sick

390 16 1
                                    

Mulai chap ini author ganti beberapa nama cast. Di chap lain juga udah diganti. Maaf kalo masih menemukan nama cast yang lama, kalo bisa diingatkan, biar author perbaiki.

Happy Reading!!

Tidak biasanya Jimin belum juga keluar dari kamarnya di jam segini. Jaera yang sudah menyiapkan sarapan dan menunggu Jimin bergabung dengannya menjadi sedikit gelisah.

'baiklah tunggu 5 menit lagi.'

Namun yang ditunggu tak kunjung datang. Jaera bangkit berdiri dan dengan ragu berjalan ke arah kamar Jimin.

Sejak kejadian 'itu' hubungan mereka tetap tidak ada perkembangan, Jaera memutuskan untuk melupakan dan tetap melakukan rutinitas seperti biasa, Jimin juga tidak pernah membahasnya dan bertingkah seolah itu tidak pernah terjadi.

Jaera menghirup udara sebanyak-banyaknya lalu mengetuk pintu kamar Jimin.

Tidak ada sahutan.

Sekali lagi Jaera mengetuk dengan pelan.

Karena tetap tidak ada sahutan, Jaera memberanikan diri untuk membuka pintu, tidak terkunci.

ingatan tentang 'malam' yang 2 minggu sudah berlalu itu kembali terbayang, namun dengan cepat menghilang saat Ia melihat Jimin yang terbaring pucat di atas ranjang dengan peluh yang membasahi dahinya.

"astaga apa dia sakit." Jaera spontan kaget, dan mendekati Jimin.

"J-jimin." panggilnya, berdiri kaku di samping ranjang.

Tidak ada tanggapan.

"Jim." Ia sedikit menyentuh pundak Jimin.

Perlahan mata Jimin sedikit terbuka. Lalu bergumam pelan menanggapinya.

"h-hey, apa kau sakit?" tanyanya pelan dan canggung.

"sepertinya begitu." jawab Jimin dengan nada lemah.

"apa perlu ke dokter?"

"tidak perlu."

Hening sesaat, Jaera hanya memandangi Jimin yang kembali memejamkan matanya.

"apa yang kau rasakan?"

"pusing, dan tenggorokanku sedikit sakit." jawabnya pelan, masih dengan mata terpejam.

Jaera meletakkan telapak tangannya lembut ke kening Jimin.

"astaga! Ini panas sekali, sebaiknya priksakan ke dokter." paniknya.

Jimin tidak menjawab, hanya semakin mengeratkan pelukannya ke selimut tebal yang membalut tubuhnya. Jaera sedikit menikmati pemandangan ini sambil tangannya mengelus pelan kening Jimin untuk menyingkirkan peluh. Jimin terlihat seperti anak kecil jika seperti ini, tidak ada tatapan tajam yang bisa membuatnya takut dan deg-degan seperti biasanya.

Melihat Jimin yang terlihat kedinginan Jaera mematikan ac.

"Jim." panggilnya lagi.

"pergilah, aku hanya butuh istirahat."

"setidaknya kau harus sarapan dan meminum obat. Akan ku siapkan." Jaera meninggalkan kamar Jimin untuk menyiapkan sarapan dan obat.

Dilihatnya arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. 'sepertinya aku tidak bisa datang tepat waktu.'

Jaera mengambil hpnya dan mengabari sekretarisnya bahwa dia akan datang terlambat ke kantor.

Setelah memasakkan semangkuk bubur, Jaera kembali ke kamar Jimin, dengan pelan ia meletakkan nampan yang berisi semangkuk bubur, segelas air dan obat ke atas nakas.

if you - ParkJimin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang