipat menyilang didepan dadanya.

Tak memperdulikan omelan Renjun padanya, dengan cuek Jeno mendudukkan dirinya dipinggir tempat tidur.

Sambil menatap Renjun, Jeno menepukkan tangannya pada permukaan kasur tepat disampingnya dengan maksud menyuruh Renjun untuk menghampirinya dan menduduki tempat tersebut.

Segera saja Renjun menghampirinya, namun, bukannya duduk disamping Jeno, Renjun justru mendudukkan dirinya dipangkuan Jeno, dengan kaki dan tangannya yang melingkar sempurna mengurung pinggang serta leher Jeno.

"Renjun?"

"Hm?"

"Tumben-"

"Lo bilang tadi mau lanjut didalem, ini kan yang lo maksud?" ucap Renjun sembari mengeratkan pelukannya pada Jeno.

"Mm- sebenernya maksud gue tadi, lanjut ngobrol-"

"O-oh" Renjun melepaskan pelukannya dan berusaha untuk bangkit dari pangkuan Jeno dengan salah tingkah, wajahnya mendadak memerah dan matanya terlihat berusaha menghindar untuk menatap kearah Jeno "S-sorry"

Jeno tersenyum melihat hal tersebut, ia menahan Renjun untuk tak meninggalkan pangkuannya, tangannya melingkar erat pada pinggang ramping pemuda manis dihadapannya itu.

"Disini aja. Gue malah lebih suka"

Renjun yang sudah terlanjur malu dengan segera menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Jeno.

Mendengar suara kekehan Jeno, Renjun pun dengan kesal memukul bahu Jeno.

"Gak usah ketawa"

"Iya deh, maaf maaf"

Beberapa detik setelahnya Renjun memberanikan diri merenggangkan pelukannya untuk dapat menatap kepada pemuda tampan dihadapannya itu.

Jujur saat ini yang Renjun rasakan benar-benar diluar dugaannya. Menatap wajah Jeno dari jarak sedekat ini membuatnya kembali mengingat waktu dimana ia mencumbu bibir pemuda tampan itu, membuatnya kembali merasakan perasaannya yang seolah meletup-letup bahagia, membuatnya kembali merasakan perasaan yang selama ini tak pernah ia rasakan.

"Gue mau ngomong serius sama lo jen, tapi lo jangan ketawain gue"

"Oke"

"Janji?"

"Janji"

Renjun berdeham mencoba mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan perasaannya.

"Awalnya gue gak tau kenapa gue jadi gini, gue gak tau kenapa gue selalu gugup setiap deket lo, dan gue gak tau kenapa cuma lo yang setiap hari ada dipikiran gue. Tapi sekarang gue paham, kalo ternyata belakangan ini perasaan gue ke lo gak sesederhana sebelumnya Jen"

Renjun semakin merasakan dadanya seolah terhantam berkali-kali oleh detak jantungnya sendiri, ia menarik napasnya dalam sebelum kembali membuka mulut untuk melanjutkan pernyataannya. "Gue suka-" Renjun menggeleng, "Bukan suka, tapi, gue rasa gue mulai sayang sama lo"

Hening, keduanya terdiam, Renjun yang awalnya mengira Jeno akan meledekinya justru kini malah menatapnya dengan sorot mata yang membuatnya merasa semakin gugup.

"Lo tau Ren, apa yang barusan lo lakuin ke gue?"

Renjun menggeleng, tak memahami maksud dan tujuan dari pertanyaan Jeno tersebut.

"Lo udah sukses buat gue makin cinta sama lo" lanjut Jeno dibarengi dengan senyum termanis yang ia miliki.

Semburat warna merah mulai terbit di kedua pipi Renjun, perasaan senang yang ia rasakan tercermin dari senyumnya yang mulai merekah diwajah manisnya.

Jeno merambatkan jemarinya menyentuh pipi hangat Renjun dengan lembut, ia kembali menatap Renjun dengan sorot mata yang sukses membuat pemuda mungil itu seketika melemas, Renjun semakin bergidik ketika merasakan deru napas Jeno berhembus tepat dipermukaan bibirnya.

Ciuman itu terjadi begitu saja, bibir keduanya mulai bergesekan, kontak yang awalnya hanya berupa kecupan-kecupan kecil berubah menjadi lumatan, lidah yang awalnya bersembunyi kini semakin bergerilya menyecap rasa manis dari rongga mulut masing-masing. Desahan serta erangan sesekali terdengar disela pergumulan panas tersebut.

Renjun terpaksa menyudahi ciuman disaat ia merasa pasokan oksigen dalam paru-parunya kian menipis. Ia terkekeh pelan melihat Jeno yang langsung menampakkan wajah cemberutnya.

Gemas akan hal tersebut Renjun pun menangkupkan kedua tangannya pada pipi Jeno, dan langsung menghujani bibir pemuda berahang tegas tersebut dengan beberapa kecupan.

"Ren"

"Hm?" sahut Renjun mulai menghentikan aksinya.

"I love you"

Jeno memeluk Renjun semakin erat dan mulai menelusupkan wajahnya pada lekuk leher pujaan hatinya itu, hidungnya serta bibirnya bergesek menyusuri setiap permukaan kulit pada leher tersebut, menghirup aroma menyegarkan disana yang begitu Jeno dambakan.

Renjun menerima perlakuan tersebut dengan sedikit bergetar, ia bergidik geli setiap kali merasakan hembusan serta hirupan napas Jeno dilehernya.

"Oke Jen" ucap Renjun sambil menepukkan tangannya pada bahu Jeno, "Udah cukup, lepasin gue sekarang sebelum jantung gue bener-bener meledak"

Jeno melepaskan pelukannya dengan tidak rela, sekali lagi ia menampakkan wajah cemberutnya membuat Renjun kembali menertawainya.

"Jelek banget lo kalo cemberut-"

Mendadak ucapan Renjun tersebut harus terhenti karena Jeno yang kini telah kembali meraup bibirnya dengan ciumannya.

Heart Shaker |¦ NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang