Udah ya?

21 1 0
                                    

Setelah insiden gua 'ngusir' kak Arda kita nggak kontakan dua hari ya setelah itu balik lagi kayak biasa, duh lemah banget ya gua? dua hari doang langsung luluh.

Tapi kak Arda ini selalu punya akal sih emang biar kita bisa baikan lagi no matter what.

ya disinilah gua coffe shop langganan kak Arda dan kawan kawannya biasa nongkrong tempatnya asik, cocok buat santai dan ngopi manja.

"kak gabosen apa? duduk duduk doang sumpah ih aku bosen banget kesel." omel gua ke kak Arda.

"sebentar lagi, ini juga mau selesai tugasnya." balas kak Arda santai.

"kak aku tuh disini udah ngabisin kopi dua gelas, kakak mau aku nanti malem nggak tidur?" omel gua ke kak Arda.

"iya iya udah selesai nih." ucap kak Arda sambil rapihin laptop dan perintilannya.

"udah jam setengah sembilan, ibu udah nelfon nyuruh aku pulang." ucap gua sambil ngeliat jam di handphone gua.

"iya, ayo pulang." ajak kak Arda.

Kita berdua langsung ninggalin tempat itu, hari ini kak Arda bawa mobil Jazznya, katanya biar gua nggak masuk angin.

Kak Arda itu sebenarnya perhatian kok, tapi dia bukan tipe yang bakalan nunjukin itu secara terang terangan.

Setelah sampai di pekarangan rumah gua kak Arda menyempatkan diri masuk ke rumah untuk sekedar pamit sama ibu, duh kak Arda ini tau aja ibu suka mantu yang sopan.

"bu maaf ya anak gadisnya Arda pinjem." ucap kak Arda ngerasa bersalah ke ibu.

"iya gapapa, tadi ibu nelfon Jani biar pulangnya ga terlalu malam."

"yaudah bu Arda mau langsung pulang, ya?" balas kak Arda, rasa rasanya ingin gua jawab dengan 'jangan kak, aku masih kangen' tapi malu, ada ibu.

"Jan, pulang ya." pamit kak Arda diselingi senyumnya, yang hanya gua jawab dengan senyuman sekilas.

Setelah kak Arda pulang gua bergegas untuk bersih bersih bersiap untuk terlelap, nggak tahu moodnya hari ini mau tidur cepet aja, walaupun tadi minum kopi dua gelas.

Kak Arda is calling
reject || answer

dengan segera gua angkat dan menjawab.

"Kak?"

"Kamu mau tidur ya Jan?" tanya kak Arda disebrang sana.

"Tadinya sih iya, tapi kakak telfon aku ngantuknya langsung ilang deh."

"Lebay ah." diselingi dengan decihan halusnya.

"Lagian kakak ada apa sih? tadi kan baru ketemu, udah kangen aja." jawab gua dengan pedenya.

"Mau denger suara kamu aja sebelum tidur, lagian tadi ketemunya cuma nemenin kakak nugas doang."

"Mohon maaf, ya itu salah oknum bernama Wardana." jawab gua seraya tertawa pelan

"Yasudah, oknum bernama Wardana ini meminta maaf kepada oknum Anjani." duh kak gemes banget sih.

"Permintaan maaf oknum Wardana tidak diterima, oknum bernama Wardana harus memberikan oknum Anjani sebuah coklat besok."

"Baiklah permintaan diterima, sekarang oknum Anjani harus terlelap tidur terlebih dahulu."

Tanpa sempat memberi salam perpisahan kak Arda sudah mematikan telfon terlebih dahulu, kebiasaan.

Percakapan singkat itu berhasil buat gua tidur dengan keadaan senyum senyum sendiri, walaupun sempat bete tadi tapi kak Arda selalu berhasil buat gua senang lagi.

dia Wardana lelaki dengan begitu banyak akalnya membuat sang oknum bernama Anjani tersenyum lagi.

Wardana ; Doyoung.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang