Chapter 11

190 18 2
                                    

Hari ini Mom dan Aunt Anne berangkat untuk reunian. Pergi tiga hari dua malam, tetapi pesannya sudah seperti mau pergi selama satu bulan. Terlebih Mom, rasanya dari semalam tidak berhenti mengingatkan agar aku memasak untuk Harry, dan Harry yang akan mengantarkan ku les bahasa Jepang.

“Nanti Harry yang antar-jemput kamu. Harry sudah Mom minta untuk jagain kamu selama Mom pergi. Soalnya, hari sabtu dan minggu ini Papa juga ada tamu dari Indonesia, pulang malam. Jadi Harry yang jagain kamu. Kamu harus perhatiin Harry ya?” dan masih banyak lagi pesan Mom yang semua berkaitan dengan Harry, Harry dan Harry.

Aku dan Harry sama-sama mengantar Mom kami masing-masing sampai depan pintu. Mereka naik satu mobil menggunakan mobil Mom.

“Titip Kate ya, Har? Tolong jagain dia, ya?” pesan Mom sekali lagi kepada Harry sebelum mobil itu melaju.

“Iya Aunty, jangan khawatir, Kate pasti baik-baik saja kok”

Bye, Mom!” kataku dan Harry berbarengan, sebelum mobil Mom akhirnya melaju.

Begitu mereka pergi, aku melirik ke arah Harry yang juga masih berdiri di depan rumahnya. “Eh, keriting! Aku bukan babysitter kamu! Jadi nanti kamu makan aja sendiri!”

“Yang suruh jadi babysitter siapa? Aku juga nggak sudi deket-deket sama kamu!”

Aku mendengus kesal, lalu masuk ke rumahku. Harry Styles, kenapasih kamu selalu menyebalkan?

********

Jam sudah menunjukan pukul tiga lewat empat puluh lima menit ketika aku terbangun dari tidur siangku. Aku langsung meloncat kaget. Aku hanya punya waktu lima menit untuk bersiap-siap les bahasa jepang, dan sepuluh menit untuk pergi kesana.

Suara klakson sepeda motor terdengar di telingaku begitu aku membuka pagar. Tampak Harry berada di atas sepeda motornya.

“Ayo naik! Aku sudah janji sama Mom kamu untuk nganterin kamu les. Udah hampir telat, kan?”

Kulirik jam ditanganku. Kurang delapan menit lagi. Mau tidak mau, aku pun mengikuti perintah Harry. Terlebih hari ini ada test kenaikan level. Dengan ragu-ragu kunaiki juga motor Harry.

“Pegangan” kata Harry.

“Sudah, kok”

“Pegangan yang benar, nanti kamu jatuh, Kate” kata Harry lagi, sambil menarik tanganku untuk melingkar pada pinggangnya. Setelah itu, ia pun langsung melaju menuju tempat lesku.

*********

Aku sungguh puas dengan test tadi. Rasanya aku bisa menjawab semua pertanyaan dengan baik. Aku yakin, pasti aku akan naik level dengan nilai yang baik. Kulihat Harry sedang duduk di ruang tunggu. Astaga ternyata dia menunggui ku dari tadi!

“Sudah selesai? Yuk pulang” ajaknya.

“Kamu dari tadi disini?” tanyaku heran.

“Males bolak-balik” jawabnya asal. “Yang penting tugas aku selesai hari ini. Nganterin kamu les. Udah cepetan jangan bawel, di luar udah gerimis. Nih kamu pake” ujarnya sambil menyerahkan jas hujan di tanganku.

Sesaat aku terhenyak.

“Ayo! Jangan bengong! Nanti hujannya makin lebat! Ayo dipakai” kata Harry lagi. “Pakai yang benar ya Kate, nanti kamu sakit”

“Kamu sendiri ga pake?” tanyaku pelan.

“Jas hujannya Cuma satu”

Aku hanya terdiam dan menurut. Hujan memang turun mulai deras ketika kami sedang dalam perjalanan pulang. Untung jarak tempuh kami tidak terlalu jauh, sehingga kami bisa segera tiba dirumah. Tetapi tetap saja membuat Harry basah kuyup, sedangkan aku cukup terlindung karena jas hujan yang kupakai.

Sesampainya di rumah, pikiranku dipenuhi oleh kejadian tadi. Harry rela meminjamkan jas hujannya padaku. Hmmm… anak menyebalkan itu ternyata bisa manis juga. Tapi mungkin dia hanya melaksanakan janjinya pada Mom untuk mengantarkan aku les. Kulirik jam yang berada di kamarku. Sudah pukul setengah enam. Lebih baik aku segera mandi, masak, dan mengantarkan makanan untuk Harry, sesuai janjiku pada Aunt Anne.

Nasi putih yang telah kucetak bulat kini ku beri mata dan mulut. Untuk rambutnya kubuatkan brokoli cah bawang putih. Untuk badannya aku membuatnya dari bistik ayam. Lucu juga jadinya. Kotak makan berwarna abu-abu itu aku taruh lebih dulu di tembok perbatasan, lalu aku pun naik. Harry sedang ada di balkonnya ketika aku memanjat.

“Kate! Kamu mau ngapain? Aku aja yang kesana” kata Harry dengan cepat lalu ia pun langsung sibuk memanjat. Akhirnya kami berdua sama-sama duduk di tembok perbatasan rumah kami.

“Nih, mau nganterin makan kamu pasti belum makan, deh” kataku sambil menyerahkan kotak makan itu.

“Minta tolong ke maid aja kan bisa, Kate. Kamu ga perlu manjat-manjat. Nanti kalo jatoh aku lagi yang disalahin”

“Nggak apa-apa”jawabku pendek. “Lagian, nanti kalau Mom telfon, aku bisa bilang kalau aku udah kasih kamu makan” aku terdiam sejenak, lalu kembali berkata. “Har, thank you ya tadi udah nganterin aku les. Udah minjemin jas hujan juga. Tadi kamu kehujanan, loh. Nanti kamu sakit, nggak?

“Kehujanan sedikit mah, nggak masalah” kata Harry. “Apaan nih?”

“Makan malam kamu. Bukanya hati-hati, nanti rusak. Bikinnya capek!”

Harry mematuhiku. Dengan hati-hati ia membuka kotak makan itu. Matanya berbinar ketika melihat bento yang aku buat.

“Bagus banget, Kate. Jadi sayang makannya” pujinya. Kali ini benar-benar terlihat tulus.

“Ah cuma gitu doang. Aku yang masak. Pokoknya kamu harus habisin, ya? Makan, gih. Tenang, nggak aku racunin kok. Aku ga bakal seculas itu buat menangis taruhannya”

Harry tertawa. “Ini kamu yang masak, Kate?”

“Iya, makanya cobain dong enak atau enggak?” sahut ku lagi. Dengan cepat Harry menyuap makanan di kotak itu. Kepalanya mengangguk-ngangguk. Tangannya mengacungkan jempol. Aku tertawa melihat tingkahnya yang seperti anak kecil. Hening sejenak menyelimuti kami. Kutatap langit yang malam ini terlihat gelap.

“Niall baru jadian sama Viola” kataku memecahkan keheningan.

“Iya, tadi Niall cerita. Sebenernya sudah lama Niall suka sama Viola. Akhirnya bisa dapetin dia juga.”

“Viola itu teman terbaik aku. Aku juga bahagia Viola sudah menemukan pangeran impiannya. Aku pikir Niall akan bisa menjaaga Viola. Dia pasti bisa bahagiain Viola.”

“Emang kamu belum, Kate? Kamu ada pangeran impian?”

“Mau tau aja ya kamu hahaha” kataku tersenyum menggoda Harry.

“Zayn, ya?” desak Harry lagi. “Zayn itu cuma mainin kamu, Kate. Dia itu cuma manfaatin kamu doing”

“Sok tau! Zayn baik kok sama aku”

“Iya, baik kalau lagi mau pinjam catatan doang”

Kupingku panas mendengarnya. Hatiku ikut panas. “Buktinya, dari semua orang di kelas dia pinjem catatannya sama aku!”

“Catatan kamu kan memang rapi, Kate. Kalau kamu nggak percaya sama omongan aku ya terserah.” Kata Harry sambil meletakkan kotak makan yang hampir kosong itu disebelahnya. Sepertinya dia kehilangan selera makan.

“Kita taruhan! Aku pasti bisa jadian sama Zayn. Point-nya lima” tantangku.

“Aku nggak mau! Taruhan konyol” sahut Harry ketus sambil turun.

“Bilang aja kamu takut kalah!” semburku emosi. Akupun turun ke balkonku dan cepat masuk ke kamarku. Baru kupikir Harry bisa bersikap manis, ternyata tetap saja. Selalu menyebalkan!

********************

Maaf ya kemarin-kemarin aku ga update, banyak banget tugass:(

Thanks for reading:) hargai setiap kata yang aku tulis yaaa<3 jangan lupa vote!

Unexpected Love // h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang